by : Ahmad Sarwat, Lc.,MA
Meskipun agama yang diterima di sisi Allah SWT hanya Islam saja, namun syariat Islam diturunkan Allah SWT bukan untuk memaksa manusia masuk ke dalam agama Islam.
Ketegasan tentang tidak ada paksaan masuk Islam tercermin dalam beberapa ayat Al-Quran yang menjamin hal itu antara lain, misalnya firman Allah SWT:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) (QS. Al-Baqarah : 256)
Kalau pun berdakwah dan mengajak masuk Islam, maka ajakannya tidak boleh bersifat memaksa, tetapi bersifat penawaran.
Kalau sudah ditawarkan tapi tidak juga mau masuk Islam, maka tugas dakwah sudah selesai. Tidak ada perintah dalam syariah untuk main paksa orang masuk agama Islam.
1. Surat Ajakan Nabi Kepada Para Raja
Surat Nabi Muhammad SAW kepada para raja memang berisi ajakan untuk masuk Islam. Sebagian dari para raja itu ada yang mau menerima ajakan dakwah dan kemudian masuk Islam. Nanum sebagian lainnya tidak bersedia masuk Islam dengan masing-masing alasannya.
Salah satu contohnya adalah Kaisar Heraklius. Dia sudah menerima ajakan masuk Islam lewat surat yang dikirim. Bahkan juga sudah melakukan penelitian yang mendalam tentang sosok Nabi Muhammad SAW dan berkesimpulan bahwa kenabian Muhammad SAW benar adanya.
Namun dia masih belum bersedia untuk mengucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi syarat keislaman dan bukti otentik.
Apakah lantas Nabi SAW marah dan memerangi sang Kaisar? Ternyata jawabannya tidak sama sekali. Buktinya semua hadiah yang dikirimkan Kaisar kepada Nabi SAW diterima dengan baik.
Sebuah jalinan persahabatan pun tercipta antara pusat kekuasaan Islam dan Kristen di masa itu.
2. Umar Menerima Kunci Baitul Maqdis
Jaminan tidak ada paksaan masuk Islam itu juga yang membuat para pendeta di Baitul Maqdis yakin untuk menyerahkan kota suci mereka kepada Amirul Mukminin Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu.
Kisah ini amat terkenal dalam sejarah Islam vs Kristen dan banyak orang yang melupakannya.
Barangkali merupakan sesuatu yang tidak terpikirkan di masa sekarang ini, dimana para pendeta dan pimpinan umat Kristiani tertinggi di masanya, justru malah menyerahkan kota suci mereka kepada umat Islam.
Padahal yang namanya kota suci seharusnya jadi prestise tersendiri dan tidak perlu diserahkan kepemimpinannya kepada bangsa lain, apalagi kepada agama lain. Namun fakta sejarah tidak bisa dipungkiri.
Jejak sejarah umat Islam yang gemilang telah menjadi saksi bahwa keberadaan agama Islam sama sekali bukan ancaman bagi eksistensi agama lain. Ini bukan sekedar ucapan manis di bibir saja, tetapi tembok-tembok geraja di Baitul Maqdis menjadi saksi.
Umar bahkan sengaja tidak mau shalat di dalam rumah ibadah mereka, walaupun sudah ditawarkan. Bukan karena hukum shalat di rumah ibadah agama lain itu hukumnya haram,
Beliau sengaja ingin menjaga perasaan umat Kristiani, biar tidak merasa diduduki rumah ibadahnya dan biar tidak merasa mereka ditaklukkan. Umar sengaja shalat di halaman luar geraja kebanggaan mereka.
Di masa itu, orang kafir pun sangat merasa aman berada di bawah penjagaan kaum muslimin. SAyangnya di masa sekarang, justru sesama muslim pun merasa tidak aman dengan sikap-sikap kasar dan tidak bersahabat yang dilakukan oleh sesama muslim sendiri.
Ini terdengar cukup ironis.
Ahmad Sarwat
3 Juli pukul 19.21 ·
#Ahmad Sarwat