BERLATIH JUJUR
Saat 'kita' (yang jelas bukan saya) memilih pendapat atau minimal menguatkan pendapat Ibnu Hazm bahwa onani tidak membatalkan puasa, dimana pendapat ini menyelisihi kesepakatan empat madzhab, maka orang yang lain kita minta untuk baik sangka, menghormati, dan dimohon memahami bahwa masalah ini masalah khilafiyyah.
Namun saat ada orang lain melakukan hal serupa dalam masalah yang lain, maka langsung dicap pengekor hawa nafsu, sesat, menyelisihi empat madzhab, dan tidak mau membuka ruang bahwa ini masalah khilafiyyah. Akhirnya, slogan “kesepakatan empat madzhab” hanya digunakan untuk membela diri dan kelompok saja, bukan untuk diterapkan secara adil. Intinya, kita harus selalu menang dan benar, dan orang lain harus selalu kalah dan salah. Na’udzubillah min dzalik !
Saat kita menyampaikan masalah qunut Subuh, dengan tegas kita menyatakan bahwa itu bid’ah. Sekali bid’ah tetap bid’ah, tidak boleh beralasan ini masalah khilafiyyah. Padahal jelas-jelas masalah qunut Subuh diperselisihkan di kalangan empat madzab. Ada yang menyunahkan seperti madzhab Maliki dan Syafi’i, dan ada yang tidak menyunahkan seperti madzhab Hanafi dan Hanbali. Yang seharusnya kita saling bisa menghormati dan berlapang dada jika terjadi beda pendapat dalam masalah seperti ini.
Tapi saat berbicara masalah onani, kita menyampaikan bahwa ini masalah khilafiyyah, kita harus saling menghormati, toh ada ulama yang membolehkan. Padahal faktanya, pendapat ini syadz (ganjil) karena telah menyelisihi empat madzhab. Pendapat Ibnu Hazm yang mengingkari qiyas menyelisihi jumhur ulama ahli sunnah.
Pernahkan kita muhasabah diri tentang perilaku kita ? pernahkah kita berfikir bahwa perbuatan semacam ini adalah bentuk kezhaliman terhadap saudara kita yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah ? Pernahkah kita merenung bahwa hal ini akan bisa menjadikan kita bangkrut kelak di hari kiamat ? Tahukah kita, bahwa semua apa yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan sendiri-sendiri tanpa ada orang lain lain yang akan menolong kita ?
Sengaja pakai kata ganti “kita”, agar tulisan ini menjadi bahan renungan dan nasihat untuk kita semua, tanpa harus melihat kepada orang lain. Semoga di bulan yang penuh berkah ini menjadikan kita lebih dewasa, adil, hikmah, dan amanah. (sekedar nasihat. Jika bermanfaat silahkan ambil, jika tidak, silahkan abaikan).
_@Abdullah Al-Jirani
Abdullah Al Jirani
1 Mei 2020·
#Abdullah Al Jirani