Tentunya nama oknum yang satu ini, yaitu: ‘Alî Hasan al-Halabî, sudah tidak asing lagi di kalangan bocah-bocah yang katanya sudah "mengaji Sunnah". Apalagi oknum ini cukup sering berkunjung ke Nusantara dan tampil di stasiun TV yang katanya "TV Sunnah" itu, di mana ia selalu dielu-elukan oleh penggemarnya sebagai "Syaikh Kibâr" dan diaku-aku sebagai murid senior dari Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî رحمه الله. Karenanya, ‘Alî Hasan al-Halabî ini dijadikan rujukan oleh para Pendaku Salafiy.
Tetapi tunggu dulu… ternyata ada hal yang sangat bermasalah dengan oknum itu…!
☠ Iya betul, ternyata ada yang sangat bermasalah…!!!
❓ Ada apa sebetulnya dengan oknum ‘Alî Hasan al-Halabî itu, apakah betul ia termasuk salah seorang dari ‘ulamâ’-nya Ahlus-Sunnah?
Marilah lihat dan perhatikan sejenak apa ucapan dari para ‘Ulamâ’ Kibâr Salafiy berikut ini tentang oknum ‘Alî Hasan al-Halabî itu…
1⃣ Kata Syaikh ‘Abdullôh al-Ghudayân رحمه الله, anggota al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’ dan Majlis Ha-iah Kibâr al-‘Ulamâ’: "Tinggalkan orang ini, karena dia lah yang mendalangi Madzhab Murji-ah di negeri Mamlakah".
2⃣ Kata Syaikh ‘Ubaid al-Jâbirî حفظه الله:
✓ "Orang ini ngawur dan ngaco!"
✓ "‘Alî Hasan al-Halabî yang digelari dengan al-Atsarî itu bukanlah pengikut atsar. Bahkan dia adalah ahlul-bid‘ah yang sesat lagi menyesatkan, penyeru kesesatan, perusak para hamba dan negara."
✓ "Saya memperingatkan seluruh kaum Muslimîn dari orang ini bagaimana pun penampilannya. Dan saya menghimbau mereka untuk membenci orang ini (‘Alî Hasan al-Halabî) dan meninggalkannya karena Allôh ﷻ hingga ia ruju’ kepada Sunnah dan berlepas-diri dari semua kesesatannya, baik secara global maupun secara terperinci."
3⃣ Kata Syaikh Shôlih as-Suhaimî حفظه الله, ‘ulamâ’ senior di Madînah, pengajar tetap di Masjid an-Nabawî:
✓ "Kebenaran justru bersama al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’, dan ‘Alî Hasan al-Halabî dalam hal ini keliru karena dia tak memahami ucapan al-Lajnah. Dia (‘Alî Hasan al-Halabî) keliru, keliru, keliru, keliru!"
✓ "Walaupun mufti tidak mentabdi’ ‘Alî Hasan al-Halabî, namun saya mentabdi’ ‘Alî Hasan al-Halabî! Dan saya yakin dia adalah seorang ahlul-bid‘ah."
4⃣ Kata Syaikh Muhammad ibn Hâdî al-Madkholî: "‘Alî Hasan al-Halabî adalah termasuk dari orang-orang yang menempuh jalannya pengekor hawa nafsu".
5⃣ Kata Syaikh Dr Robî’ ibn Hâdî al-Madkholî:
✓ "Saya katakan bahwasanya ‘Alî Hasan al-Halabî itu adalah tukang fitnah dan tak diperbolehkan bagi Salafiyûn untuk mendengarkan ucapannya."
✓ "‘Alî Hasan al-Halabî itu berada pada kesesatan yang besar!"
6⃣ Kata Syaikh Dr Shôlih ibn Fawzân al-Fawzân حفظه الله, anggota al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’, anggota Majlis Ha-iah Kibâr al-‘Ulamâ’: "Al-Lajnah ad-Dâ-imah takkan ruju’ dari al-haq dan menjelaskan kebathilan (dari ‘Alî Hasan al-Halabî). Dan yang wajib bagi ‘Alî Hasan al-Halabî adalah untuk rujuk dari kebâthilan."
Kalau mau diteruskan, maka sebetulnya masih banyak ucapan para Masyaikh Kibâr Salafiy tentang kesesatan oknum ‘Alî Hasan al-Halabî tersebut. Hanya saja kami cukupkan untuk sementara sebagaimana di atas.
Maka sekarang kita pertanyakan kepada para pengekor ‘Alî Hasan al-Halabî itu:
❓ Bukankah mereka, para pengekornya ‘Alî Hasan al-Halabî, itu paham ‘ilmu jarh wa ta’dil? Apalagi jika kasusnya berbenturan antara jarh dengan ta’dil, maka tentunya jarh itu jauh lebih didahulukan, bukan?
⇒ Sebab, orang yang menta’dil umumnya bukankah mereka menta’dil hanya sesuai dengan apa yang diketahui saja. Sementara orang yang menjarh, rata-rata ia jauh lebih mengetahui, apalagi jikalau jarhnya itu adalah secara mendetail.
❓ Bukankah pengekor ‘Alî Hasan al-Halabî itu juga paham qoidah "al-jarhul mufassar muqoddam alat-ta’dil" (jarh yang mendetail dan terperinci itu jauh lebih didahulukan daripada sebatas ta’dil)?
⇒ Maka sudah tentu di sini lebih sangat-sangat layak lebih didahulukan adalah jarh.
☠ Apalagi diperparah dengan adanya sebagian dari pengekornya ‘Alî Hasan al-Halabî itu yang membelanya mati-matian. Kata mereka bahwa yang ditahdzîr itu adalah bukunya, bukan personnya, na‘udzubillâh…!
Kalau kita bicara kesesatan oknum ‘Alî Hasan al-Halabî itu justru sangat banyak dan melimpah-ruah, dan itu belum termasuk karyanya yang mengandung pemikiran Murji-ah dan kesesatan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh fatwa al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’, yang mana bahkan dilarang keras untuk dicetak dan diedarkan di ‘Arab Sa‘ûdi. Hal itu tak hanya sekali, tetapi terjadi berkali-kali! – lihat: Screenshot #1
Lantas…
Kenapa para pengekornya itu seperti masih saja seperti buta matanya? Apakah larangan dari para masyaikh tersebut tak cukup bagi mereka? Apakah tahdzîr para Masyaikh Salafiyyîn juga tak dianggap?
Tahdzîran di atas itu belum masuk pada kitâb-kitâb yang membahas tentang kebobrokan, penyimpangan, dan kebâthilan oknum ‘Alî Hasan al-Halabî tersebut, yaitu kitâb "Shiyânatus-Salafiyya min Waswasati wa Talbisât ‘Alî al-Halabî". Sebuah kitâb karya dari Dr Ahmad Bazmul, yang membahas akan kebâthilan-kebâthilan ‘Alî Hasan al-Halabî. Oya, kitâb itu tebalnya sekitar 700 halaman lebih, dan itu sebelum diterjemahkan! – lihat: Screenshot #2
Jika seandainya kitâb tersebut dianggap terlalu tebal, maka silahkan dibaca kitâb "Rof‘ul-Lâ-imah ‘an Fatwâ al-Lajnah ad-Dâ-imah" yang isinya juga membongkar penyimpangan-penyimpangan dari oknum ‘Alî Hasan al-Halabî. Kitâb yang tak terlalu tebal ini, hanya sekitar 200 halaman saja, ditulis oleh Muhammad ibn Salim ad-Dausarî dan diberi kata pengantar oleh para ‘ulamâ’ kibâr seperti: Syaikh Shôlih al-Fauzân, Syaikh ‘Abdullôh ibn Jibrîn, Syaikh ‘Abdul-‘Azîz ar-Rojihi, serta yang lainnya. Di dalam kitâb ini dijelaskan pemikiran-pemikiran berbahaya dari oknum ‘Alî Hasan al-Halabî yang sangat kental bau Murji-ahnya, di mana dia (‘Alî Hasan al-Halabî) sangat ngeyel terhadap al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’, dan tentu hal ini sangat-sangat merusak karena berkaitan tentang masalah îmân! – lihat: Screenshot #3
Jika masih ngeyel bahwa fatwa terhadap ‘Ali Hasan al-Halabî itu sudah ditarik dan para ‘ulamâ’ sudah ruju’, maka sebuah buku baru yang membahas tentang kesesatan ‘aqîdah Murji-ah, judulnya "al-Furûq Bayna ‘Aqîdatis-Salafi wa ‘Aqîdatil-Murji-ah" karangan Syaikh Shôlih ibn Muhammad as-Suwayyih. – lihat: Screenshot #4
Apa yang menarik dari buku yang terbit di tahun 2018 ini?
Ternyata buku ini ditaqdim oleh Syaikh Dr Shôlih ibn Fawzân al-Fawzân حفظه الله dan Syaikh Muhammad ibn Hasan ibn ‘Abdur-Rohman Âlu Syaikh حفظه الله… yang mana beliau keduanya adalah ‘ulamâ’ anggota dari Majlis Ha-iah Kibâr al-‘Ulamâ’ dan al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’.
Menariknya di mana?
Karena di dalam buku ini juga dibahas tentang kesesatan dari oknum ‘Alî Hasan al-Halabî yang menyeru kepada ‘aqîdah sesat Neo Murji-ah.
❗ Sangat jelas buku ini membuktikan bahwa baik al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’ maupun para ‘ulamâ’ Majlis Ha-iah Kibâr al-‘Ulamâ’ sama sekali TIDAK PERNAH menarik tahdzîran mereka terhadap oknum penyebar ‘aqîdah sesat Neo Murji-ah ‘Alî Hasan al-Halabî itu.
☠ Jadi terbukti jelas pula siapapun yang mengatakan bahwa tahdzîran kepada ‘Alî Hasan itu sudah lama, sudah diabaikan, bahkan ada yang bilang sudah dicabut, adalah SAMA SEKALI TIDAK BENAR dan dia ada dalam kedustaan! Karena terbukti dengan taqdim Syaikh al-Fawzân dan Syaikh Muhammad Âlu Syaikh atas buku tersebut.
Ini penjelasan bahwa Syaikh Fawzân حفظه الله masih mentahdzîr ‘Alî Hasan al-Halabî itu: http://bit.ly/2x94ag6
⇛ Maka cobalah berpikir dengan cerdas, gunakanlah akal sehat dan nurani yang lurus…!
⁉ Mau ikut petunjuk para ‘ulamâ’ kibâr yang telah sepuh, ataukah cuma ikut-ikutan ngustad-ngustad lokal yang tak jelas sanad ke‘ilmuannya, bahkan tak punya rekomendasi dari masyaikh?
Kalau mau berdalih dengan: bukankah katanya ‘Alî Hasan al-Halabî itu murid dari Syaikh Muhammad Nashîruddîn al-Albânî رحمه الله, dan banyak karyanya yang memperjuangkan Sunnah, bahkan juga menjalin komunikasi dengan masyaikh yang lainnya?
Maka kita jawab lagi dengan mengembalikan pada qoidah di awal, bahwa yang namanya jarh terperinci itu jauh lebih didahulukan daripada ta‘dil.
Adapun kalau cuma masalah statusnya yang murid dari Syaikh al-Albânî, maka bukankah semua sudah tahu bahwa Washil ibn Atho’ (pendiri sekte kufur Mu’tazilah) justru malah berguru langsung kepada al-Imâm Hasan al-Bashri رحمه الله (seorang Tâbi‘în senior), dan ia pun hidup pada kurun Mufadhdholah?
⚠ Jadi, tak pengaruh siapapun gurunya, kalau sesat ya sesat! Titik.
Apalagi yang cuma sekelas oknum ‘Alî Hasan al-Halabî itu saja???
Adapun kalau kita melihat dari sisi luar, maka sungguh para Pengaku Sunnah (Salafiy Claimers) atau Salafiy Maz‘ûm itu sangatlah lucu… kok ya oknum dengan reputasi yang sangat buruk semacam itu malah dijadikan sebagai rujukan utama??? Malah secara rutin didatangkan / diundang untuk mengisi "Tabligh Akbar", bahkan mengajarkan karya-karyanya kepada da‘i-da‘i yang katanya nyunnah itu???
Please deh…?!?!?
⁉ Maka perlu ditanyakan kepada mereka: "Situ masih waras kah otaknya?"
Seharusnya mereka itu mengikut kepada ‘ulamâ’ para kibâr yang telah sepuh, yang jelas kadar ke‘ilmuannya dan gurunya siapa, yang mereka jelas mereka telah menghabiskan usianya untuk ‘ilmu dan da‘wah, bukan?
Masa cuma ikut-ikutan kepada ngustad-ngustad yang dikibar-kibarkan, yang tak jelas siapa gurunya dan entah siapa pula ‘ulamâ’ yang mengibârkannya?
⚠ Oya, kami di sini bukan cuman mengada-ada loh, sebab apa yang kami tulis ini semua adalah ucapan para ‘ulamâ’ kibâr yang dinukil dengan jujur, di mana ucapan mereka itu masih berlaku sampai saat ini, dan sama sekali tak pernah dicabut ucapan-ucapan tersebut oleh yang bersangkutan.
☠ Yang ada malahan oknum ‘Alî Hasan al-Halabî itulah yang selalu membangkang dan tak mau berjalan di bawah bimbingan ‘ulamâ’ kibâr, serta tak mau rujuk dari kebâthilannya!
Kalau mau marah dan kritik, silahkan saja… tetapi silahkan marah kepada para ‘ulamâ’ kibâr yang telah sepuh itu ya? Jangan kepada kami, ya?
Lagian, tentu mereka, para ‘ulamâ’ kibâr yang telah sepuh tersebut, adalah lebih paham akan masalah da‘wah ini? Bahkan bukankah kita disuruh untuk kembali kepada ‘alim ‘ulamâ’, bukan? Apalagi kepada para masyaikh kibâr yang telah sepuh?
Jadi cerdaslah…!!!
Ingat, bukankah sering sekali kita dengar didengung-dengungkan atsar Salaf, sebuah ucapan dari Imâm Ibnu Sirin رحمه الله, yaitu bahwa ‘ilmu itu adalah agama, maka perhatikanlah kepada siapa kalian mengambil ‘ilmu agama kalian.
❓ Apakah layak mengambil ‘ilmu agama kepada orang-orang yang membela mati-matian oknum semacam ‘Alî Hasan al-Halabî itu, sementara jarh mufassar kepadanya telah sangat jelas dan terang benderang…?!?
🔥 Janganlah sampai tersesat jadi Murji-ah atau Ahlul Bid'ah tanpa sadar…!
Gunakanlah akal sehat…!
▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.
Sebagai tambahan, berikut link fatwa dari para ‘ulamâ’ tentang oknum ‘Alî Hasan al-Halabî:
🔗 https://youtu.be/AJ7bOuMGz6Q
🔗 https://youtu.be/KjejLFAoUh4
🔗 https://youtu.be/-nNT8vb7VQM
Demikian, semoga dapat dipahami.
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Sahabat Acad Syahrial
25 Juni pukul 17.48 ·
25 Juni pukul 17.48 ·
#Pendaku Salafi
#Sahabat Acad Syahrial