Imam Hakim at-Tirmidzi dalam Nawadirul Ushul [hal. 159] memberikan penjelasan, himpitan kubur dialami oleh semua orang, tak terkecuali orang yang shalih, adalah merupakan balasan karena setiap manusia pasti melakukan kesalahan.
Imam an-Nasafi dalam Bahrul Kalam [hal. 250] berkata, bahwa seseorang yang ahli ta'at tidak akan disiksa di dalam kuburnya, tetapi dia mengalami himpitan kubur serta merasakan takut dan kepayahan. Hal itu karena dia menikmati berbagai nikmat dari Allah, tetapi tidak mensyukurinya.
Akan tetapi, bagaimanapun zahir hadits tentang himpitan kubur tampak bertentangan dengan hadits lain tentang nikmat kubur bagi kaum muslim, yang diantaranya adalah diluaskannya kubur.
Untuk menghimpun hadits-hadits di atas, Imam Muhammad at-Taimi riwayat Ibn Abi Dunya dan Ibn Rajab al-Hanbali dalam kitab Ahwal al-Qubur [hal. 60] memberikan jawaban, bahwa maksud himpitan kubur di atas adalah himpitan [pelukan] seorang ibu kepada anaknya, lantaran manusia diciptakan dari tanah. Setelah lama ghaib [berpisah], maka saat anaknya [manusia] dikembalikan lagi kepada ibunya, tanah akan menghimpitnya seperti pelukan ibu kepada anaknya yang lama tak kembali. Anak yang taat akan dihimpit dengan lembut [himpitan kerinduan] yang durhaka akan dihimpit dengan sangat keras [himpitan adzab], karena murka Allah. Demikian dikatakan pula oleh Imam Mulla Ali al-Qari dan Imam az-Zabidi dalam Syarah Fikih Akbar [hal. 83] dan Ithaf Sadah Muttaqin [X/422].
Hidayat Nur
12 Juli (1 jam yang lalu) ·
#Hidayat Nur
