By. Ahmad Sarwat, Lc.MA
Kalau perbedaan itu tidak berada pada ujung tombak, biasanya semua pihak bisa saling memaklumi.
Tapi kalau perbedaan kedua belah pihak memang berada pada ujung tombak masing-masing pihak, nampaknya sulit untuk saling memaklumi. Lebih baik dipisahkan saja.
Contoh gampangnya urusan maulid nabi. Ada tokoh yang tema besarnya selalu mengusung bid'ahnya maulid. Sejak pertama kali naik mimbar sampai hembusan nafas terakhirnya hanya khusus untuk mengharamkan maulid.
Untuk itu dia kerahkan segala daya dan upaya, ternasuk harta benda dan jiwa raga dalam rangka membasmi maulid. Puncak cita-cita tertingginya adalah membasmi maulid. Dia rela mati demi musnahnya maulid di muka bumi.
Lalu tokoh yang satunya justru punya ujung tombak yang sama, yaitu tentang maulid. Cuma arahnya berseberangan. Kemana-mana dakwahnya selalu bertema maulid, kudu maulid, bela maulid, hidupkan maulid.
Dia rela mati dam berkorban demi maulid nabi. Seluruh jiwa dan raganya memang dipersembahkan untuk kepentingan maulid.
***
Saya tidak bisa membayangkan kalau kedua tokoh ini duduk semeja. Tidak terlalu lama untuk bisa menyaksikan keduanya saling berbunuhan.
Masing-masing rela mati demi membela apa yang diperjuangkannya. Bahkan siap membunuh lawannya demi bela prinsipnya. Saling menghalalkan darah lawannya dan saling mengklaim bahwa perbuatannya merupakan jihad fi sabilillah.
Ahmad Sarwat
1 September pukul 12.53 ·
#Ahmad Sarwat