Khilafiyah Usul Akidah atau Furu’ Akidah?

Khilafiyah Usul Akidah atau Furu’ Akidah? - Kajian Medina
Khilafiyah Usul Akidah atau Furu’ Akidah?

Khilaf dalam usul akidah sewajarnya dapat menjatuhkan vonis bid'ah [bahkan yang keterlaluan bisa mukaffirah]. Sedangkan khilaf dalam furu' akidah, masih diterima dalam arti tidak boleh kita menjatuhkan vonis bid'ah atau keluar dari Ahlussunnah wal Jama'ah. Itulah inti status dari sebelumnya. Intinya kita mesti bisa memetakan khilaf ulama' antara usul atau furu' atau hanya khilaf methode istinbath/itsbat saja. Dan jangan sampai kita menganggap yang tidak subtansi dianggap subtansi. Yang zhanni dianggap qath'i. Dan seterusnya.

Nah, jika khilafiyah seperti yang akan disebutkan dibawah ini masuk kategori usul akidah atau furu' akidah? Jika dianggap furu' akidah, apakah salah satu dari ulama' A atau B ini sesat, atau berdosa, atau ahli bid'ah, berpahala, atau bagaimana?

1. Ulama A menolak sifat lari-lari [harwalah] bagi Allah. Ulama B menetapkannya.

2. Ulama A menetapkan hitungan jari-jari Allah yang ada 5 [bukan balon ya?]. Ulama' B bilang yang bilang begitu harus diajari tata krama. 🙄

3. Ulama' A bilang jangan menyifati Allah dengan bergerak dan berpindah. Ulama' B bilang justru akidah Ahlussunah wal Jama'ah menetapkan yang begituan.

4. Ulama' A bilang Allah punya sifat bosan [malal]. Ulama' B, itu bukan sifat Allah.

5. Ulama' A bilang Allah mempunyai had [batas]. Ulama' B bilang tidak ada dalam Qur'an dan hadits yang menetapkan had bagi Allah.


6. Ulama' A bilang Allah punya tangan kiri. Ulama' B bilang saya tidak suka menetapkan tangan kiri bagi Allah, kecuali ada haditsnya yang shohih.

7. Ulama' A bilang Allah punya bayangan yang patut bagi-Nya. Ulama' B bilang tidak boleh mengatakan dzat Allah punya bayangan.

Kalau saya tidak punya tendangan bayangan! Hehehe ...

8. Ulama' A bilang Allah istiqror [bersemayam] di atas arsy. Ulama' B bilang tidak boleh menyifati Allah begitu [istiqror], karena itu sifat manusia bahkan dusta jika menisbatkan ucapan itu kepada Ibn Taimiyah.

9. Ulama' A bilang, diantara dalil ketinggian Allah adalah Allah duduk di atas arsy bersama Nabi Muhammad. Bahkan dikatakan oleh A, itulah tafsir yang baligh ketimbang ditafsiri syafaat udzma. Ulama' B bilang menafsiri istiwa' dengan duduk adalah batil dan menisbatkan itu kepada Ahlussunnah juga batil.

Tanbih:

"Ada yang bilang kami tidak mengatakan Allah duduk bersama Nabi Muhammad diatas arasy. Itu fitnah! Yang benar kami hanya menghikayahkan saja, tapi tidak membenarkan".

Qultu:

"Yakin?!"

10. Ulama' A bilang Allah duduk diatas arsy. Ulama' B bilang Allah duduk diatas kursi bahkan ini tafsir yang baligh daripada tafsir syafaat udzma.

11. Ulama A bilang Allah turun ke langit dan arsy tidak kosong. Ulama' B bilang, tidak boleh berkata begitu cukup katakan Allah turun.

12. Ulama' A bilang neraka bisa rusak. Ulama' B bilang, wah ini urusan akidah yang mengkhawatirkan dan sangat tidak boleh diyakini demikian.

Desas desusnya, ulama' A sudah rujuk dari akidahnya. Semoga saja benar. Wallahu A'lam.

13. Ulama' A bilang, perkara hadits [baru] bisa menetap dalam dzat Allah. Ulama' B bilang, wah ulama' A terpapar halus akidah Karramiyyah [kelompok sesat] ini.

14. Ulama' A bilang jangan ta'wil, karena itu ta'thil [penafian sifat Allah]. Ulama' B bilang, ta'wil itu ada yang shohih ada yang fasid.

Silahkan kalau mau konsisten mempermasalahkan khilaf diatas!!! Yang pasti bukan urusan Asy'ariyah, Maturidiyah atau Hanabilah secara umum.

Hidayat Nur
12 Agustus 2020·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.