Orang kalau sudah menolak kaidah ambil baiknya buang buruknya, ya semua orang lain dalam pandangannya akan buruk. Orang kalau sudah menolak kaidah muwazanah, ya semua akan dipandang buruk, kebaikannya akan dilupakan.
Hidup ini tidak harus selalu berpandangan buruk terhadap orang lain. Apalagi tak ada sedikitpun penghargaan atas kebaikan yang dilakukan orang lain. Cobalah sikapi orang lain dengan mengapresiasi dulu kebaikannya. Jangan melulu yang pertama kali adalah menghantam kekurangannya. Demikianlah bermuamalah terhadap orang lain siapapun ia. Saya, Anda, dan Khabib itu bukan malaikat yang tidak pernah salah. Tapi Saya, Anda, dan Khabib bisa saja memiliki sifat seperti iblis yang sombong selalu merasa diri lebih baik daripada orang lain.
Nampaknya memang harus dibedakan antara Khabib sebagai petarung UFC (Ultimate Fighting Championship) dengan Khabib sebagai seorang muslim. Mengapa? Agar tahu, di posisi apakah kita membela Khabib Nurmagomedov. Kemenangan Khabib adalah kemenangan olah raga, bukan kemenangan agama. Tetapi kemarahan Khabib adalah kemarahan seorang muslim yang haq. Mendahulukan prasangka buruk terhadap Khabib ketimbang melihat yang zhahir atas aksi pembelaannya terhadap agama, rasa-rasanya tidak sampai hati.
Pertanyaannya, apakah perlu membicarakan Khabib saat kita belum selesai mengurusi Palu? Perlu! Bahkan perlu juga membicarakan akhlakmu yang tak kunjung membaik itu. Fitnah dan ujian membutuhkan penyelesaiannya masing-masing. Jika saat ini bencana membutuhkan penanganan, maka pelecehan agama pun membutuhkan perhatian. Jangan timpang saat menilai orang lain timpang. Dan berlaku adillah saat menuntut orang lain adil.
Jika pembelaan Khabib disebut-sebut hanya karena kemenangannya, kita pernah bangga terhadap Zinedine Zidane atas Marco Materazzi, padahal timnas Perancis kalah atas timnas Italia di Piala Dunia 2006. Apa sebab? Karena Zidane membela kehormatan keluarganya yang dihina-dina, dan ia muslim. Kita juga pernah bangga terhadap Mohammad Salah, padahal timnas Mesir dikalahkan oleh Uruguai, Rusia, lalu Arab Saudi di Piala Dunia 2018. Mengapa sebab? Karena Salah seringkali menampakkan kebanggaannya kepada agama. Padahal kita tak pernah tahu, bagaimana kualitas keislaman Zidane dan Salah, yang boleh jadi di Indonesia sekelas Islam abangan.
Karena itu rendahkanlah sedikit nada bicara kita. Ada hak Khabib untuk dijaga kehormatannya sebagai muslim. Saya bukan penyuka pertandingan MMA (Mixed Martial Arts), dan belum pernah tumakninah menontonnya. Karenanya tidak realistis jika disebut dan dicurigai sebagai fans salah satu tim MMA. Saya hanya seseorang yang sangat sentimentil terhadap hak-hak manusia berikut juga hak Allah dan Rasul-Nya.
(Tulisan di atas adalah gabungan tulisan saya dengan saudara saya, Abu Sabeel Mohammad, yang sudah saya ringkas).
Robi Maulana Saifullah
6 jam ·
#Robi Maulana Saifullah