Khilafiyah Corona

Khilafiyah Corona - Kajian Medina
Khilafiyah Corona

By. Ahmad Sarwat, Lc.MA

Kalau kalangan awam ilmu kedokteran macam saya suka pada ribut dan debat kusir tak habisnya tentang covid19, rasanya wajar dan masuk akal.

Bukan apa-apa, sebab perbedaan pendapat di level saya ini dipicu oleh perbedaan pendapat di kalangan ahli juga.

Rupanya para ahli itu sendiri pun masih beda pendapat. Mereka belum sepakat apa itu corona dan bagaimana cara mengatasinya.

Ahli itu siapa?

Macam-macam, bisa dokter atas nama pribadi, atau atas nama Ikatan Dokter Indonesia. Ada juga badan keswhatan dunia macam WHO, Unicef, kementerian kesehatan, pemerintah pusat dan daerah dan macam-macam lagi.

Lucunya nyaris setiap pernyataan yang dikeluarkan oleh satu badan seringkali juga berubah-berubah. Kemarin dia bilang A, hari ini B, besok C dan begitulah seterusnya.

Maka kalau kalangan awam di level bawah saling berbeda dalam menyikapi dan bereaksi, yah pantas saja. Yang ahli aja ribut, masak kita yang awam nggak ribut?

Mau lock-down atau PSBB atau apapun istilah modusnya, rakyat pada intinya cuma bisa bingung doang. Sebab informasi yang mereka terima memang tidak sama. Padahal sudah datang dari para ahlinya. Setidaknya agak pantaslah disebut ahli.

Urusan jam berapa sebaiknya berjemur, itu saja debatnya nggak habis-habis. Apalagi red-green-blue zona, orang makin gak paham.

Apa benar virus itu bisa terbang melayang-layang di udara selama berhari-hari, juga gak jelas. Terus di TV kita nonton bagaimana disinfektan diseprotkan ke tubuh orang, lalu ada siapa gitu ngaku ahli, dia bilang itu berbahaya.

Katanya virus hanya hidup di droplet yang berupa percikan ludah. Kalau sudah jatuh ke tanah dan kering, virusnya pun mati. Lha kalau kayak gitu, kenapa jalan aspal pakai disemprot disinfektan?

Paling kalau dengar ada warga yang wafat, tiba-tiba portal depan komplek langsung ditutup 24 jam. Kuburan dijaga ketat, biar tidak ada korban corona yang dikuburkan dekat warga.

Dan statistik para korbannya pun bikin para ahli bingung lagi. Ada banyak versi orang mati, ada yang melebih-lebihkan dengan niatnya apa wallahu a'lam. Dan juga ada yang mengecil-ngecilkan, wallahu a'lam juga apa motivnya.

Amerika yang katanya negara adidaya nan digjaya, korbannya paling banyak. Sementara Yaman yang isinya perang melulu, korbannya malah nol atau kalau ada cuma satu dua.

Tiap negara punya kebijakan beda-beda. Malah satu negara pun suka beda-beda.

Untuk Indonesia, semua sudah tahu lah. Ributnya antara RI-1 vs DKI-1 makin seru, khususnya di level bobotoh masing-masing.

Lalu tiap pejabat juga pada rajin debat. Mulai dari gubenur, bupati, camat, lurah pun beda-beda.

Ada yang tiap hari posting nyinyirin pemerintah terus, nggak bosen-bosen dan nggak pernah kehabisan bahan. Ada juga yang membela-bela terus tanpa ragu. Pokoknya seru pertempuran jilid 2, 3, 4 dan seterusnya.

Wajar lah kalau para agamawan beda-beda berfatwa. Dan tatkala jamaahnya juga beda-beda, mau salahkan siapa?

Banyak masjid yang sudah 5 kali jumatan libur, tapi banyak juga masa bodoh, ngeyel, tetap jamaah 5 waktu bahkan bikin jumatan.

Pokoknya simpang siur pating sliwer.

Ahmad Sarwat
18 April pukul 19.42 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.