Poin Persamaan Asy’ariyah dan Pendaku Salafi

Poin Persamaan Asy’ariyah dan Pendaku Salafi - Kajian Medina
POIN PERSAMAAN ASY'ARIYAH DAN PENDAKU SALAFI 

Sebenarnya mencari persamaan antara akidah Asy'ariyah dan Wahabi (pendaku salafi) yang inshaf itu mudah. Sejarahnya dulu, Asy'ariyah pernah dianggap sayap bagian kalam dari Hanabilah sebagaimana Hanabilah dianggap sayap hadis dari Asy'ariyah. Selama konsisten mengikuti Hanabilah, seharusnya tidak sulit mencari titik temu ini. 

Misal, keduanya sama-sama meyakini bahwa Allah punya sifat Uluw dan istiwa' atas Arasy. Keduanya meyakini Allah tak terkait, tak butuh, dan tak menyatu dengan alam (makhluk). Keduanya bisa sepakat bahwa kalimat "Di atas Arasy" bukan untuk menyebut bahwa Allah bertempat sebab Arasy adalah batas terakhir makhluk sehingga di atasnya artinya sudah tidak ada tempat lagi, sudah tak ada hubungannya dengan ruang lagi. Alhasil, semua sepakat Allah tak bertempat (la fi makan). 

Di poin ini keduanya bisa klop bertemu. Dari Imam al-Baqillani al-Asy'ari hingga al-Albani, ada pernyataan yang maknanya seperti itu. Tinggal masalah redaksional saja mau disebut apa "di luar Arasy" itu. Pendaku salafi lebih enjoy dengan istilah "di luar alam", sedangkan Asy'ariyah merasa lebih pas menyebutnya "tidak di dalam dan tidak di luar" sebab diksi "di luar" masih menyisakan kesan adanya ruang baru dan jarak fisik. Masalahnya, bagi pendaku salafi, diksi "tidak di dalam dan tidak di luar" justru mengesankan ketiadaan. Saya tak mau membahas soal ini sekarang, dulu sudah pernah menulis panjang lebar, tetapi harus disadari bahwa inti masalahnya hanya masalah redaksional alias diksi saja, bukan masalah esensial yang akan berat urusannya di akhirat. Clear ya. 

Yang repot kalau sudah ketemu pendaku salafi garis keras. Variannya banyak. Ada varian penggemar hoax yang sejak awal biasanya sudah ngegas dengan sederet fitnah seperti Asy'ariyah mengatakan Allah di mana-mana, Asy'ariyah menolak sifat Uluw atau istiwa', Asy'ariyah cuma bertauhid rububiyah dan sebagainya. Ada lagi varian mujassim yang mengatakan bahwa Dzat Allah punya sisi-sisi; ada sisi bagian sana dan sisi bagian sini, ukurannya gede banget dengan dalih Allahu Akbar, terbatas dalam tempat dengan dalih istawa di atas Arasy, lokasinya di tempat tinggi dengan dalih sifat uluw, dan sebagainya. Untuk di FB, ada juga varian ngakak, komennya tak berbobot tapi langsung nyerang ngegas dengan berbagai umpatan sambil rajin klik tombol ngakak berulang kali seolah sedang wiridan. Berbagai varian ini sampai kiamat takkan bisa nyambung dengan Asy'ariyah atau pun Hanabilah inshaf kecuali apabila Allah memberi hidayah.

Saya bukannya menafikan perbedaan antara Asy'ariyah dan Hanabilah, ada beberapa poin perbedaan tetapi bisa juga dicari titik persamaannya kalau mau legowo. Misal soal "suara" dalam kalamullah. Tapi ini agak panjang. Beberapa terselip dalam tulisan-tulisan lama saya. Lanjut lain kali saja.

Abdul Wahab Ahmad

24 Agustus 2020 · 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.