Isu Tentang Ibnu Arabi

Isu Tentang Ibnu Arabi - Kajian Medina
ISU TENTANG IBNU ARABI

Bagi saya, isu tentang Ibn Arabi telah selesai. Yang secara kesimpulan, ada banyak ulama' yang mencela dan menyesatkan, khususnya ulama' zhahir, tetapi juga banyak ulama' yang secara tegas menyebut beliau adalah waliyullah, khususnya dari kalangan sadah sufiyah atau ulama' ahli ma'rifat. 

Yang unik, ada pula ulama' yang semula menyesatkan, tetapi kemudian rujuk dan menyesali. Diantara mereka adalah Imam Izzuddin bin Abdissalam (dalam satu riwayat), Imam al-Bulqini, Imam Taqiyuddin as-Subki, Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Imam Ali asy-Syaukani dan beberapa nama lain. 

Ulama' yang menyesatkan Ibn Arabi lebih melihat kepada lahiriyah teks-teks yang tercatat dalam kitab al-Fushus yang dianggap sesat menyesatkan. Sementara ulama' yang memilih tidak menyesatkan, bahkan menempatkan dalam daftar waliyullah besar, melihat bahwa tulisan-tulisan Ibn Arabi dalam kitab tersebut perlu dita'wil dan bahkan sebagian darinya ada fitnah yang disisipkan oleh tangan-tangan jahil. Walhasil, kelompok pertama karena semangat ghairah diniyah dan nasehatnya kepada umat sementara kelompok kedua berangkat dari husnuzhon karena telah terjadi kesepakatan ulama' bahwa melihat ahwalnya, Ibn Arabi memang pantas disebut auliya' Allah. Dan kedua kelompok berjalan sesuai dengan pemahaman masing-masing. Rahmatullah 'alal Jami'. 

Tetapi yang dapat dipastikan, baik ulama' yang pro atau yang kontra, sepakat bahwa dalam kitab al-Fushus terdapat kalimat-kalimat yang zhahirnya musykilah dan mughlaqoh [sangat sulit dipahami], bahkan bisa menjurus kepada kekufuran. Hanya saja ada sebagian orang yang kontra dengan Ibn Arabi melebih-lebihkan dalam melakukan kritik dengan menuduh Ibn Arabi sebagai tukang sihir dan lain-lain yang padahal tidak pernah dituduhkan ulama' dahulu yang kontra kepada beliau. 

Lalu apakah yang kontra Ibn Arabi mengkafirkan secara qath'i? Sepengetahuan saya, ulama' yang kontra seperti Imam Abu Zur'ah atau Imam as-Sakhawi tidak pernah mengkafirkan beliau secara qath'i. Karena mengkafirkan hanya diperbolehkan bagi orang yang mengetahui kematian seseorang diatas kekufuran. 

Tapi kata Salafi Wahabi, Ibn Arabi sudah kafir? Ya khan itu kebiasaan dan kegemaran sebagian besar mereka. Seperti gak tahu saja!

Lalu bagaimana sikap saya terhadap ulama' yang menyesatkan? Sebagaimana diatas, apa yang mereka lakukan adalah dalam niatan menjaga agama dan nasehat kepada umat. Dan mereka mendapatkan pahala atas itu. Tetapi tentu saja saya mengecualikan mereka yang mengkafirkan dan menyesatkan Ibn Arabi karena mengikuti hawa nafsu atau niat memupuk permusuhan. 

Mengapa saya tidak berani mengikuti ulama' yang menyesatkan Ibn Arabi? Saya tidak mengikuti mereka karena banyak ulama' besar bahkan sebagian adalah para arifin yang menegaskan Ibn Arabi adalah wali. Selain daripada itu, tidak mengkafirkan atau menyesatkan tokoh yang masih kontroversial adalah lebih selamat. 

Ada pertanyaan kepada mereka yang mengkafirkan Ibn Arabi; Apakah mereka tahu sendiri bahwa Ibn Arabi wafat dalam kekufuran? Apakah mereka berani mengkafirkan Imam al-Fairuz Abadi, Imam Taqiyuddin as-Subki, Imam Ibn Hajar al-Haitami, Imam Zakariya al-Anshari, Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Imam al-Alusi dan lain-lain yang tidak mengakfirkan Ibn Arabi justru memujinya? 

Kalau mau sikap paling aman, maka tawaqquf adalah yang terbaik!!!

Hidayat Nur

18 Oktober 2020 pada 11.54  · 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.