Kenapa Saya Meninggalkan Salafi Wahabi

Kenapa Saya Meninggalkan Salafi Wahabi
PENGALAMAN ADALAH PENGAJARAN.

Kenapa Saya Meninggalkan Salafi (Wahabi).

Saya ditanyai oleh kawan-kawan,..apa sebab engkau tinggalkan wahhabi?.

Saya menjawab ringkas,..saya tinggalkan wahhabi karena hidayah dari Allah,..mungkin Allah tidak menghendaki saya jatuh dalam kekufuran atau kesesatan.

Dalam tulisan ini saya tidak akan menceritakan pengalaman pribadi, mulai dari mengenal salafi hingga memutuskan untuk meninggalkannya. 

Dimana justru dengan berkenalan dengan salafi lah saya mendapatkan hidayah untuk belajar lebih banyak tentang Islam. Karena itu kurang penting, membuang waktu, dan yang pasti saya tahu para pembaca tidak akan peduli. 

Sudah hampir 7 tahun saya meyakini manhaj salafi sebagai kebenaran, dan seperti yang diyakini oleh ikhwan dan asatidz salafi yang lain bahwa tidak ada kebaikan dan kebenaran sedikit pun pada kelompok, manhaj, dan tariqah Islam yang lain. Kenapa sekarang saya meninggalkan manhaj salafi? Ada 3 hal utama, saya singkat saja. 

Pertama, fakta sejarah. 

Khususnya sejarah dan politik berdirinya negara Saudi. 

Kedua, Metode mereka dalam ber-Istinbath. 

Ketiga, bid’ah dan penyimpangan mereka dalam akidah. 

Untuk poin pertama dan kedua, insya Allah akan dibahas pada tulisan-tullisan lain. Pada tulisan ini saya ingin membagikan beberapa hal tentang akidah yang diyakini dan ditulis oleh para ulama-ulama mereka. Sebelumnya kita akan membahas lebih dahulu, apa yang dimaksud dengan salafi atau wahabi itu?.

Salafi berasal dari kata salaf. salaf adalah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama yang berada pada tiga generasi pertama –radhiyallahu ‘anhum-. 

Mereka ini telah dipersaksikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya mereka adalah generasi terbaik umat ini. Sebagaimana hal ini terdapat dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelah mereka dan setelah mereka lagi.”.

Sedangkan salafiyun adalah bentuk jama’ dari kata salafi dan salafi adalah kata yang disandarkan pada salaf. Sedangkan makna salaf sudah dijelaskan tadi. 

Jadi salafiyun adalah mereka yang meniti jalan beragamanya salaf yaitu dengan selalu mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah, juga mereka mendakwahkan Al Qur’an dan As Sunnah dan mereka pun mengamalkan keduanya.  

Sampai disini tidak ada masalah, dan seyogyanya umat Islam memang harus ber-Islam sebagaimana para salafus sholeh (tiga generasi utama) contohkan. 

Tapi apakah praktiknya kelompok yang menisbatkan dirinya sebagai salafi ini benar-benar mengamalkan manhaj salaf? Bisa iya bisa tidak. Saya tau bahwa banyak dari mereka memiliki niat yang tulus, tapi banyak pemahaman mereka justru menyelisihi salaf dan bersifat lebih merusak kaum muslimin dibandingkan dengan pemahaman yang shahih dan membangun.

Karena itulah saya mulai berhenti menyebut mereka sebagai salafi, karena dalam lubuk hati saya tidak menerima bahwa banyak pemahaman dan bid’ah yang mereka lakukan dinisbatkan pada salaf.  

Sehingga saya menyebut mereka sebagai wahabi, yaitu dakwah yang dinisbatkan pada Muhammad bin Abdul Wahhab, syaikh mereka. 

Tapi anehnya mereka tidak suka dijuluki sebagai wahabi, bahkan dengan lantang menuduh bahwa yang menyebut mereka  wahabi adalah Syiah. Subhanallah. 

Padahal banyak ulama panutan mereka yang membolehkan dan bangga pada penjulukan sebagai wahabi. Berikut adalah bukti pengakuan dari Syaikh Wahabi yakni Ibnu Baz dalam kitab Fatawa Nur ‘ala al-darb pada soal yang ke 6 sebagai berikut :

Soal ke 6 : Seseorang bertanya kepada Syaikh : “Sebagian manusia menamakan Ulama-Ulama di Arab Saudi dengan nama Wahabi (Wahabiyyah), adakah antum ridha dengan nama tersebut ? dan apa jawaban untuk mereka yang menamakan antum dengan nama tersebut ?”.

Syaikh Ibnu Baz menjawab sebagai berikut.

Jawab : “Penamaan tersebut masyhur untuk Ulama Tauhid yakni Ulama Nejed (Najd), mereka menisbahkan para Ulama tersebut kepada Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab. 

Dan bahkan Ibnu Baz memuji nama tersebut, ia berkata.

“Nama itu (Wahhabiyah) adalah panggilan yang sangat mulia dan sangat agung.”

Bahkan Syaikh Sulaiman bin Samkhan ulama Wahabi yang pertama kali mencetuskan istilah quburiyyun dalam kitabnya Kasyful Awham Wal Iltibas menulis kitab yang berjudul Al Hadiyyatus Saniyyah Wat Tukhfatul Wahabiyah Annajdiyah. Dengan jelasnya beliau membanggakan istilah nama Wahabi. 

Oleh karena itu dengan niatan meluruskan bahwa nama wahabi adalah istilah yang diciptakan golongan syiah kepada mereka yang anti syiah sangatlah tidak tepat justru istilah wahabi adalah lahir dari ulama mereka sendiri dan diakuinya dengan penuh kebanggaan.

Kemungkinan yang kedua kenapa mereka salafi mengingkari adanya mazhab wahabi atau kelompok yang disebut dengan wahabiyah, karena mereka mengetahui bahwa sejarah mereka penuh dengan kerusakan, penghancuran, aksi-aksi terorisme dan mereka mengklaim diri mereka dengan sebutan salafiyah. 

Di antara bukti bahwa mereka adalah wahabiyah dan bahwa nama wahabiyah memang sinonim dengan kelompok mereka adalah pengakuan mereka dalam kitab yang mereka sebarkan dengan judul Syekh Muhammad ibn Abdul Wahhab Aqidatuhu as-Salafiyyah wa Dakwatuhu al Islamiyah karya Ahmad ibn Hajar Al Buthami salah seorang da’i mereka di Qatar dan juga seorang qhadi di sana. 

Buku tersebut diberi kata pengantar oleh Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Baz cetakan II 1393 H, dicetak oleh Syarikat Mathabi’ al Jazirah hal. 105 disebutkan beberapa pernyataan sebagai berikut.

“Ketika bertemu dengan orang-orang Wahabi di Makkah, orang-orang Islam wahabiyah telah mampu mendirikan negara Islam atas dasar ajaran wahabi, dan mereka beragama Islam menurut mazhab Wahabi.” 

Bukti lain yang menguatkan hal ini terdapat dalam kitab Muhammad ibn Jamil Zainu seorang pengajar wahabi di Makkah yang berjudul Qutuf min as-Syamail al Muhammadiyah cetakan Dar as Shahabah. Kitab tersebut didistribusikan di Lebanon oleh sebuah organisasi yang bernama Jam’iyah an-Nur wa al Iman al Khairiyah al Islamiyah.. Pada hal. 67 dengan bangga menyebut nama Wahabiyah, ia mengatakan: “Wahabi berasal dari nama al Wahab yang merupakan salah satu nama dari nama Allah”. 

Sungguh, ia telah melakukan kebohongan, sebab Wahabiyah adalah nama yang  diadopsi dari nama Muhammad ibn Abdul Wahhab. 

Pengakuan mereka juga menjadi bukti bahwa agama yang mereka anut adalah agama Wahabi dan mereka menamakan gerakan mereka dengan al Harakah al Wahabiyah sebagaimana disebutkan dengan jelas dalam sebuah kitab karya salah seorang pemuka mereka Muhammad Khalil Harras yang berjudul al Harakah al Wahabiyah cetakan Dar al kitab al Arabi yang banyak memuat pembelaan terhadap wahabiyah dan menyebutnya dengan nama dakwah wahabiyah, lihat hal. 37.

Jelas bahwa mereka sendiri dan dengan tulisan mereka atau para pemukanya bahwa merekalah golongan wahabiyah. Maka waspadalah terhadap mereka meskipun mereka sering berganti nama akan tetapi mereka sebenarnya satu dan mengemban membawa misi yang sama.

Disini dahulu terhenti pena,..pengalaman adalah pengajaran dan harapan saya, tidak lah sahabat semua terjatuh kelubang yang sama.

Dakwah salafi Al-Sigambuthi.

Kenapa Saya Meninggalkan Salafi Wahabi

Kenapa Saya Meninggalkan Salafi Wahabi

Kenapa Saya Meninggalkan Salafi Wahabi

Syahrul Al Sigambuthi bersama Munir Mahyudin Munir dan 46 lainnya.

6 Oktober 2020·  

Pengalaman adalah Pelajaran, Mengapa Saya Tinggalkan Wahabi :

1. Kenapa Saya Meninggalkan Salafi (Wahabi).

2. Lebih Jauh Tentang Wahabi

3. Pendalaman dan Kajian Hadits

4. Pendapat Wahabi Tentang Mazhab

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.