Dan khusus dalam furu' atau juz'iyyatul akidah ulama' melarang melakukan tabdi' [membid'ahkan sesat] atau bahkan takfir [mengkafirkan]. Perbedaan dalam masalah tersebut tidak boleh menjatuhkan vonis syirik. Karena ijtihad masih diakui dan diterima.
Ibn Taimiyyah dalam Majmu' Fatawa berkata:
الخطأ المغفور في الاجتهاد هو في نوعي المسائل الخبرية والعلمية
"Kesalahan yang terampuni dalam ijtihad ada dalam dua macam masalah khabariyyah [furu' fikih] dan ilmiyyah [furu' akidah ijtihadiyyah]"
Dengan kaidah tersebut, maka semestinya tidak boleh ada vonis bid'ah sesat, syirik, atau kafir kepada pelaku tawassul, ziarah makam, tabarruk, istighotsah [masalah fikih/furu' akidah], qunut shubuh, melafalkan niat, tahlilan, yasinan, maulid Nabi, dan lain-lain. Diskusi ilmiyyah untuk menentukan mana yang rajih dan yang marjuh dengan adu hujjah dan argumentasi boleh saja dilakukan, tetapi singkirkan vonis-vonis yang menyakitkan, karena salah dalam masalah ijtihadiyyah [baik fikih atau furu' akidah] seperti yang telah disebutkan termasuk khotho' maghfur [salah yang dimaafkan].
Andai dalam masalah seperti diatas boleh melakukan tabdi', maka tidak ada ulama' Islam yang selamat dari vonis tersebut [semakna ucapan adz-Dzahabi].
Faham?
Hidayat Nur
18 jam ·
#Hidayat Nur
