Mengenal 18 Jilid Seri Fiqih Kehidupan

Mengenal 18 Jilid Seri Fiqih Kehidupan - Kajian Medina
Mengenal 18 Jilid Seri Fiqih Kehidupan

Seri Fiqih Kehidupan ini punya keunikan yang membedakannya dengan kitab-kitab fiqih lainnya. Beberapa di antara kelebihan itu adalah sebagai berikut :

1. Lengkap

Seri Fiqih Kehidupan adalah buku fiqih yang cukup dalam dan luas pembahasannya, sehingga tebalnya mencapai 18 jilid dan jumlah total halamannya mencapai 7.213 halaman.

Boleh jadi buku ini satu-satunya buku fiqih yang ditulis aslinya dalam Bahasa Indonesia dan bukan sekedar buku terjemahan dari bahasa Arab yang paling tebal yang pernah disusun.

Sebenarnya kami sebagai penerbit agak ragu, apakah ketebalannya merupakan kelebihan yang perlu dibanggakan ataukah justru merupakan kekurangan. Karena biasanya makin tebal suatu buku, makin sulit untuk memasarkannya.

Tapi untuk masalah yang satu ini, biar para pembaca yang menilainya.

Yang jelas, buku ini adalah buku yang tebal dan banyak jilidnya, karena isinya mencakup begitu banyak pendapat para ulama. Judul-judul pada ke-18 jilid selengkapnya adalah sebagai berikut :
Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqaddimah
Seri Fiqih Kehidupan (2) : Thaharah
Seri Fiqih Kehidupan (3) : Shalat
Seri Fiqih Kehidupan (4) : Zakat
Seri Fiqih Kehidupan (5) : Puasa
Seri Fiqih Kehidupan (6) : Haji & Umrah
Seri Fiqih Kehidupan (7) : Muamalat
Seri Fiqih Kehidupan (8) : Pernikahan
Seri Fiqih Kehidupan (9) : Kuliner
Seri Fiqih Kehidupan (10) : Pakaian, Perhiasan & Rumah
Seri Fiqih Kehidupan (11) : Sembelihan
Seri Fiqih Kehidupan (12) : Masjid
Seri Fiqih Kehidupan (13) : Kedokteran
Seri Fiqih Kehidupan (14) : Seni, Permainan & Hiburan
Seri Fiqih Kehidupan (15) : Mawaris
Seri Fiqih Kehidupan (16) : Jinayat
Seri Fiqih Kehidupan (17) : Jihad
Seri Fiqih Kehidupan (18) : Negara

2. Mewakili Banyak Mazhab

Salah satu alasan kenapa buku ini menjadi begitu tebal adalah karena di dalamnya terdapat banyak pendapat yang mewakili banyak mazhab fiqih. Dan dalam kenyataannya, ilmu fiqih yang tumbuh tersebar serta mencapai derakat muktamad itu cukup luas dan banyak.

Di abad kedua dan ketiga hijriyah, setidaknya kita menemukan 13 mazhab yang berbeda. Lalu sampai hari ini yang tersisa masih dijalani oleh umat Islam masih ada empat yaitu mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah.

Maka kurang adil rasanya bila pendapat-pendapat dari mazhab-mazhab fiqih yang ada itu tidak terwakili. Dan buku ini mencoba untuk memberikan ruang kepada perbedaan-perbedaan mazhab ini.

Dan ini tentu memudahkan para pembaca juga, cukup dengan membaca satu buku ini saja, maka gambaran umum tentang bagaimana perbedaan para ulama di masing-masing mazhabnya sudah sedikit banyak terjawab.

3. Tidak Memihak

Salah satu ciri khas penulis buku ini adalah posisinya yang netral dan tidak memihak, ketika menyampaikan berbagai pendapat ulama yang saling bertentangan.

Penulis tetap setia dengan amanat ilmiyah, tanpa harus terjebak dengan pertentangan.

Semua pendapat yang ada, lepas dari apakah penulis setuju atau tidak dengan pendapat itu, tetap dicantumkan dalam buku ini. Menurut kami sebagai penerbit, justru pada titik itulah kita selama ini kehilangan perspektif. Kita lebih sering terjebak dengan buku yang mengajak kepada satu pendapat, sambil menafikan pendapat yang berbeda.

Buku ini jadi layak untuk dibaca karena posisinya yang netral di antara banyak perbedaan, tidak memihak dan memenuhi rasa keadilan. Dibandingkan dengan kebanyakan buku fiqih yang beredar yang biasanya lebih menekankan pada pendapat tertentu atau mewakili sebagian pendapat saja, maka buku ini justru menjadi anti tesisnya.

Seringkali pula buku-buku fiqih yang beredar terjebak dengan sikap menafikan berbagai pendapat fiqih yang ada. Dan acap kali pula langsung mengeluarkan vonis bid’ah, sesat atau berbagai ungkapan lain yang menghabisi pendapat yang sekiranya dianggap berbeda dengan ‘selera’ penulisnya.

Sehingga pola-pola seperti itu seringkali menimbulkan banyak pertentangan di tengah umat, bahkan semakin menambah permasalahan dan menjauhkan persatuan dan kesatuan umat Islam. Sungguh sayang sekali, keberadaan buku fiqih bukan mencerahkan tetapi malah membingungkan, sekaligus menjadi bahan bakar pertentangan.

Jangan-jangan justru karena faktor itulah kita menemukan banyak kalangan yang agak alergi kalau bicara masalah fiqih. Sebab yang terbayang di benak adalah hanya saling berbantah-bantahan dengan sesama pencinta agama.

Tidak demikian halnya dengan buku ini. Pembaca tidak akan menemukan fanatisme kepada kelompok tertentu bila membaca buku ini. Sebab isi buku ini merupakan rangkuman dari berbagai hasil ijtihad fiqih yang berkembang di semua mazhab yang muktamad.

Dan yang paling perlu dicatat bahwa Penulis pun tidak terlalu gatal untuk menuliskan pendapat pribadinya dalam buku ini. Semua dikembalikan kepada tarjih dari masing-masing mazhabnya. Sebab para ulama di masing-masing mazhab itu bukan orang sembarangan, mereka adalah para mujtahid yang punya kapasitas dan otoritas dalam mentarjih suatu pendapat.

Pendapat yang sudah dirajihkan oleh ulama, sebenarnya tidak perlu lagi dirajihkan ulang, apalagi orang yang kapasitasnya jauh di bawahnya.

Dengan demikian, semua pembaca dari berbagai mazhab akan merasa aman dan tidak terancam, dan tidak perlu ada pihak-pihak yang merasa dipojokkan atau dipersalahkan. Sebab apa yang menjadi kecenderungan masing-masing pendapat, nyaris sudah tertampung di buku ini.

Resikonya buku ini menjadi agak tebal, karena kebutuhan untuk memuat beberapa pendapat sekaligus. Tetapi setidaknya pembaca akan mendapatkan perspektif yang lebih luas. Maka buku ini cocok untuk digunakan oleh berbagai elemen umat Islam, yang memang umumnya terdiri dari berbagai macam latar belakang mazhab dan paham.

4. Kuatnya Sumber Rujukan & Literatur

Salah satu kekuatan buku ini adalah lengkapnya buku rujukan dan literatur yang digunakan. Tidaklah suatu pendapat dari sekian banyak pendapat fiqih dimuat di dalam buku ini, kecuali penulisnya mencantumkan rujukan yang paling orisinil.

Maka membaca buku ini seperti kita membaca banyak buku-buku karya para ulama klasik dan kontemporer, yang aslinya masih berbahasa Arab.

Dengan kata lain, kita tidak perlu memiliki langsung semua kitab peninggalan para ulama yang begitu banyak. Cukup dengan membaca buku ini, kita seolah-olah sudah membaca langsung karya mereka. Bahkan sudah dalam versi bahasa Indonesia yang mudah dan ringan.

5. Buku Asli Indonesia Bukan Terjemahan

Apa lebihnya bila suatu buku betul-betul asli berbahasa Indonesia? Dan apa kurangnya bila kita hanya membaca buku terjemahan?

Jawabnya adalah faktor cita rasa dan kebiasaan. Sebagai ilustrasi, ketika jamaah haji kita menunaikan ibadah di tanah suci, mereka merasa lebih nikmat bila menyantap menu masakan Indonesia. Meski harga menu Indonesia jauh lebih mahal, restoran Indonesia tetap laris manis dikunjungi jamaah Indonesia.

Demikian juga dengan masalah bacaan. Buku asing yang diterjemahkan sering kali kehilangan cita rasa di benak pembaca. Oleh karena itu meski sudah cukup banyak kitab fiqih yang beredar di tengah masyarakat, namun kebanyakan kitab itu merupakan terjemahan dari kitab yang aslinya berbahasa Arab.
Pengalaman membuktikan bahwa membaca buku terjemahan seringkali menimbulkan masalah dari banyak sisi, baik yang terkait dengan rasa bahasa, atau pun juga masalah dengan kedekatan realitas antara penulis dan pembacanya.

Sedangkan buku ini asli 100% disusun oleh orang Indonesia, ditulis juga dalam bahasa Indonesia, dan terinspirasi dari realita yang berkembang di Indonesia. Contoh-contoh masalah yang dimuat dalam buku ini berupa kejadian nyata yang kita alami sehari-hari.

Bahkan sebuah judul pada bab-bab di dalamnya, sangat boleh jadi hanya ada di buku ini, dan tidak kita temukan seandainya buku itu terjemahan dari penulis timur tengah.

Maka kelebihan buku ini adalah lebih cocok bila dibaca oleh orang Indonesia, karena punya rasa dan selera ke-Indonesia-an yang khas.

6. Dijual per Jilid

Meski kalau dihitung total buku ini sangat tebal, namun kebijakan kami sebagai penerbit, buku ini boleh dibeli secara terpisah, tidak harus dibeli secara lengkap.

Penulisnya sendiri sengaja memisahkan tiap jilid dengan judul yang berbeda. Cara ini menurut kami memudahkan pembaca. Misalnya buat mereka yang ingin mendalami masalah puasa saja, bisa mendapatkan jilid kelima, tanpa harus membeli jilid-jilid yang lain. Dan yang ingin mendalami masalah Shalat, Zakat atau Haji, mereka bisa membeli per buku yang sesuai dengan kebutuhan.

Sementara kitab-kitab fiqih yang tebal-tebal itu, nyaris tidak bisa dimiliki kecuali bila kita beli seluruh jilidnya. Dan terkadang tiap jilid tidak mewakili satu tema tertentu.

7. Bisa Dipesan Online

Buku ini diserahkan oleh Penulis untuk kami terbitkan dengan tujuan agar bisa lebih banyak dinikmati dan diambil manfaatnya oleh khalayak ramai dengan harga semurah-murahnya. Maka visi kami sebagai penerbit adalah melaksanakan amanat tersebut, yaitu untuk memfasilitasi para pembaca dan bukan sekedar mendapatkan keuntungan secara finansial.

Maka cara yang kami tempuh dengan tidak menjual atau mempromosikan lewat jalur distribusi yang biasa. Sebab cara yang demikian akan sangat membutuhkan banyak biaya.

Agar tidak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan, maka sebagai penerbit, kami tetapkan bahwa kami harus memotong jalur distribusi yang terlalu panjang.

Oleh karena itu kebijakan yang kami ambil adalah melakukan penjualan langsung kepada khalayak, baik lewat di berbagai even yang sengaja digelar, atau pun lewat pemesanan via telepon atau online.

Alasannya antara lain untuk memangkas harga buku. Sebagaimana kita tahu bahwa harga cetak satu buku jauh lebih murah dari harga jualnya di toko, antar 1/3 atau 1/4-nya. Maka buku yang kita beli seharga 100 ribu rupiah di toko buku, ongkos cetaknya barangkali hanya 25 sampai 30 ribu rupiah saja.

Kalau kita bisa memangkas semua biaya distribusi, tentu kita bisa mendapatkan buku dengan harga jauh lebih murah.
Di masa sekarang ini, kita bisa membeli buku tanpa harus ke toko buku.

Cukup kita buka situs yang menjual buku secara online, maka dalam waktu singkat kita bisa mendapat buku itu.

Akhirnya, pembaca yang budiman, semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan dan ampunan buat kita semua. Amien ya rabbal 'alamin.

Sutomo Abu Nashr, Lc

Direktur Rumah Fiqih Publishing

Mengenal 18 Jilid Seri Fiqih Kehidupan - Kajian Medina


Ahmad Sarwat
2 November pukul 09.38 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.