AKHIRNYA KENA TAHDZIR JUGA
(Kisah seorang ustadz)
Saat kalah hujjah, grup talafy yang bertajuk "Meniti Jalan Salafus Solih 2" langsung mentahdzir dan manjarh saya.
Hal ini dikarenakan oleh postingan saya soal "Hadits pemimpin cerminan rakyatnya" adalah dhoif atau lemah.
Padahal yang menyatakan lemah adalah ulama kibar mereka yakni syaikh Nashiruddien al Albani (sang pencetus istilah Salafy).
.
Untuk lebih jelasnya, silakan simak hadits tersebut di bawah ini.
كَما تَكونوا يُولَّى عليكُمْ
(arti) “Sebagaimana keadaan diri kalian, maka seperti itulah kalian akan dipimpin.”
[HR ad-Dailami, Musnad al-Firdaus, dari Abû Bakroh; al-Baihaqî, dari Abû Ishaq as-Sabi‘î secara mursal].
Ternyata hadîts tersebut telah dilemahkan beberapa ‘ulamâ’ ahli hadîts, baik dari kalangan terdahulu seperti misalnya adalah al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqolânî رحمه الله, maupun dari kalangan modern seperti Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî رحمه الله.
.
Syaikh al-Albânî bahkan menghimpun keseluruhan jalurnya dalam kitâb beliau, yaitu: as-Silsilah Ahâdîts adh-Dho‘ifah jil 1 hal 490-491 no 320, di mana beliau menilainya dho‘if, seraya menyatakan bahwa fakta di lapangan justru mendustai (bertentangan) dengan hadîts tersebut.
Syaikh al-Albânî di dalam komentarnya pada paragraf terakhir uraiannya berkata:
"Kemudian makna hadîts yang dimaksud, menurut saya, tak sepenuhnya tepat. Sejarah mengabarkan tentang kepemimpinan pemimpin shôlih setelah pemimpin yang tak shôlih, sedangkan rakyat yang dipimpin masih tetap sama."
.
Gara-gara postingan di atas, kolom komentar ditiadakan dan saya tidak lagi bisa mengirim postingan lagi, bahkan hanya sekedar untuk mengedit postingan tersebut.
.
Apa hikmah yang dapat diambil dari kasus ini?
1. Mereka ta'ashub, tidak mau ambil ilmu di luar kelompoknya.
2. Mereka mengambil dalil hanya yg sesuai dg nafsu kelompoknya.
3. Tidak mau tabayyun atas istimbat dalil yg ada.
4. Ghulat tajrih, yakni ekstrim dalam menjauhkan tolabul ilmi di luar kelompoknya.
5. Menghindari kebenaran yang nyata dari dalil yang ada.
6. Mencocok-cocoknya dalil untuk kepentingan kelompoknya.
7. Bebal dalam berfikir.
8. Keras hati dalam menerima nasihat dan kebenaran.
9. Taqlid hanya menerima hujjah dari kelompoknya saja meski dalilnya sudah dinyatakan dhoif oleh ulama kibaar.
10. Dan, jahil atau bodoh.
.
Nas alullohal afiyah, moga mereka mendapatkan petunjuk ke jalan yg lurus dan bisa keluar dari sifar ghulat tajrih, ta'ashub, taqlid buta dan jahil.
✍️ M.qaqa
Perdana Akhmad,S.Psi
16 jam ·
Sumber : https://www.facebook.com/PerdanaAkhmadspsi
#Perdana Ahmad Lakoni