Salah satu jalan merusak bangsa dan agama adalah melalui kaum wanitanya.
Saya kenal istilah ini sejak 20 tahun lalu. Saya pikir tadinya murah hati banget klub kasih minuman mahal secara cuma-cuma, ternyata setelah dipikir lebih dalam, betapa jahat dan Iblisnya cara mereka ini!
Sampai sekarang, saya tahu gimana korban-korban mereka. Yang kafir sih saya bodo amat, tapi sungguh miris lihat orang yang saya tau dia muslim, enteng sekali menjadikan kebiasaan ini sebagai gaya hidup. Yup, mereka adalah jebolan Ladies Night di masa mudanya. Alkohol itu punya zat candu. Gimana gak jadi nyandu dan jadi kebiasaan, coba? Tiap dua kali seminggu mereka bergaul dengan barang haram ini. Di acara Ladies Night mereka disuguhi minol gratis, bahkan ada yang unlimited flow!
Coba bayangkan gimana tipsy-nya para wanita muda itu, hilang akal dan kesadaran, sementara itu, tahukan gimana busana yang dipakai orang yang lagi clubbing?
Yang menarik lagi, fakta bahwa pengunjung klub saat Ladies Night digelar adalah pria. Ya iyalah, mereka tahu bakal memang banyak wanita berpakaian minim yang sedang mabuk, yang adalah favorit para pria-pria iseng. Jadi kalau sudah begini, jika sampai terjadi pelecehan seksual, siapa yang paling patut disalahkan dong ya?
Buat para orang tua jadul, mungkin gak terlalu pahamlah, makanya zaman dulu terkesan longgar, kecuali memang orang tua yang super strict. Saya juga pernah nyobain masuk cafe (bukan klub) untuk dengerin live music sampai dini hari, meski saya gak minum, tapi orang-orang di sekitar minum dan merokok dengan bebasnya. Itu saja kadang rasanya gimana gitu ya? Apalagi yang clubbing beneran?
Parahnya, menurut pengalaman saya dulu masuk acara-acara begini, gak pernah dicek ID-nya. It means: gak ada batasan usia berapa yang boleh masuk. Padahal di negara-negara Barat, umumnya yang boleh masuk klub itu 21 tahu, sementara di sini anak usia 15 atau 16 saja bebas masuk! Ya bisa dimaklumi, para bouncer bakal terkecoh sama dandanan mereka yang kaya tante-tante itu… ha ha ha ha…!
Gak tahu ya jaman sekarang, pembatasan usia apa sudah diberlakukan? Kayanya belum yah?
Sebenarnya, ortu zaman sekarang lebih punya banyak modal buat jagain anak-anaknya, terutama yang perempuan, karena mereka punya pengalaman atau minimal punya cerita zaman mereka remaja dulu.
Apakah anak-anak yang tergolong alim tidak mungkin terkena pengaruh ini? Belum tentu juga! Kecuali memang dia benar-benar menjaga pergaulannya.
Anak remaja berbeda dengan kita yang mulai memilah dan memilih dengan siapa kita bergaul dekat. Umur segitu mereka lagi senang-senangnya mengumpulkan banyak teman, banyak tempat nongkrong, banyak kenal pengalaman bergaul. Pokoknya, ortu sekarang mesti lebih cerdas dan update untuk istilah-istilah yang mereka pakai. Kalau 20 tahun lalu pergaulan remaja sudah begitu bebas dan nyerempet bahaya, gimana sekarang dengan segala fasilitas yang begitu memudahkan?
Be careful ya para parents yang punya anak perempuan, tangan-tangan Iblis yang mengintai mereka supaya mereka terjerumus, makin hari makin terlihat lazim dan biasa. Jangan sampai kalian lengah. Biarlah kalian diteriaki: kuno, norak, ketinggalan zaman, atau apapun. Jangan bangga dipuji sebagai ortu gaul, ortu kekinian, tapi anak perempuan kalian rusak karena pergaulan.
Sungguh miris memang, di negeri Timur yang penduduknya mayoritas muslim dan sebagian masih cenderung agamis, hal-hal seperti ini makin membudaya. Gak salah dong ya, buat orang-orang yang sangat concern akan masa depan bangsa dan ummat, menuntut aturan keras tentang minol dan para pengedar /penjualnya. Ini masalah yang serius dan tidak bisa ditunda.
Perang melawan minol juga menyelamatkan anggaran negara untuk alokasi kesehatan. Minol memicu memburuknya kondisi kesehatan terutama kaum wanitanya, minol juga memicu kanker sebesar 40%. Jadi kalau ada oknum yg teriak-teriak membela minol, bisa dipastikan dia itu setengah Iblis atau Iblis berwujud manusia.
Sumber: FB Fitri Yasemin Setyorini (dengan editan)
Arsyad Syahrial
20 jam ·
#Arsyad Syahrial