GPK Kokohiyyun itu memang terbukti gagal paham tentang hadîts keta'atan kepada penguasa.
Masih terasa segar di ingatan kita, Ummat Islâm, ketika kita turun pada Aksi Bela Islâm menuntut si Kâfir Penista al-Qur-ân diadili secara adil dan transparans, GPK Kokohiyyun itu malah menuduh Ummat Islâm yang bersatu sebagai "Persatuan Kebun Binatang" dan terkena syubhât Khowârij karena menurut mereka unjuk rasa adalah bughôt terhadap so-called "Ulil Amri".
Ketika ditanyakan apa solusinya, maka tak jelas apa, mentok-mentok jawabannya adalah "kembali ke majlis ‘ilmu".
Kemarin ketika eksponen Ummat Islâm membubarkan acara yang berbau kesyirikan, maka mereka pun lagi-lagi berada di pihak yang berseberangan dengan Ummat Islâm. Mereka tak setuju dengan tindakan yang menurut mereka "kekerasan" itu. Alasannya lagi-lagi bahwa itu tidak ta'at kepada so-called "Ulil Amri".
Ketika ditanyakan solusinya apa, maka lagi-lagi tak jelas apa, dan lagi-lagi mentok "kembali ke majlis ‘ilmu".
Menurut GPK Kokohiyyun itu, nahyi munkar hanyalah fitnah semata, sedangkan solusi nahyi munkar mereka adalah "kembali ke majlis ‘ilmu".
Coba aplikasikan pada kehidupan riil, maka: sekolah, kuliah, kursus, diklat, dan les, semua itu untuk apa?
Apakah cuma untuk menumpuk / koleksi ‘ilmu belaka?
Lagian, justru Ummat Islâm karena tahu apa yang dilakukan si Kâfir Penista al-Qur-ân itu salah, apa yang dilakukan sebagian orang dengan perbuatan kesyirikan itu salah, maka Ummat Islâm melakukan nahyi munkar.
Maka dari mana tahunya itu salah? Tentunya karena belajar, karena mengaji. Karena masih punya akal sehat dan hati nurani yang lurus yang dibimbing ‘ilmu yang benar.
‘Ilmu, akal sehat, dan hati nurani, itu untuk membimbing dan mengarahkan ‘amal.
‘Ilmu harus berbuah ‘amal.
Jika ber‘ilmu tapi tak berbuah ‘amal dan malah nahyi munkar dikatakan sebagai fitnah, maka itu jelas adalah kebâthilan…!
📍 Kata Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالى:
واخرون من المرجئة وأهل الفجور قد يرون ترك الأمر بالمعر فوالنهي عن المنكر ظنا أن ذلك من باب ترك الفتنة
(arti) "Dan sebagian lainnya dari kalangan kaum Murji-ah dan pendurhaka, memandang meninggalkan amar ma‘rûf dan nahyi munkar dengan persangkaan bahwa hal itu termasuk dalam bagian dari meninggalkan fitnah." [lihat: al-Adab asy-Syari‘ah 1/182].
Syaikhul Islâm secara tegas memvonis kelakuan seperti yang dilakukan oleh GPK Kokohiyyun sebagai kelakuannya kaum Murji-ah dan pendurhaka.
Ya sebenarnya jelas sekali, saat al-Qur-ân dinista, saat kesyirikan dilakukan dan didorong dengan alasan "kearifan lokal", kok ya orang yang membela al-Qur-ân, membela kebenaran, dan membasmi kesyirikan, malahan diserang dan dinyinyiri oleh GPK Kokohiyyun itu…???
GPK Kokohiyyun itu mengaku Muslim, tetapi malah menjadi "pengacara orang kuffâr" dengan alasan keta'atan kepada so-called "Ulil Amri".
Kok konyol…?
Bukankah Tauhîd dan kemuliaan Kitâbullôh itu adalah nomor 1? Lantas kenapa dikalahkan dengan keta'atan kepada so-called "Ulil Amri"?
Aneh…?!?
Kira-kira GPK Kokohiyyun itu kalau mereka ada pada saat ad-Dajjâl dibangkitkan oleh الله, maka kemungkinan besar mereka akan ta'at kepada ad-Dajjâl dengan alasan ta'at kepada so-called "Ulil Amri" (dan membenarkannya dengan menukil hadîts keta'atan kepada Ulil Amri). GPK Kokohiyyun itu akan membiarkan para penyembah ad-Dajjâl, bahkan mereka akan menyalahkan orang-orang yang memerangi ad-Dajjâl dan para penyembahnya, kemudian menuduhnya sebagai Khowârij (dengan menukil hadîts tentang Khowârij).
نعوذ بالله من ذلك
Semoga Ummat Islâm semakin sadar akan apa hakikat GPK Kokohiyyun itu dan penyimpangan mereka.
نسأل الله السلامة والعافية
Arsyad Syahrial
2 jam ·
Komentar :
Arsyad Syahrial :
Akal sehat di GPK Kokohiyyun itu dimatikan dengan indoktrinasi dan pembodohan à la Murji-ah.
Ibnu Hasan Aththobari :
indoktrinasi memang membutuhkan itu uda, matikan akal sehat klo tidak ya ga jalan
Arsyad Syahrial :
Nah maka timbul pertanyaan lanjutan, Tadz?
Untuk apa indoktrinasi???
Indoktrinasi pembodohan itu biasanya dipakai oleh 2 saja:
(1). Rezim Totalitarianisme (seperti NAZI dan Komunis).
(2). Sekte sesat.
Nah GPK Kokohiyyun itu jelas bukan yang pertama.
Ibnu Hasan Aththobari :
Arsyad Syahrial yg jelas ga pernah di kenal di kalangan generasi salaf di masa lalu
Arsyad Syahrial :
Pasti tidak ada, Ustâdz.
Salafush-Shôlih itu mengajarkan cara beragama yang cerdas dan membebaskan dari kebodohan.
Salafiy Maz‘ûm jelas mengajarkan kebodohan dan perbudakan atas nama agama.
Ibnu Hasan Aththobari : alangkah jauhnya perbedaan tsb baynas samaa’i was sumur hihihi
Arsyad Syahrial :
Semua bisa mengaku dia pacarnya Layla, Ustâdz. Tapi kan masalahnya Layla belum tentu mengakuinya?
GPK Kokohiyyun itu boleh-boleh saja mengaku-ngaku bahwa mereka "Salafiy", dan pemahaman mereka atas al-Qur-ân dan as-Sunnah adalah pemahamannya Salafush-Shôlih. Tapi kan tinggal dibuktikan saja kenyataan apa yang mereka gadang-gadang itu cocok tidak dengan apa yang mereka ‘amalkan, dan cocok tidak dengan apa yang di‘amalkan para Salaf?
Ternyata kan tidak?
Bahkan jauh… 180°…!!!
Maka tugas kita, dan khususnya antum sebagai da‘i sungguhan untuk mengingatkan Ummat Islâm akan penyimpangan GPK Kokohiyyun itu, Ustâdz.
NuFit Rachmat Abu Abdillah :
indoktrinasi alat cuci otak zionis anak buah dajal, sehingga di akhir zaman mereka akan berbondong2 memilih surganya dajal
Ibnu Hasan Aththobari :
Arsyad Syahrial Na’am uda ..
Ikhsanuddin Zain :
Alasan mereka selalu untuk menghindari fitnah yg lebih besar, ternyata mereka yg selalu beralibi spt ini menurut Ibnu Taimiyah merupakan ciri2 murji'ah.
Arsyad Syahrial :
Alibi mereka, cukup so-called "Ulil Amri" yang menegakkan nahyi munkar.
Padahal petunjuk wahyu tidak begitu.
Kata Baginda Nabî صلى الله عليه وسلم:
bersabda :
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُوْدِ الله وَالْوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِيْنَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوْا : لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا ؛ فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَإِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيْعًا
(arti) "Perumpamaan orang yang teguh dalam menjalankan hukum-hukum Allôh dan orang yang terjerumus di dalamnya, adalah seperti sekelompok orang yang berada di dalam sebuah kapal. Ada yang mendapatkan tempat di atas melewati orang-orang yang di bawah, dan ada yang memperoleh tempat di bawah. Sedang yang di bawah jika mereka membutuhkan air minum, mereka harus naik ke atas, maka mereka berkata: "Lebih baik kita melubangi tempat di bagian kita ini, supaya tidak mengganggu kawan-kawan kita yang di atas."” Kata (Nabî): “Maka jika mereka yang ada di atas membiarkan mereka (yang ada di bawah melubangi kapal), pasti binasalah semua orang yang ada di dalam kapal tersebut, namun apabila mereka mencegahnya mereka semua akan selamat.” [HR al-Bukhôrî no 2493].
Jadi nahyi munkar itu wajib bagi tiap orang, bukan hanya penguasa saja, karena hadîts di atas tidak menyebutkan yang melarang adalah Nakhoda atau ABKnya, tapi sesama penumpang.
Effendi Mochammad :
Mantap ulasannya , Jazaakillohu khairan
#SelamatkanIndonesia
#SelamatkanDuniaIslam
#Arsyad Syahrial
#Pendaku Salafi