Mana Yang Lebih Rajih?

Mana Yang Lebih Rajih? - Kajian Medina
Mana Yang Lebih Rajih?

Pertanyaan macam ini seringkali saya terima begitu saya bukan forum tanya jawab, setelah sebelumnya saya menguraikan perbedaan pendapat dari empat mazhab.

Biasanya saya jawab begini : Yang empat saya ceritakan barusan itu sudah yang paling rojih dari belasan atau puluhan pendapat yang diakui kapabilitasnya. 

Yang tanya tambah bingung dan tanya lagi,"Lho memangnya semua ada berapa pendapat?".

Saya jawab bahwa jumlah ulama itu tidak terhingga. 

Di setiap wilayah negeri Islam ada kumpulan ulama. 

Di setiap jenjang keilmuan ada banyak kumpulan ulama.

Di setiap genre keilmuan ada banyak kumpulan ulama. 

Di setiap pergantian abad ada banyak kumpulan ulama. 

Maka jangan kaget kalau hasil penelitian menyeluruh kita menunjukkan ada puluhan pendapat yang berbeda-beda dari para ulama.

Beberapa ada yang bisa dikelompokkan, karena ada kedekatan konten yang seakan menyatu, meski bervariasi. Dan kalau berdasarkan kelompok madrasahnya, akan lebih mudah kita petakan. 

Sebab tiap madrasah punya metodologi yang unik, spesifik, ilmiyah, logis, dan memenuhi standar baku dalam dunia ilmu pengetahuan. 

Ada Madrasah Hanafiyah, Madrasah Malikiyah, Madrasah Syafi'iyah dan Madrasah Hanabilah. 

Walaupun di tiap madrasah itu sangat mungkin juga masih terjadi perbeaan. Amat jarang dalam suatu madrasah seluruhnya bersepakat. Pasti ada saja keragaman dan variasinya. 

Maka dalam pemaparan, untuk lebih mudahnya kita biasa menampilkan apa yang dianggap representasi dari tiap madrasah. 

Jadi kalau ditanya lagi, dari empat madrasah itu, mana yang paling rajih, jawabnya sudah tidak bisa lagi disatukan, atau dimenangkan satu lalu dikalahkan yang lainnya. 

Tidak begitu cara kita menjabarkan fakta ilmiyah hasil penelitian panjang selama 14 abad. 

Tidak bisa langsung hajar : Yang ini lebih rajih sedang yang itu marjuh. Tidak sesederhana itu Ferguso. 

Setidaknya berilah sedikit penghargaan dan apresiasi. Pendapat-pendapat itu muncul bukan dari kerjaan ngisi TTS iseng-iseng berhadiah, tapi hasil dari kumpulan para ulama mujtahidin yang melakukan penelitian panjang dari generasi ke generasi. 

Jangan tiba-tiba Anda bilang : ah tidak rajih. 

Maka biasanya saya tambahkan jawaban saya : Semua pendapat yang saya sampaikan adalah yang paling rajih di masing-masing genrenya, di masing-masing madrasahnya.

Biasanya ada pertanyaan pamungkas plus cerdas,"Antum sendiri pakai pendapat yang mana?". 

Sebenarnya saya bisa bilang,"Wah itu rahasia". Tapi tidak apa-apa juga kalau saya berterus terang."Saya pakai pendapat A".

Pasti ditanya lagi, kenapa A? Emangnya A itu yang paling rojih?

Oh nggak juga. Sebab saya tahunya memang A. Kan dulu belajarnya memang A, bukan B, C dan D. Masak nggak belajar sok mau pakai. Pakailah yang anda sudah pelajari.

Tapi pernyataan pamungkas bikin saya terdiam. Maaf ustadz, kami ini tidak pernah belajar A B C D. Jadi pilihkan saja buat kami. 

Waduh

Ahmad Sarwat

24 September 2020· 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.