Alkisah di Sebuah Negeri Zamrud Khatulistiwa

Alkisah di Sebuah Negeri Zamrud Khatulistiwa - Kajian Medina
Alkisah di Sebuah Negeri Zamrud Khatulistiwa

Alkisah di sebuah negeri zamrud khatulistiwa ketika itu dalam cengkeraman kekuasaan kolonial Belanda. Singkat cerita pemerintah kolonial mengeluarkan kebijakan perburuhan bagi rakyat pribumi, dua diantaranya ialah,

1. Heerendiensten aka kerja rodi.

Kala itu pemerintah Belanda yang dikendalikan Prancis memerintahkan pembangunan infrastruktur jalan raya dari Anyer hingga Panarukan sepanjang kurang lebih 1.100 km. Beribu-ribu rakyat dikerahkan. Pekerjaan mulai dari memecah bukit2 cadas, penimbunan rawa dan pengerasan dengan batu semuanya murni menggunakan tenaga manusia tanpa alat berat. 12.000 jiwa rakyat mati terbunuh.

2. Cultuurstelsel aka sistem tanam paksa.

Di atas kertas, pemerintah kolonial mewajibkan petani menyediakan 20 persen lahannya untuk ditanami komoditas ekspor, namun faktanya seluruh hasil panen dari lahan yang dimiliki petani dirampas paksa pemerintah kolonial.

Rakyat juga dibebani dengan tanggung jawab mengirim hasil komoditas tanam paksa tanpa kecuali, padahal masa itu belum ada transportasi logistik yang memadai. Jika gagal panen, rakyat tetap yang harus menanggung. Mereka yang sudah kena kewajiban tanam paksa, masih harus membayar pajak.

Kata Johannes van den Bosch selaku penguasa tanah kolonial saat itu :

"Unjuk rasa tolak UU Cultuurstelsel karena termakan hoax.."

Hmm....

Bagaimana reaksi 'salafyyin' yang ketika itu telah eksis berdakwah di tengah ummat?

Ustadz A : "Meski punggung dicambuk harta dirampas, kami dengar dan kami taat."

Ustadz B : " Saya kok mimpi mister van den Bosch mualaf dan sholat di samping saya di masjid.. takwilnya apa ya..."

Ustadz C : "Tumpahkan darahnya.. Mereka yang melawan pemerintah matinya mati jahiliyyah, khowarij kilabunnar.. Sungguh para aparatlah yang berjihad bukan mereka.."

Ustadz D : "Hindia Belanda adalah khilafah, pemimpinnya bisa disebut imam, bisa disebut amirul mukminin, bisa disebut kholifah."

Ikhwan E : "Pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Solusi pemimpin zalim bukan demo apalagi memberontak, tapi dengan banyak doa dan bertaubat."

Ikhwan F : "Yang diperjuangkan pedemo dan pemberontak itu hanya urusan perut dan syahwat kekuasaan saja bukan yang lain."

Ikhwan G : "Tetap taat dan bersabarlah, rezeki itu Allah yang atur bukan undang2."

Ikhwan H : "Yaa akhee.. Syukuri nikmat aman ini, jangan memberontak sebab ulil amri kita masih membolehkan sholat dan melindungi dakwah yang haq."

Seorang pendeta misionaris dari Belanda girang bukan kepalang melihat saudara2nya dari kalangan 'salafyyin' begitu hebat ketaatannya pada pemerintah kolonial turut memberikan reaksi senada dengan mengutip ayat alkitab :

"Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang (pemimpin) yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."

(Matius 5:39)

Klop...

Sekian

* Kisah di atas hanya fiktif. Jika ada kesamaan oknum, tempat dan kejadian lah itu emang fakta.

Gitu aja kok repot..

Keterangan foto:

Shalat Ied zaman kolonial

Alkisah di Sebuah Negeri Zamrud Khatulistiwa - Kajian Medina

Abu Nebula

13 Oktober 2020· 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.