Padahal kitab itu termasuk kelas berat. Tidak sembarangan dikaji di kalangan awam. Yang memberi materi pun tidak sembarangan orang. Harus seorang alim yang sudah bertahun-tahun mengkaji kitab tersebut bersama guru juga sebelumnya dan butuh kepiawaian bahasa Arab khususnya. Agar bisa menyampaikan dengan mudah ke audiens-nya.
Jika sekiranya seseorang yang tidak jelas di mana belajarnya dan bagaimana keilmuannya, apakah tidak dikhawatirkan akan lebih banyak kesalahannya dibandingkan kebenarannya? Apalagi jika seandainya si pemberi materi itu di kenal anti mazhab terutama Mazhab Syafi'i.
Kasian orang-orang awam yang tertipu dengan label itu ustadz sunnah/salaf.
14-Nov-2018 pukul 09.08
Imam Al-Muzani murid Imam Syafi'i, yang jelas keluasan dan kedalaman ilmunya terutama tentang Mazhab Syafi'i dan kepiawaian bahasa Arabnya, telah membaca atau mengkaji kitab ar-Risālah selama kurun waktu 50 tahun atau sebanyak 500 kali. Bahkan beliau mendapatkan faidah baru tiap kali membaca kitab tersebut. Siapa saya? Bagaimana kepiawaian bahasa Arab saya? Bagaimana keluasan ilmu saya terutama tentang mazhab Syafi'i? Siapa saya yang boro-boro baca atau mengkaji segitu seringnya, tentu belum berani sama sekali mengajarkan kitab itu jika tak punya bekal mumpuni. Khawatir banyak kekeliruannya dibandingkan benarnya. Memang, mengetahui kapasitas diri itu penting. Meskipun sudah diangkat menjadi ustadz di mata sebagian orang. Allāhu a'lam.
Nb: Status di atas bukan maksudnya Anda harus mengkaji 50 tahun baru mengajarkan kitab itu. Maksudnya, tahu kadar diri saja dulu.
23 jam ·
Robi Maulana Saifullah
#Robi Maulana Saifullah