Seorang ‘ulamâ’ mengatakan:
يصول أحدهم على من شتمه ، ويسالم من شتم ربه !
(arti) "Seseorang dari mereka menyerang atas orang yang mencelanya, namun ia berdamai dengan orang yang mencela Robb-nya." [lihat: Rosa-il al-Jahizh I/268].
Maka demikianlah yang kita saksikan kelakuan dari GPK Kokohiyyun itu…
GPK Kokohiyyun itu begitu ribut perkara khilafiyah seperti: Qunût Shubuh, Yasinan, isbal, turun sujud dengan tangan dulu, dlsb.
Namun ketika Ummat Islâm marah dan berunjuk rasa menuntut agar a Hog diadili, GPK Kokohiyyun malah mencela Ummat Islâm, mengatakan bahwa Ummat Islâm yang berkumpul itu adalah "Persatuan Kebun Binatang", bahkan menuduh Khowârij yang bughôt.
Atau ketika Ummat Islâm marah dan berunjuk rasa menuntut agar BuSuk diadili, GPK Kokohiyyun malah mencela dan tampil menjadi pembela si BuSuk.
Atau ketika cadar dilecehkan, lalu muncul video social experiment hug me perempuan bercadar, malahan GPK Kokohiyyun itu menista dan melontarkan tuduhan keji "perempuan etalase" kepada aktor pada video tersebut.
Bahkan ketika Ummat Islâm merasa gembira dengan kemenangan Khabib Nurmagomedov, GPK Kokohiyyun malah mencela Khabib karena menurut mereka tinju itu olahraga harôm, dan lucunya mereka malah mendo'akan Conor McGregor.
Dan kejadian terakhir, ketika Bendera Tauhîd dinistakan, GPK Kokohiyyun malah sibuk menyebar-nyebar tulisan bahwa hadîts tentang rôyah dan liwâ’ itu statusnya dho‘if.
GPK Kokohiyyun itu ada di sebarisan dengan musuh-musuh Islâm yang kebetulan saat ini berkuasa, karena sebagaimana keyakinan dalam ‘aqidah kaum Murji-ah itu bahwa menegakkan amar ma‘rûf nahyi munkar kepada penguasa adalah menimbulkan fitnah.
Syâikhul Islâm Ibnu Taimiyyah رحمه الله pernah berkata:
وآخرون من المرجئة ، وأهل الفجور قد يرون ترك الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ، ظنا أن ذلك من باب ترك الفتنة
(arti) "Dan yang selainnya dari kelompok Murji-ah dan orang-orang fâjir terkadang memilih meninggalkan amar ma‘ruf nahyi munkar. Mereka berasumsi bahwa hal itu termasuk berpaling dari fitnah." [lihat: al-Âdâbusy-Syar‘iyah I/182].
Jadi intinya memang ‘aqidah Murji-ah yang mereka anut.
Al-Murji-ah (المرجئة) adalah firqoh sesat yang menyimpang karena sikap tafrith (bermudah-mudahan)nya terhadap agama, khususnya dalam masalah îmân. Adapun akar dari ‘aqidah Murji-ah itu adalah tafrith di dalam Tauhîd Uluhiyah.
Para ‘ulamâ’ terdahulu bahkan menganggap bahwa kesesatan Murji-ah itu bahkan lebih berbahaya dari ahlu bid‘ah yang lainnya.
Imâm az-Zuhrî رحمه الله mengatakan bahwa tidak ada bid‘ah yang lebih berbahaya dalam Islâm bagi umatnya kecuali bid‘ah ini (irjâ’). [lihat: al-Ibânah II/885; al-Fatâwâ VII/395].
Imâm Sa‘îd ibn Jubair رحمه الله mengatakan bahwa Murji-ah itu adalah Yahûdi-nya ahlu kiblat (ummat ini). [lihat: al-Ibânah II/886 ; as-Sunnah I/323].
Imâm Ibrôhîm an-Nakho‘î رحمه الله mengatakan:
لفتنتهم -يعني المرجئة- أخوف على هذه الأمة من فتنة الأزارقة
(arti) "Sungguh fitnah mereka (Murji-ah) lebih ditakutkan atas ummat ini daripada fitnah Azâriqoh (Khowârij)."
Imâm az-Zuhrî رحمه الله mengatakan:
ما ابتدعت في الإسلام بدعة أضر على أهله من الإرجاء
(arti) "Di dalam Islâm ini tidak pernah didatangkan bid‘ah yang lebih berbahaya atas pemeluknya daripada irjâ’."
Imâm al-Awzâ‘î رحمه الله mengatakan bahwa Yahyâ ibn Abî Katsîr dan Qotadah رحمهما الله pernah berkata:
ليس شيء من الأهواء أخوف عندهم على الأمة من الإرجاء
(arti) "Tidak ada satu pun ahwâ’ (bid‘ah) yang lebih mereka khawatirkan atas ummat ini daripada irjâ’."
Tidak mengherankan kalau para Salaf sangat-sangat khawatir dengan fitnah kaum Murji-ah ini, karena mereka merupakan pendorong pembonsaian syari‘at, sehingga sangat-sangat berbahaya bagi tegaknya agama Islâm ini.
Imâm Syurai’ al-Qodhî رحمه الله mengatakan:
هم أخبث قوم حسبك بالرافضة خبثا ولكن المرجئة يكذبون على الله
(arti) "Mereka itu (Murji-ah) adalah kaum yang paling busuk, cukuplah kebusukan Rôfidhoh bagimu, namun Murji-ah ini berdusta atas nama Allôh." [lihat: Majmu’ al-Fatâwâ VII/394-395].
Paham sesat Murji-ah ini mencetak manusia-manusia cinta keduniawian yang gemar menjilat telapak kaki penguasa.
Kholîfah al-Ma‘mûn suatu ketika pernah bertanya kepada Imâm Nadhr ibn Syuma-il رحمه الله tentang apakah Murji-ah itu, maka beliau mengatakan:
دين يوافق الملوك ، يصيبون به من دنياهم ، وينقصون من دينهم
(arti) "Agama yang menyesuaikan diri dengan kepentingan para raja. Dengan sikap beragama seperti itu, mereka mencari sebagian kenikmatan duniawi dari para raja, meski akibatnya mereka mengurangi bagian agama mereka sendiri." [lihat: al-Bidâyah wan-Nihâyah XIV/221].
Sebegitu buruknya Murji-ah, Imâm Ahmad ibn Hanbal رحمه الله diriwayatkan pernah melarang sholât di belakang da‘i-da‘i Murji-ah itu sebagaimana yang dikisahkan oleh Imâm al-Kholâl dari Abû Dâwûd, bahwa ia pernah bertanya kepada Imâm Ahmad ibn Hanbal tentang boleh tidaknya sholât di belakang orang Murji-ah.
Imâm Ahmad رحمه الله mengatakan:
إذا كان داعية فلا تصلي خلفه
(arti) "Apabila ia adalah seorang da‘i (Murji-ah), maka jangan sholât di belakangnya!" [lihat: al-Masâ-il war-Rosâ-il II/370].
Begitu buruknya ‘aqidah Murji-ah ini, maka mereka bisa menjadi pengkhianat kepada Ummat Islâm. Mereka menjadikan penguasa-penguasa Jâhilîyah Thôghûtiyah bisa jadi Sunnah di kalangan mereka.
Mereka mengklaim bahwa mereka paham agama ini, mengaku-ngaku menyuruh orang kepada الله dan Rosûl-Nya, akan tetapi hakikatnya mereka telah menjual diri mereka kepada para hukkâm yang zhôlim untuk memperturutkan hawa nafsu rendahannya.
Sebagaimana karikatur satire ini yang menggambarkan seorang da‘i Murji-ah sedang mengajak seseorang yang akan menjalani eksekusi hukuman gantung untuk mengucapkan kalimat Tauhîd, padahal para da‘iyah dan mujahid itu justru sampai ke tiang gantungan dikarenakan memperjuangkan kalimat Tauhîd…
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Arsyad Syahrial
2 jam ·
#Arsyad Syahrial
#Pendaku Salafi