Semakin terbuka betapa rusaknya wajah asli dari ‘aqîdah Neo Murji-ah dengan hebohnya kasus disertasi kontroversial tentang "milk al-yamin" (baca: membolehkan zina asal konsensual dan tidak ketahuan).
Bagaimana tidak?
☠ Ngustad-ngustad Pesbuk kaum Neo Murji-ah ramai-ramai menuliskan narasi pembelaan bahwa tidak boleh mengkâfirkan secara muayyan (person) si penulis disertasi tersebut.
Padahal…
⚠ Jelas-jelas madzhab para ‘ulamâ’ robbani pengikut Salafush-Shôlih itu meyakini tentang kâfirnya oknum yang menghalâlkan apa yang telah jelas-jelas Allôh ﷻ harômkan seperti perbuatan zina.
Sebagian dari perkataan para ‘ulamâ’ tentang hal itu adalah sebagai berikut:
📍 Kata al-Qôdhî ‘Iyâdh رحمه الله تعالى:
وكذلك أجمع المسلمون على تكفير كل من استحل القتل ، أو شرب الخمر، أو الزنا مما حرم الله ، بعد علمه بتحريمه
(arti) "Kaum Muslimîn sepakat mengkâfirkan setiap orang yang menghalâlkan pembunuhan, minum khomr, berzina, setelah ia mengetahui keharômannya." [lihat: asy-Syifa bi-Ta‘rifi Huquqil Musthofa II/1073].
📍 Kata Imâm Ibnu Qudâmah رحمه الله تعالى:
ومن اعتقد حلّ شيء أُجمع على تحريمه ، وظهر حكمه بين المسلمين ، وزالت الشبهة فيه للنصوص الواردة كلحم الخنزير ، والزنا وأشباه هذا مما لا خلاف فيه كفر
(arti) "Siapa saja yang meyakini halâlnya sesuatu yang telah disepakati keharômannya, dan telah jelas hukumnya di antara kaum Muslimîn, dan telah hilang syubhât di atasnya, seperti: daging babi, perzinaan, dan sejenisnya yang tidak ada perselisihan, maka ia telah kâfir."
📍 Kata Imâm Abû Ya‘lâ رحمه الله تعالى:
ومن اعتقد تحليل ما حرم الله بالنص الصريح من الله ، أو من رسوله ، أو أجمع المسلمون على تحريمه فهو كافر … ومن فعل ذلك فهو كافر بإجماع المسلمين
(arti) "Siapa saja yang menghalâlkan apa yang telah Allôh harômkan dengan nash yang tegas dari Allôh, atau Rosûl-Nya, atau berdasarkan ijma‘ kaum Muslimîn atas keharômannya, maka ia kafir … dan siapa saja yang melakukan hal tersebut, maka ia kâfir secara ijma‘ kaum Muslimîn." [lihat: al-Mu‘tamad fî Ushuluddîn 271-272].
📍 Kata Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah رحمه الله تعالى:
والإنسان متى حلل الحرام - المجمع عليه - أو حرم الحلال - المجمع عليه - أو بدّل الشرع - المجمع عليه - كان كافراً مرتداً باتفاق الفقهاء
(arti) "Manusia itu kapan saja ia menghalâlkan hal yang disepakati keharômannya, atau mengharômkan sesuatu yang disepakati kehalâlannya, atau mengganti Syari‘at yang telah disepakati, maka ia kâfir dan murtad dengan kesepakatan fuqohâ’." [lihat: Majmu’ Fatawa III/267].
📍 Kata Syaikh ‘Abdullôh ibn al-Husayn Ba‘lawi رحمه الله تعالى di dalam kitâb Sullam at-Tawfiq ilâ Mahabbatillâh ‘alâ at-Tahqiq:
أو [مَنْ] حَلَّلَ مُحَرَّمًا بِالإجْماعِ مَعْلُومًا مِنَ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِمّا لا يَخْفَى عليه ، كالزِّنا واللِّواطِ والقَتْلِ والسَّرِقَةِ والغَصْبِ [أي أَخْذِ أَمْوالِ النّاسِ بِغَيْرِ حَقٍّ قَهْرًا] ؛ أو [مَنْ] حَرَّمَ حَلالًا كذٰلك [أي مِمّا هو مَعْلُومٌ مِنَ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِمّا لا يَخْفَى عليه] ، كالبَيْعِ والنِّكاحِ ؛ أو [مَنْ] نَفَى وُجُوبَ مُجْمَعٍ عليه كذٰلك [أي مِمّا هو مَعْلُومٌ مِنَ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِمّا لا يَخْفَى عليه] ، كَالصَّلَواتِ الخَمْسِ ، أو سَجْدَةٍ منها، والزَّكاةِ ، والصَّوْمِ ، والحَجِّ ، والوُضُوءِ ؛ أو [مَنْ] أوْجَبَ ما لم يَجِبْ إجْماعًا كذٰلك [أي مِمّا هو مَعْلُومٌ مِنَ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِمّا لا يَخْفَى عليه] ؛ أو [مَنْ] نَفَى مَشْرُوعِيَّةَ مُجْمَعٍ عليه كذٰلك [أي مِمّا هو مَعْلُومٌ مِنَ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِمّا لا يَخْفَى عليه] ، كَالرَّواتِبِ
(arti) "(Termasuk sebab-sebab murtad di antaranya adalah): menghalâlkan perkara harôm yang diijma‘kan ‘ulamâ’ dan sudah diketahui secara umum dalam agama ini. Seperti: perzinaan, liwath (homoseksual), pembantaian, pencurian, perampokan ; mengharômkan yang halâl seperti jual-beli dan nikah ; meniadakan kewajiban yang telah disepakati ‘ulamâ’ seperti: sholât lima waktu, atau meniadakan kewajiban salah satu sujud dalam sholât ; menafikan kewajiban zakat, puasa, hajji, wudhu’ ; mewajibkan apa-apa yang tidak wajib secara ijma‘ ; menafikan ‘ibâdah yang jelas-jelas disyari‘atkan agama seperti sholât sunnah rowâtib."
❗ Para ‘ulamâ’ robbani itu sangat berhati-hati dalam perkara takfir dan masih memberikan udzur bil-jahl apabila itu adalah perkara kekufuran yang shifatnya tersamar (khofi), BUKAN di dalam perkara-perkara yang telah jelas terang-benderang (qoth‘i) semacam penghalâlan zina.
☠ Orang yang berzina itu tidaklah kâfir, akan tetapi orang yang menghalâlkan zina walaupun ia sendiri tidak melakukannya maka ia telah kâfir menurut ijma‘ kaum Muslimîn…!!!
Maka kita lihat di antara alasan dari para ngustad-ngustad Pesbuk Neo Murji-ah itu dalam melarang pengkâfiran si penulis disertasi itu sangatlah lucu. Di antaranya mereka mengatakan bahwa penulis disertasi itu harus telah tegak hujjah atasnya, ia paham tentang hujjah, dan telah hilang syubhât darinya…
Heylooo…???
Perkara zina itu semenjak dari awal zaman telah dilarang oleh semua agama Samawi! Mau lihat di Taurôt, Zabûr, ataupun Injîl, maka semuanya jelas mengharômkan zina. Bahkan orang Kâfir Quraisy pada zaman Jâhilîyah pun memnadang perbuatan zina itu buruk. Orang Zaman Now yang awam pun tahu tentang terlarangnya zina, maka apalagi seorang pembelajar agama? Jadi syubhât apanya dan di mana???
Tiada lagi perkara yang perlu dida‘wahi tentang terlarangnya zina kepada si penulis disertasi itu. Apalagi sampai harus berbusa-busa mulut dan kering bibir karenanya, memangnya si oknum penulis disertasi orang awam yang tak paham agama, apa? Bukankah itu oknum penulis disertasi adalah lulusan pendidikan tinggi agama yang lagi mengambil gelar doktoral dalam bidang agama pada sebuah institusi pendidikan tinggi agama? So, awam dari Hongkong?!?
Bahkan kalau dibanding dengan ngustad-ngustad Pesbuk Neo Murji-ah yang melarang pengkâfiran tersebut, si penulis disertasi itu itu jauh lebih baik karena kebanyakan ngustad-ngustad Pesbuk Neo Murji-ah itu tak punya background akademis di bidang keagamaan, kebanyakan hanya diangon sama ngustad-ngustad yang lebih senior saja, bahkan berapa ada yang otodidak…
Ironisnya lagi, ketika ngustad-ngustad Pesbuk Neo Murji-ah itu mengatakan bahwa takfir itu harus diserahkan kepada ahlinya, harus ditegakkan iqomatul-hujjah, harus hilang dulu syubhât, tunggu fatwa ‘ulamâ’, bla… bla… bla… namun giliran mentabdi’ (membid’ah-bid’ahkan) sesama muslim di luar gerombolan mereka, maka sungguh lisan mereka melesat cepat melebihi kecepatan berpikir dan kapasitas otaknya…!
❤ Kita berdo'a:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
{robbanâ afrigh ‘alaynâ shobrô watawaffanâ muslimîna}
(arti) "Wahai Robb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan beragama Islâm."
Sahabat Acad Syahrial
3 September pukul 09.37 ·
#Pendaku Salafi
#Sahabat Acad Syahrial