Madzhab Akidah Atsariyah

Madzhab Akidah Atsariyah - Kajian Medina
🍁 Madzhab Akidah Atsariyah.

✒️ Ustadz Abiya Jeunieb.

Atsariyyah adalah salah satu madrasah Ahlussunnah pengikut Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka terbilang relatif kecil [kelompok kecil] jika dibandingkan dengan Madrasah Asy'ariyyah atau Maturidiyah [Ahlussunnah mayoritas] serta hanya diikuti sebagian ulama' Hanabilah. Saya katakan sebagian, karena sebagian Hanabilah ada yang terpapar akidah Hasyawiyah [dan juga Karramiyah] atau tidak murni lagi.

Jika anda memilih aliran pemikiran Asy'ariyah atau Maturidiyah, maka dipastikan anda bersama mayoritas ulama' Islam. Tentu sangat tidak mungkin mereka sepakat dalam kesesatan, apalagi mereka adalah pembawa dan penjaga agama Islam secara mayoritas.

Tetapi jika anda memilih akidah Hanabilah, maka konsekwensinya anda akan dihadapkan pada dua pilihan dan perseteruan yang sifatnya prinsip atau pokok [ushul Ahlissunnah wal Jama'ah]. Bukan sekedar perbedaan furu' akidah.

Di sana, paling tidak anda akan mendapati 2 [dua] aliran pemikiran, yaitu:

[1] Madrasah Ibn Taimiyyah yang diklaim pengikutnya paling punya kompetensi dalam memahami manhaj salaf serta berbeda tajam dengan Asy'ariyah dan Maturidiyah. Prinsip mereka, akidah salaf adalah akidah Ibn Taimiyyah atau akidah Ibn Taimiyyah adalah representasi akidah salaf. Jadi, Ibn Taimiyyah bagi mereka seperti tolok ukur [mizan] akidah mereka. Ibn Jauzi, Ibn Aqil, at-Taimi penulis Akidah Imam Ahmad bin Hanbal dan lain-lain belum diakui sebagai Hanbali 100 % jika belum dapat pengakuan dari Ibn Taimiyyah.

Kaum Salafi kontemporer ada dalam arus pemikiran ini, walaupun faktanya banyak ulama' mereka lebih ekstrim akidahnya daripada Ibn Taimiyyah sendiri.

Menurut Abu Zahrah dalam Tarikh al-Madzahib, pada mulanya Ibn Taimiyyah mengadopsi pemikiran akidah minoritas ulama Hanbali pada kurun ke-empat yang digawangi Ibn Hamid, Ibn Zaghuni dan Qadhi Abu Ya'la yang diberitakan pernah berseteru tajam dengan ulama Hanbali lain, bahkan ketiganya dituduh telah mencoreng nama baik ulama Hanbali.

[2] Madrasah Atsariyah yang cenderung tidak ada perbedaan secara prinsip [ushul Ahlissunnah] dengan Asy'ariyah dan Maturidiyah. Perbedaan mereka hanya dalam tataran furu'iyyah atau lafzhiyyah, walaupun kadang-kadang terkesan tajam, semisal pembahasan kalamullah.

Atsariyah [Hanabilah] aliran kedua ini juga sejalan dengan Ahlussunnah mayoritas kaitan interaksinya terhadap sifat khabariyah, yaitu mengikuti methode tafwidh dan ta'wil. Dan sependek pembacaan saya, mereka adalah mayoritas jika dibandingkan aliran Hanabilah faksi yang pertama. Dan aliran inilah yang diakui Hanabilah [Atsariyah] mutaakhirin dari Universitas Azhar, Kairo. Sementara Hanabilah poros pertama digawangi ulama'-ulama' Salafi.

Dan wajib anda tahu, Ibn Syahin al-Hanbali [ulama Atsariyah] pernah membuat testimoni, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal diuji Allah dengan segolongan pengikutnya yang berakidah buruk [tasybih atau menyerupakan Allah]. Apakah pernyataan ini menguatkan apa yang saya sebutkan di atas? Silahkan dinilai sendiri.

Wallahu a'lam 🌹

________________________^

Tambahan:

Sebagaimana kita ketahui bahwa Ahlussunah wal Jama'ah itu terdiri dari Asy'ariyah, Maturidiyah dan Atsariyah. Untuk madzhab akidah Atsariyah saat ini sudah jarang ada, jikapun ada yang mengklaim sebagai Atsariyah, perlu ditanyakan sikap mereka terhadap akidah Asy'ariyah dan Maturidiyah, jika mereka mengatakan bahwa Asy'ariyah dan Maturidiyah sesat, itu jelas bukanlah Atsariyah. Tidak mungkin sesama Ahlussunah wal Jama'ah saling memvonis sesat.

وقال العلامة السفاريني الحنبلي رحمه الله تعالى (لوامع الأنوار البهية 1 / 73): أهل السنة والجماعة ثلاث فرق:

· الأثرية، وإمامهم أحمد بن حنبل رضي الله عنه.

· والأشعرية، وإمامهم أبو الحسن الأشعري رحمه الله.

· والماتريدية، وإمامهم أبو منصور الماتريدي رحمه الله تعالى. اهـ.

Al-Alamah As-Safariniy Al-hanbali -rahimahuLlah ta'ala- berkata ( Lawaimul Anwar Al-Bahiyah 1/73 ): Ahlussunnah wal jama'ah ada tiga firqoh : • Al-Atsariyah, imamnya Imam Ahmad bin Hanbal -radliyaLlahu 'anh-. • Al-Asy'ariyah, imamnya Abul Hasan Al-Asy'ari -rahimahuLlah-. • Al-Maturidiyah, Imamnya Abu Manshur Al-maturidi -rahimahuLlah ta'ala-. Selesai.

Hal ini diperkuat oleh keterangan Al-Alamah Ibnu Syathiy al-Hanbali -rahimahuLlah-ta'ala-.

وقال العـلامة ابن الشطي الحنبلي - رحمه الله تعالى - في شرحـه على العقيـدة السفارينية ( الصفحة / 73): (قال بعض العلماء هم - يعني الفرقة الناجية - أهل الحديث يعني الأثرية والأشعرية والماتريدية) ثم قال بعد ذلك بأسطر:

(فائدة: أهل السنة والجماعة ثلاث فرق، الأثرية وإمامهم الإمام أحمد رضي الله عنه. والأشعرية وإمامهم أبو الحسن الأشعري رحمه الله تعالى. والماتريدية وإمامهم أبو منصور الماتريدي رحمه الله تعالى) اهـ.

Al-Alamah Ibnu Syathiy al-Hanbali -rahimahuLlah ta'ala- berkata dalam syarahnya atas Al-Aqidah As-Safariniyah (As-Shofahah/73) : ( sebagian ulama' berkata mereka [yakni golongan yang selamat] adalah Ahlul hadits, yakni Al-Atsariyah, Al-Asy'ariyah dan Maturidiyah ). Setelah itu beliau berkata: (Faidah: Ahlussunnah wal jama'ah ada tiga firqoh, Al-Atsariyah, imamnya adalah Imam Ahmad -radliyaLlahu 'anh-, Al-Asy'ariyah, imamnya adalah Abul Hasan Al-Asy'ari -rahimahuLlah ta'ala-  dan Al-Maturidiyah Imamnya Abu Manshur Al-maturidi -rahimahuLlah ta'ala-). Selesai.

Selain tidak mungkin sesama Ahlussunah wal Jama'ah saling memvonis sesat, perlu pula diperhatikan sikap mereka terhadap pembagian sifat wajib 20, sikap mereka terhadap orang-orang yang bermadzhab fikih, sikap mereka terhadap Maulid Nabi, sikap mereka terhadap perbedaan pendapat diantara Ulama, jika mereka menolaknya, bisa dipastikan mereka bukanlah Atsariyah.

Perkara yang paling mendasar yang perlu dicermati yakni pemahaman mereka tentang ayat mutasyabihat dan hadits Nuzul-Nya, jika mereka menerima nya dengan Tafwidh makna dan kaifiyah, maka mereka lah Atsariyah. Tapi jika mereka menerimanya lalu menisbatkan anggota badan (organ tubuh) kepada dzat-Nya maka mereka lah kaum Mujassimah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Ibn Syahin al-Hanbali [ulama Atsariyah], beliau pernah membuat pernyataan, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahuLlah- diuji Allah SWT dengan segolongan pengikutnya yang berakidah buruk [tasybih atau menyerupakan Allah].

Contoh Tafwidh Ulama Atsariyah (Hanabilah).

Al-Alamah Muhammad As-Safariniy al-Hanbali -rahimahuLlah berkata:

فإذا ورد القرآن العظيم وصحيح سنة النبي الكريم - عليه أفضل الصلاة وأتم التسليم -، بوصف للباري جل شأنه؛ تلقيناه بالقبول والتسليم، ووجب إثباته على الوجه الذي ورد، ونكل معناه للعزيز الحكيم، ... الخ (لوامع الأنوار البهية وسواطع الأسرار الأثرية ج ١ ص ١٠٧)

"Apabila terdapat dalam Al-Qur'an al-'Adziim dan Shahih Sunnah Nabiyul Kariim -alaihi afdhol as-sholatu wa atammut tasliim- yang valid, menyifati Allah Yang Maha Pencipta, maka itu akan diterima dengan sepenuhnya, ditetapkan seperti apa adanya, dan kami menyerahkan maknanya kepada Allah yg Maha Aziiz serta Hakiim..." (Lawaami'ul Anwaar wa Sawaathi'ul Asraar Atsariyyah juz 1 hal.107)

Sementara Akidah Ibnu Taimiyah berbeda dengan Atsariyah (Hanabilah), sebagaimana penjelasan Ibnu Taimiyah yang memberikan perincian pada dzat-Nya.

Al Qadhi Abu Ya'la Al Hanbali yang dinukil oleh Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Bayan Talbis Al Jahmiyyah:

ويجب أن يحمل اختلاف كلام أحمد في إثبات الحد على اختلاف حالتين فالموضع الذي قال إنه على العرش بحد معناه أن ما حاذى العرش من ذاته هو حد له وجهة له والموضع الذي قال هو على العرش بغير حد معناه ما عدا الجهة المحاذية للعرش وهي الفوق والخلف والأمام واليمنة واليسرة وكان الفرق بين جهة التحت المحاذية للعرش وبين غيرها ما ذكرنا أن جهة التحت تحاذي العرش بما قد ثبت من الدليل والعرش محدود فجاز أن يوصف ما حاذاه من الذات أنه حد وجهة وليس كذلك فيما عداه لأنه لا يحاذي ما هو محدود بل هو مار في اليمنة واليسرة والفوق والأمام والخلف إلى غير غاية

بيان تلبيس الجهمية، ج ٣ ص ٢٤-٢٥

"Perbedaan ucapan Imam Ahmad dalam menetapkan batasan harus dipahami sebagai perbedaan dua keadaan. Jadi, riwayat dari Imam Ahmad bahwa Allah di atas Arasy dengan batas, maksudnya adalah sisi Allah yang berhadapan dengan Arasy itu adalah batasan-Nya dan arah-Nya. Sedangkan riwayat dari Imam Ahmad bahwa Allah di atas Arasy tanpa batas, maksudnya adalah selain sisi Allah yang berhadapan dengan Arasy, yaitu sisi atas, belakang, depan, kanan dan kiri. Jadi perbedaan antara sisi bawah dengan sisi-sisi selain bawah adalah seperti saya sebutkan tadi bahwa sisi bawah itu berhadapan dengan Arasy berdasarkan dalil yang shahih. Padahal Arsy itu terbatas, maka boleh dikatakan bahwa sisi Allah yang berhadapan Arasy itu adalah batas dan arah. Sedangkan sisi-sisi selain bawah adalah tidak terbatas, sebab tidak berhadapan dengan benda yang terbatas. Jadi sisi selain bawah tersebut menyebar ke segala sisi: kanan, kiri, atas, depan dan belakang sampai tak terhingga."

(Bayan Talbis Al Jahmiyyah, Ibnu Taimiyyah, 2/24-25)

Berdasarkan pernyataan Abu Ya'la di atas, dapat dipahami bahwa dzat Allah terbatas dari sisi bawah karena berhadapan dengan makhluk yang terbatas yaitu Arasy, sedangkan sisi Allah selain bawah adalah tidak terbatas, tapi menyebar ke segala penjuru arah sampai tak terhingga karena tidak berhadapan dengan apapun. 

Perlu diketahui bahwa Abu Ya'la ini dikecam keras oleh mayoritas Ulama karena dianggap telah mem-benda-kan Allah (menjism-kan dzat-Nya). Di antara ulama yang keras mengecamnya adalah Imam Ibnul Jauzi -rahimahuLlah- dalam kitabnya "Daf'u Syubah At Tasybih."

Sedangkan menurut Ahlussunnah wal Jama'ah, Imam Thahawi dalam kitab Akidah Thahawiyah mengatakan:

وتعالى عن الحدود والغايات، والأركان والأعضاء والأدوات، لا تحويه الجهات الست كسائر المبتدعات

"Maha Suci Allah dari batasan, ujung, organ, bagian dan alat. Dia tidak terliputi oleh Enam Arah seperti layaknya makhluk yang diciptakan (arah depan, belakang, kanan, kiri, atas dan bawah)."

Pernyataan Ibnu Taimiyyah yang lainnya dan bertentangan dengan akidah Ahlussunah wal Jama'ah dapat dilihat dalam kitabnya Majmu’ al-Fatawa.

السلف والأئمة وسائر علماء السنة إذا قالوا "إنه فوق العرش، وإنه في السماء فوق كل شيء "لا يقولون إن هناك شيئا يحويه، أو يحصره ، أو يكون محلا له ، أو ظرفا ووعاء ، سبحانه وتعالى عن ذلك، بل هو فوق كل شيء ، وهو مستغن عن كل شيء ، وكل شيء مفتقر إليه ، وهو عالٍ على كل شيء ، وهو الحامل للعرش ولحملة العرش بقوته وقدرته ، وكل مخلوق مفتقر إليه، وهو غني عن العرش وعن كل مخلوق "

.

“Para Salaf, imam-imam dan ulama sunnah, manakala mereka mengungkapkan; ‘Allah berada di atas ‘Arsy’, dan Dia di langit di atas segala sesuatu’, maka mereka tidak memaksudkan—dengan ungkapan tersebut—bahwa ada sesuatu yang meliputi-Nya, atau membatasi-Nya, atau menjadi tempat bagi-Nya dan menampung-Nya, Maha Suci Allah dari sifat yang demikian. Namun Dia berada di atas segalanya. Dia tidak butuh pada segala sesuatu. Justru segala sesuatu butuh kepada-Nya. Dia Maha Tinggi di atas segala sesuatu. Dialah yang—sebenarnya—menopang ‘Arsy dan malaikat-malaikat pemikul ‘Arsy dengan kekuatan-Nya dan kemampuan-Nya. Segenap makhluk membutuhkan-Nya. Dia tidak butuh kepada ‘Arsy, tidak pula segenap makhluk.” (Majmu’ al-Fatawa: 16/100-101).

Demikianlah perbedaan mendasar dari 2 kelompok yang masing-masingnya mengklaim sebagai Hanabilah.

Madzhab Akidah Atsariyah - Kajian Medina

Keterangan Foto: 

Syaikh Abdurrahman As-Sudais bukanlah representasi dari Ahlussunah yang menempuh jalan Salaf as-shalih, melainkan ia hanya merepresentasikan pemahaman negaranya (Arab Saudi).

Feri Hendriawan

12 Oktober 2020 pada 12.58  · 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.