Perbedaan Itu Memang Ada

Perbedaan Itu Memang Ada - Kajian Medina
Perbedaan Itu Memang Ada …

Tak bisa dipungkiri bahwa perbedaan antara kita memang ada. Banyak diantaranya bukan kita yang menciptakannya. Ia merupakan warisan masa lalu. Asya’irah, sebagai satu mazhab yang paripurna sudah ada sejak abad ketiga hijriah. Salafiyyah dengan berbagai akar pemikirannya juga tidak lahir kemarin sore. Kemudian, diantara kita ada yang lebih cenderung kepada pola pikir dan akidah Asya’irah, dan ada yang lebih cenderung kepada pola pikir dan akidah Salafiyyah. Kecenderungan itu dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari karakter bawaan sejak lahir, tempat belajar, bahan bacaan, lingkungan dan sebagainya.

Mengabaikan atau menutup mata dari perbedaan itu dengan alasan untuk menjaga persatuan umat, menurut saya, hanya akan melahirkan persatuan semu. Ibarat api dalam sekam, memang tak terlihat tapi potensi bahayanya tetap ada. Kalau tidak sekarang maka masa mendatang.

Tapi mengangkat perbedaan itu secara berlebihan, apalagi wacana yang sebenarnya sudah masuk peti sejarah, atau membicarakannya dengan narasi-narasi melukai, menyerang pribadi, atau mengutamakan emosi, tentu jauh lebih berbahaya dan mengundang bencana.

Jadi bagaimana? 

Tak ada salahnya kita angkat perbedaan itu, walaupun sebagiannya warisan masa lalu, karena perbedaan itu memang ada dan tak bisa dianggap angin lalu, tapi yang kita sorot adalah pemikiran dan pemahamannya. Tujuannya untuk mengungkap sisi kesalahan dan kekeliruan dari kelompok atau tokoh yang dikritik - kesalahan menurut kita yang mengkritik- bukan untuk menjelek-jelekkan apalagi melampiaskan rasa benci. 

Beberapa waktu terakhir, dengan keterbatasan ilmu yang ada, saya juga terlibat dalam wacana perdebatan Asy’ari-Salafi. Dalam pandangan saya, sebagian pemahaman dan pola pikir Salafi keliru. Tapi karena tujuannya untuk meluruskan, bukan menjelek-jelekkan, saya berusaha menyampaikan kritikan itu dengan bahasa yang baik, jauh dari celaan atau hinaan. 

Apakah semua orang suka? Tentu tidak. Dan memang bukan itu yang saya cari (dan tidak sepatutnya menjadi tujuan). Siapapun yang menuangkan pikirannya mesti disiap dinilai, dikritik dan diserang. Kalau mau aman, ya lebih baik diam.

Apa yang saya inginkan?

Saya ingin menggugurkan kewajiban (تبرئة الذمة) dengan menyampaikan ilmu yang Allah Swt karuniakan dengan cara yang baik dan tenang.

Saya ingin orang-orang yang mengenal saya mengetahui pemikiran dan pemahaman saya, sehingga mereka menerima saya apa adanya. Saya ingin teman-teman salafi menerima saya dengan keasy’ariyahan saya, sebagaimana saya ingin menerima mereka dengan kesalafiyan mereka. 

Saya tidak akan menuntut mereka untuk meninggalkan kesalafiyan mereka untuk bisa saya terima, sebagaimana mereka juga tidak sepatutnya menuntut saya meninggalkan keasy’ariyahan saya untuk bisa mereka terima.

Saya ingin mencintai seseorang karena ia muslim, bukan karena ia semanhaj, sefikrah, sealmamater, separtai, sekelompok, atau sekampung dengan saya.

Saya tidak ingin membenci seseorang hanya karena ia disebut salafi, liberal, syi’ah, dan sebagainya. Saya akan membencinya jika ia membenci dan menyerang agama ini, apapun label yang melekat atau dilekatkan pada dirinya. Sudah saatnya kita tidak melihat pada label dan pelabelan. 

Seringkali label dan bungkus tidak mencerminkan isi dan hakikat. Sebagaimana tak jarang juga seseorang diberikan label yang tidak benar dan tidak berdasar.

أنت مسلم فأنت أخي 

Anda muslim berarti Anda saudara saya…

Yendri Junaidi

23 Agustus 2020 pukul 09.35  · 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.