Membaca postingan seseakun atas nama "Al Faruq" ini menimbulkan beberapa pertanyaan.
➊ "Hafidzallah" itu apa artinya?
Kalaulah yang dimaksud adalah "حفظه الله", maka transliterasinya adalah "hafizhohullôh".
➋ "Stiqma" itu apa?
Sepertinya itu bukanlah typo mau ketik "g" tetapi malah ketik "q" ketika menulis "stigma". Karena keypad "g" dengan "q" itu letaknya berjauhan.
Maka saya sarankan agar siapapun di belakang akun al-Faruq itu untuk belajar dulu yang benar dulu dasar-dasar Islâm daripada menulis-nulis di FB, malu-maluin lah?
Masa mengaji iqro’ 1 saja belum tamat, tetapi langsung loncat bahas kitâb "al-Ahkâm as-Sulthôniyyah"nya al-Mawardi dan "al-Imâmatul-‘Uzhmâ"nya ad-Dumayji…???
Kan artinya tidak punya malu ya siapapun makhluq yang jadi joki akun al-Faruq ini?
Sementara kata Baginda Nabî ﷺ: "wal-hayyâ’u syu‘batun minal-îmân" – malu itu adalah bagian dari keîmânan → artinya tidak punya malu, ya rusak îmânnya.
Satu hal penting lagi, kalau mau berda‘wah katamu, maka lakukan terang-terangan. Tunjukkan jati diri dan identitasmu. Jangan pakai akun-akun pseudonym begitu. Itu kelakuan pengecut. TIDAK ADA contoh dari para Nabiyullôh dan Salafush-Shôlih da‘wah dengan nama palsu dan identitas palsu.
Kenapa?
Karena menurut ‘ilmu Jarh wa Ta‘dil yang suka dipakai dengan seenaknya oleh gerombolan Neo Murji-ah untuk menilai du‘at di luar gerombolannya, khobar yang diriwayatkan dari rojûl maj-hul (orang yang tak dikenal identitasnya) itu langsung tertolak dan statusnya langsung maudhu’ (palsu).
Apa komentar seseakun itu?
Seperti biasa, ad-hominem: "Ini gerombolan pendukung Anies bermunculan"…
Terus kenapa dengan mendukung Anies? Dia masih "Ulil Amri" yang muslim dan masih shôlat di DKI loh? Apa tidak mengakui? Mau jadi "Khowârij Merah Jambu sekarang"…??? 😂😂😂
Arsyad Syahrial
16 April 2020 pukul 07.33 ·
#Arsyad Syahrial
#Pendaku Salafi