Tawassul Sama Dengan Syirik?

Tawassul Sama Dengan Syirik? - Kajian Medina
TAWASSUL = SYIRIK?

Pada tahun 497, seorang ulama berangkat haji bersama anaknya. Di tengah perjalanan, anaknya hilang sebelum sampai di kota Madinah.

Sesampai di Masjid Nabawi, ia bersimpuh di depan pintu sambil menangis. Di sekitarnya banyak orang sedang berkumpul.

Sambil menangis ia berkata, "Wahai Rasulullah, kami datang mengunjungi Anda dari negeri yang jauh dan anak saya hilang di jalan. Saya tidak akan pulang sebelum Anda kembalikan anak saya."

Belum selesai ia mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba anaknya datang dari balik pintu. Kami segera memeluknya dan orang-orang pun menangis.

***

Itulah kisah yang dialami oleh Syaikh Muhammad Al Qazwaini, seorang ahli fiqih dari negeri Tabaristan. Kisah ini diabadikan oleh Imam Tajuddin As Subki dalam kitabnya, Thabaqat As Syafi'iyah Al Kubra, jilid 6 halaman 394.

Mungkin bagi sebagian orang, kisah semacam ini akan dianggap sebagai perbuatan syirik karena memohon kepada selain Allah. Padahal sebenarnya perbuatan ini adalah tawassul, yaitu memohon kepada Allah melalui perantara Rasulullah SAW. Perbedaannya sangat tipis. Orang yang syirik meyakini bahwa selain Allah dapat memberi manfaat dan madharat. Sedangkan orang yang bertawassul meyakini bahwa selain Allah TIDAK DAPAT memberi manfaat atau madharat. Yang memberi manfaat dan madharat HANYALAH Allah semata. Adapun wasilah (perantara) tidak dapat memberi manfaat atau madharat. Perumpamaannya seperti orang yang berobat ke dokter. Ia bisa jadi musyrik kalau meyakini bahwa dokter atau obat bisa menyembuhkan. Padahal yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah. Dokter dan obat hanyalah perantara saja.

Kalau perbedaan ini dipahami, maka akan tampak jelas perbedaan antara syirik dan tawassul.

Semoga bermanfaat.

Tawassul Sama Dengan Syirik? - Kajian Medina


Danang Kuncoro Wicaksono
1 jam ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.