Teman-teman yang sudah punya izin tinggal di Jepang lumayan beruntung. Sebab klau mau naik haji bisa langsung berangkat tanpa harus lewat antrian kuota macam di negeri kita.
Urusan antrian ini memang bikin pusing kepala. Di Jakarta antrian sudah sampai 20-an tahun. Sedangkan di Sulawesi Selatan malah sampai 40 tahun. Jadi begitu bayi kita lahir, kalau pun langsung didaftarkan haji, berangkatnya ketika bayi kita sudah menimang cucu. Weleh
Sementara di Jepang, asalkan Anda sudah diresmikan jadi residen misalnya kuliah, kerja atau katakanlah ikut short-course misalnya, 90 hari minimal, sudah bisa ikut haji via Jepang. Jangan berpikir ke Jepang cuma ganti passport ya. Itu ilegal.
Tapi masalah harga jangan dibandingkan ONH kita yang termurah di dunia. ONH kita memang dapat subsidi, normalnya konon kira-kira dua kali dari ONH biasa. Mungkin bisa kita bandingkan dengan ONH negeri jiran Malaysia atau Singapore.
Seorang teman yang memang tinggal di Jepang bercerita bahwa insyaallah musim haji tahun ini akan berangkat menunaikan ibadah haji berdua istri, berangkatnya dari Jepang dengan biaya sekitar 60-70-an juta perak per orang. Harga segitu kalau di Indonesia bisa buat menghajikan dua orang. Dibandingkan dengan haji plus yang paling murah minimal 5.000 USD, kira-kira segituan lah.
Malah kalau istri atau suaminya orang Jepang asli yang muallaf masuk Islam, seringkali Pemerintah Saudi kasih gratis. Jadi bayar untuk satu orang, berangkat bisa berdua. Wealah uenak tenan.
Saya pikir-pikir ada hikmahnya juga tinggal di negeri minoritas muslim, jadi banyak yang kasih kesempatan. Banyak ketemu ustadz-ustadz juga disana. Ramadhan 2019 ini ada 4 ustadz yang diundang bergiliran hadir memenuhi undangan KMII untuk ceramah di Masjid Indonesia Tokyo.
Ahmad Sarwat, Lc.MA
Ahmad Sarwat
15 Mei pukul 06.56 ·
#Ahmad Sarwat