Seorang yang telah mendapat hidayah dengan masuk ke dalam Islam, secara otomatis dia telah berada di atas hidayah sunah. Karena "Islam adalah sunah, dan sunah adalah Islam". Demikian dinyatakan oleh Imam Al-Barbahari -rahimahullah- dalam kitabnya "Syarhu Sunnah". Hanya saja dalam perjalanannya, setiap orang akan berbeda-beda kadar dan kwalitas keislamannya sesuai dengan seberapa besar taufiq Allah kepadanya, kemudian seberapa besar usahanya menuju ke arah itu.
Seorang yang memutuskan diri untuk masuk Islam, dia telah beriman kepada Allah - Azza wa Jalla -, lalu dikuti keimanannya kepada lima rukun Iman lainnya. Setelah melafadzkan kalimat syahadat sebagai rukun Islam yang pertama, dia akan melaksanakan berbagai perkara yang Allah wajibkan baginya dari empat rukun Islam sisanya, mulai salat lima waktu, puasa Ramadhan, mengeluarkan zakat, dan haji bagi yang mampu. Selain berbagai perkara wajib, dia dianjurkan untuk menunaikan berbagai perkara yang disunahkan dalam Islam.
Dengan semua ini, apakah belum cukup bagi seorang yang telah masuk Islam untuk dikatakan berada di atas sunah ? Tentu sudah. Karena sebesar-besar sunah, adalah rukun Iman dan rukun Islam. Terkecuali jika yang dimaksud hidayah sunah di sini adalah masuk "kelompok tertentu". Siapapun yang belum masuk kelompok itu, atau masuk Islamnya tidak lewat kelompok itu, atau ngajinya tidak ikut kelompok itu, sampai kapanpun tidak akan pernah diakui di atas sunah. Kalau ini, murni sebuah statement yang dibangun di atas kebodohan, yang sama sekali tidak relevan dengan Al-Quran dan hadis sebagai referensi ajaran Islam.
Marhaban (selamat datang) wahai saudaraku Dedy Corbuzier ! Barakallahu fiikum (semoga Allah senantiasa memberikan barakah-Nya kepada anda).
(Abdullah Al-Jirani)
Abdullah Al Jirani
21 Juni pukul 16.17 ·
#Abdullah Al Jirani