Kisah Imam Malik Ketika Mendidik Murid-Muridnya dan Pemimpin

Kisah Imam Malik Ketika Mendidik Murid-Muridnya dan Pemimpin - Kajian Medina
#Renungan
#tulisan_ringan di pagi hari

Imam Malik Ketika mendidik murid-muridnya dan pemimpin kaum muslimin benar2 luar biasa

Dalam majelis beliau gak ada seorangpun yang berani berbicara, semuanya fokus mendengar majelis imam malik, ketika imam Malik menjelaskan hukum halal haram maka gak ada seorangpun yang bertanya dalilnya mana? yang hadir di majelisnya pun adalah ulama2 besar, qodhi2 besar yang disebutkan jumlahnya ulama dan qodhi besar tersebut lebih dari seribu orang, adapun penuntut ilmu lainnya maka ulama menyebutkan minta udzur untuk menghitungnya karena tidak bisa terhitung banyaknya

Kisah2 imam Malik benar2 menunjukkan wibawa beliau yang tinggi

Ada seorang qodhi Amirul mukminin yang bertanya tentang suatu Masalah ke imam Malik, maka imam Malik gak menjawabnya, di ulangi sampe 3 kali tapi imam Malik pun gak menjawabnya. Akhirnya sang qodhi ini berkata, kenapa engkau gak menjawab pertanyaanku?

Maka imam Malik mengatakan kepada muridnya yang lain, bawa qodhi ini ke penjara pukul dan didiklah ia di penjara itu.

Qodhi ini pun berkata, apa yang mau kau perbuat? aku hakim dari pemimpin kaum muslimin, kenapa engkau melakukan itu padaku?

Maka imam Malik mengatakan, itu lebih ringan untukmu atas pendidikan yang aku ajarkan kepada murid2ku lainnya

Maka qodhi ini pun berkata, lepaskan aku, aku gak akan kembali ke majelismu lagi

Maka imam Malik melepaskannya, dan menyuruhnya agar gak kembali ke majelisnya lagi

Disebutkan pula Amirul mukminin di zaman beliau, kalo bertanya hukum, maka imam malik berkata ini hukumnya potong tangan, ini cambuk sekian dan sekian. Semuanya gak ada yang berani berbicara mana dalilnya.

---------- kisah lainnya------

Gurunya imam Bukhori yang bernama Hisyam ibn Ammar seorang perowi dan muqri', yang ibunya utus dia dari Damaskus untuk belajar ke Imam Malik yang mana anak ini gak tahu keadaan majelisnya imam Malik, maka ia melakukan sesuatu yang keluar dari adab yang diajarkan imam Malik, maka karena menyelisihi hal tersebut ia dipukul 20 kali sampai anak kecil ini menangis.

Imam Malik melakukan semua ini untuk menjaga kemuliaan ilmu, agar orang beradab dengna ilmu dan ulama, berbeda dengan zaman sekarang orang begitu luar biasa mencela ulama dan guru2nya dengan celaan yang luar biasa tanpa adab

------- kisah lainnya------

Kita lihat gimana Kholifah Ar-rosyid yang keras luar biasa, di segani oleh orang2, dikisahkan ketika beliau berkata kepada imam Malik ingin mendengar kitab muwatho'nya dibacakan kepadanya, maka imam Malik berkata wahai Amirul mukminin ilmu itu didatangi bukan mendatangi.

Maka Ar-rosyid mengatakan kalo demikian aku akan datang tapi kalo aku datang jangan sampai ada orang lain yang datang kepadamu sampai aku selesai, maka imam Malik mengatakan wahai Amirul mukminin kalau ilmu itu dilarang untuk orang umum, maka tidak bermanfaat bagi oramg khusus dan umum.

Maka Ar-rosyid pun berkata baik kalo gitu aku akan datang ke majelismu dan engkau bacakan untukku, bukan untuk orang lain, maka Imam Malik mengatakan aku gak pernah mengkhususkan bacaan ini untuk oramg lain, kalau engkau .au maka datanglah, maka Ar-rosyid pun berkata kalo begitu aku akan membawakan seorang yang membacakan kepadamu, maka Imam Malik mengatakan silahkan itu apa katamu.

Setelah kholifah datang ke majelis Malik, maka kholifah duduk di kursi dekat imam malik, maka imam Malik mengatakan wahai Amirul mukminin sesungguhnya tidak pernah aku jumpai seorangpun di negeri kita kecuali mereka bersifat tawadhu'dalam menuntut ilmu, maka Ar-rosyid pun mengerti apa yang dimaksud Malik, maka ia turun dan duduk dibawah bersama penuntut ilmu lainnya.

Sampai selesai beberapa majelis muwatho' seluruh Ar-rosyid duduk di bawah bersama penuntut ilmu lainnya.

Ini yang beliau lakukan kepada pemimpin kaum muslimin, maka bagaimana dengan yang beliau lakukan kepada orang umum lainnya? Tentu kita ketahui beliau tidak pernah bermain2 dengan ilmu ini

------- kisah lainnya------

Kita lihat begitu diseganinya Imam Malik sampe2 Amirul Mukminin Abu Ja'far Al-Manshur ingin menjadikan kitab muwatho'nya menjadi hukum dunia, dan ingin agar gak ada yang berfatwa dan berhukum kecuali dengan apa yang di tuliskan dan pendapat imam malik, tetapi imam Malik melarangnya dan mengatakan bukankah sahabat2 nabi berada di tempat yang berbeda-beda? Bukankah hukum yang mereka bawakan juga berbeda-beda? Setiap mereka memiliki pengikut yang banyak, maka biarlah mereka dengan pendapat tersebut.

Padahal kalo imam Malik mau bisa saja itu terjadi, lah kholifah Abu Ja'far keras bukan main dalam menetapkan hukum, kalo mau disebarkan pake pedang madzhab imam Malik pun ia bakalan bisa, tapi karena begitu waro' tawadhu dan takutnya kepada Allah maka Imam Malik pun menolaknya

-----------

Sehingga dapat kita ketahui bahwa ulama di zaman dulu benar2 disegani, gak mudah dipanggil2 gak mudah dihinakan pengusa gak mudah di cela

Tapi jaman sekarang, ustdadznya dipanggil2, deket sama penguasa, muridnya pun gak segan mencela ulama dan ustadznya sekalian

Jadi Ilmu pun gak dihargai, kurang berkah, orang yang berilmu pun seakan gak ada harganya, naudzibillah min dzalik

Padahal Allah mengangkat kedudukan oramg yang berilmu, tapi kita di zaman sekarang malah menghinakan apa yang Allah muliakan.

Dimana posisi kita saat ini? Apakah ada di posisi Yang memuliakan ulama atau yang menghinanya?

Silahkan dinilai sendiri....

Semoga Allah memberikan kemudahan untuk memuliakan ilmu dan ulama

Aboud Basyarahil Depan nasi bungkus sama segelas protein shake

*Kisah ini ana dapatkan dari Syeikh Muhammad Musa Asy-syarif hafidzohullah


Aboud Basyarahil
5 Januari pukul 09.11 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.