Menghukumi Hadits Melalui Kasyf-Nya Auliya’

Menghukumi Hadits Melalui Kasyf-Nya Auliya’ - Kajian Medina
MENGHUKUMI HADITS MELALUI KASYF-NYA AULIYA’

Masalah tashhih hadits atau tadh’if hadits melalui jalan kasyf adalah masalah khilafiyyah tentang diterima atau tidaknya (bukan masalah boleh atau tidaknya). Ulama’ zhahir banyak yang menolak dan ulama bathin (sufi) menerimanya dengan catatan-catatan tertentu.

Dan berikut ini adalah pernyatan beberapa ulama' yang menerimanya atau paling tidak menyetujuinya:

Dalam kitab Kasyful Khafa’ disebutkan:

وذكر بعض الأصحاب أن الشيخ محي الدين قال هذا الحديث وإن لم يصح من طريق الرواية فقد صح عندنا من طريق الكشف

“Sebagian ashhab menuturkan, bahwa Syaikh Muhyiddin bin Arabi berkata: “Hadits ini meskipun tidak shahih dari jalur perawi, tetapi shahih menurutku dari jalan kasyf”.

Dalam Mukaddimahnya disebutkan:

وفي الفتوحات المكية للشيخ الأكبر قدس سره الأنور ما حاصله : فرب حديث يكون صحيحا من طريق رواته يحصل لهذا المكاشف أنه غير صحيح لسؤاله لرسول الله صلى الله عليه وسلم ، فيعلم وضعه ويترك العمل به وإن عمل به أهل النقل لصحة طريقه ، ورب حديث ترك العمل به لضعف طريقه من أجل وضاع في رواته يكون صحيحا في نفس الأمر لسماع المكاشف له من الروح حين إلقائه على رسول الله صلى الله عليه وسلم انتهى

“Dalam Futuhat Makkiyyah karangan Syaikh Akbar Ibn Arabi yang secara kesimpulannya: “Banyak hadits yang shahih dari jalur perawi-perawinya tetapi menurut yang mendapatkan kasyf tidak shahih, karena ia dapat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia mengetahui kepalsuannya serta tidak mengamalkannya, meskipun ia diamalkan oleh ahli ulama’ periwayat hadits karena jalurnya yang shahih. Dan banyak hadits yang tidak diamalkan karena kedhaifannya disebabkan perawi yang pemalsu dalam meriwayatkan, tetapi ia shahih secara kenyataannya karena seseorang yang mendapatkan kasyaf dari ruh (mungkin maksudnya Malaikat Jibril) ketika diberikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pernyataan ini disampaikan oleh al-Muhaddits al-Ajluni (pakar hadits besar mutaakhirin) dan tidak mengingkarinya. Dan yang sejalan dengan beliau diantaranya adalah al-Hafizh Ahmad al-Ghumari dalam al-Burhan al-Jali, Imam Muhammad bin Abdil Kabir al-Kattani dan lain-lain.

Imam al-Kattani berkata:

ومن تلك المسائل التي هي أصل الخلاف في مذهب الحكم على الأحاديث بالكشف والإلهام: الخلاف في حدود الإلهام والكشف والتحديث والتكليم، التي وردت الأحاديث الصحيحة الصريحة في أن الله يكرم بعض أوليائه بذلك

“Diantara masalah-masalah yang menjadi sumber khilafiyyah dalam menghukumi hadits-hadits Nabi melalui kasyf dan ilham adalah khilaf tentang batasan-batasan ilham, kasyf, menceritakan (tahdits), dan berbicara yang telah datang hadits-hadits shahih yang jelas bahwa Allah memuliakan sebagian auliya’-nya dengan itu”

Beliau juga berkata:

على ان العمل بالتصحيح والتضعيف عند أرباب هذه الطريقة رضي الله عنهم مشروط بشروط عندهم ومضبوط بضوابط أهمها عدم معارضته لأصول العامة التي دلت عليها الأدلة الكلية

“Mengamalkan tashhih atau tadh’if menurut pemilik jalan ini (sufi) radhiyallahu ‘anhum memiliki syarat-syarat dan kaidah-kaidah. Yang paling utama adalah tidak menentang kaidah-kaidah umum yang ditunjukkan dari dalil-dalil global”

Imam Ibn Hajar al-Haitami dalam Fatawa al-Haditsiyah berkata:

وحكى ابن الملقن في طبقات الأولياء أن الشيخ عبد القادر الجيلي قال رأيت النبي قبل الظهر فقال لي يا بني لم لا تتكلم قلت يا أبتاه أنا رجل أعجمي كيف أتكلم على فصحاء بغداد فقال لي افتح فاك ففتحته فتفل فيه سبعا وقال تكلم على الناس وادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة

“Ibn Mulaqqin menghikayahkan dalam Thabaqat al-Auliya’ bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jili berkata: “Aku melihat Rasulullah sebelum zhuhur dan berkata kepadaku: “Wahai anakku, kenapa engkau tidak berbicara (berceramah/dakwah menyampaikan ilmu)?”. Aku menjawab: “Wahai ayahandaku, aku adalah lelaki ajam. Bagaimana bisa berbicara fashih ala Baghdad?”. Rasulullah berkata kepadaku: “Bukalah mulutmu!”. Kemudian aku buka mulut dan beliau meludahi kedalamnya sebanyak tujuh kali”. Kemudian Rasulullah berkata: “Berbicaralah dihadapan orang-orang dan ajak mereka ke jalan Rabb-mu dengan hikmah dan mauizhah hasanah”.

Hidayat Nur
15 April pukul 13.38 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.