Mengobati Lahn Dalam Tilawah Alquran

Mengobati Lahn Dalam Tilawah Alquran - Kajian Medina
🌹 MENGOBATI LAHN DALAM TILAWAH ALQURAN 🌹

Ilmu tajwid merupakan ilmu yang paling ringkas apabila dibandingkan dengan ilmu-ilmu Islam yang lain. Pembahasan inti dalam tajwid hanya membicarakan permasalahan makharijul huruf (tempat-tempat keluar huruf) dan shifatul huruf (sifat-sifat huruf). Baik itu sifat huruf lazimah, yakni sifat-sifat yang selalu menyertai huruf, seperti Syiddah, Rakhawah, Hams, Jahr, Qalqalah, Shafir, Tafasysyi dan lain sebagainya. Atau berupa sifat-sifat aridhah, yakni sifat-sifat yang kadang menyertai huruf dan kadang tidak menyertainya, seperti tafkhim, tarqiq, idgham, ikhfa, atau madd.

Oleh karena itu, cara mengobati lahn (kekeliruan lisan) dalam tilawah Alquran, maka mesti dikembalikan kepada poin makhraj atau sifat huruf. Kemudian selain itu, juga penguasaan atas bahasa Arab dasar yang dapat mencegah kita dari kekeliruan dalam memberikan harakat.

Namun demikian, kami seringkali menemukan di antara para pembelajar bahkan pengajar Alquran di sekitar kita belum memahami perbedaan yang mendasar antara permasalahan makhraj dan sifat-sifat huruf. Sehingga tidak jarang di antara mereka mengira bahwa kefasihan pengucapan lisan selalu bergantung pada makhraj, dan sering mengesampingkan bab sifat.

Mungkin di antara kita sering mendengar seseorang yang berkata, "makhrajnya sangat baik", "makhrajnya sangat jelas", "makhrajnya kurang tampak", "makhrajnya sempurna", "makhrajnya kurang sempurna", "makhrajnya fasih", "makhrajnya kurang fasih", serta berbagai perkataan lain yang selalu dikaitkan dengan makhraj. Seakan-akan seluruh permasalahan kefasihan pelafalan Alquran hanya kembali kepada makhraj.

Padahal, kenyataan di lapangan yang kami temukan, justru kekeliruan pada makhraj saat membaca Alquran ini persentasenya kecil, dan kebanyakannya terjadi pada para pemula atau anak-anak saja. Sedangkan sebagian besar kekeliruan dalam melafalkan Alquran terjadi dalam persoalan kesempurnaan sifat-sifat huruf. Porsi yang paling besar yang sering kami temui adalah dalam permasalahan Tafkhim dan Tarqiq. Tidak heran apabila para ulama, termasuk juga guru-guru kami seringkali mengingatkan bahwa kemahiran membaca Alquran sangat bergantung pada penguasaan Tafkhim dan Tarqiq, baik secara teori, dan tentu saja praktik.

Ketahuilah bahwa permasalahan makhraj hanya membicarakan dimana huruf dikeluarkan. Hanya menunjukkan letak-letaknya saja. Teori dan praktiknya insyaallaah cukup ringan dan mudah diamalkan.

Berbeda dengan sifat-sifat huruf yang membicarakan bagaimana huruf dikeluarkan. Bukan hanya membicarakan dimana letaknya, tapi bagaimana mengucapkannya, apakah suaranya tebal atau tipis, apakah disertai udara yang mengalir atau tertahan, apakah suaranya mengalir atau tertahan, apakah disertai kekhasan suara tertentu atau tidak, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahan inilah yang seringkali luput dan butuh perbaikan, bukan permasalahan makhraj. Hal inilah yang kurang dipahami oleh para pembelajar dan pengajar Alquran di sekitar kita.

Mungkin di antara kita ada yang akan mengatakan bahwa perkataan-perkataan di atas yang selalu dikaitkan dengan makhraj, sebetulnya hanya kiasan saja. Bisa jadi maksudnya ya makhraj dan sifat.

Kami katakan, "Ya, bisa jadi..."

Namun demikian, permasalahannya baru muncul saat perbaikan dan koreksi dilakukan. Karena kalimat yang sering dikeluarkan adalah makhraj, makhraj, dan makhraj, serta seringkali mengesampingkan permasalahan sifat, maka pada saat memperbaiki dan mengoreksi para pembelajar ataupun pengajar akhirnya hanya fokus pada teori dan praktik makhraj, serta kurang perhatian terhadap pengamalan sifat-sifat huruf. Kenyataannya, pemahaman terhadap sifat-sifat huruf juga kurang tepat dan detail, sehingga pengamalannya pun kurang sempurna.

Oleh karena itu, tidak jarang di antara para pembelajar, bahkan pengajar Alquran yang masih kebingungan bagaimana melafalkan huruf demi huruf hijaiyyah yang fasih, padahal mereka sudah memahami makhraj dengan baik. Karena memang kesempurnaan kefasihan pelafalan tidak dibahas secara rinci pada bab makhraj, melainkan pada bab sifat.

Di sinilah dibutuhkan kejelian para pengajar dalam mengoreksi bacaan murid-muridnya. Apabila kekeliruannya memang berkaitan dengan permasalahan makhraj, yakni tepat atau tidak posisi lidah atau bibir, atau tepat atau tidak huruf tersebut dibunyikan, misalnya yang seharusnya di aqshal halq (pangkal tenggorokan) malah diucapkan di wasthul halq (tengah tenggorokan) atau sebaliknya maka cara mengobatinya adalah dengan memindahkan suara dan mengembalikan ke asalnya, yakni makhrajnya yang tepat.

Namun apabila kekeliruannya berkaitan dengan kekurangsempurnaan huruf, kekurangfasihan huruf, apakah kurang jelas, atau tidak tepat dalam menebalkan dan menipiskan, atau justru berlebihan padanya, atau tidak tepat dalam masalah kekhasan suara setiap huruf, maka jelas sekali semua ini bukanlah kekeliruan dalam makhraj, akan tetapi merupakan kekeliruan dalam sifat-sifat huruf. Tentu saja, cara menanggulanginya pun adalah dengan memberikan pemahaman yang tepat berkaitan dengan sifat-sifat huruf. Pahami dengan baik apa itu Syiddah dan Rakhawah. Apa itu Hams dan Jahr. Apa itu Isti'la dan Istifal, juga Ithbaq dan Infitah. Sebagaimana kita juga penting untuk memahami dengan baik permasalahan qalqalah, shafir, tafasysi, takrir, istithalah, ghunnah, dan khafa.

Jangan sampai sebagai pengajar kita sendiri masih kebingungan untuk memahami keterkaitan sifat-sifat tersebut sehingga mencampuradukkan satu sifat dengan sifat yang lain. Bingung dalam mempraktikkan huruf-huruf yang syiddah sekaligus hams, atau yang jahr sekaligus rakhawah. Atau mungkin juga di antara kita masih kebingungan membedakan antara shafir, rakhawah, hams, dan tafasysyi, sehingga huruf-huruf diucapkan tidak sesuai hak dan mustahaknya.

Kemudian setelah kita memahami semua itu, maka kita wajib berlatih mempraktikannya sampai fasih. Yang paling baio tentu saja mempraktikkannya di hadapan seorang guru yang mutqin, sehingga standar kefasihannya jelas, bukan sekadar perkiraan semata.

Demikianlah cara mengobati lahn dalam membaca Alquran. Ibarat seorang dokter yang mengobati pasien. Ia harus bisa melakukan diagnosis dimana sumber penyakitnya, dan apa kelemahannya. Maka pengajar tajwid mesti jeli dalam melihat hal tersebut. Huruf-huruf apa saja yang terdengar belum sempurna, kemudian diteliti kekeliruannya pada makhraj atau pada sifat-sifatnya. Dengan itu, ia bisa memberikan pengobatan yang tepat dan baik.

Catatan tambahan:
Kami tidak memungkiri bahwa setiap Ustadz atau Syaikh kadang memiliki standar kefasihan yang sedikit berbeda. Namun, selama Ustadz atau Syaikh tersebut memiliki sandaran yang shahih, maka pendapatnya tidak bisa ditolak. Adapun kita mau mengamalkan yang mana maka dikembalikan kepada individu masing-masing. Sedangkan yang terbaik dan paling utama adalah mengamalkan apa yang diajarkan oleh guru, sebagaimana sampai kepada kita riwayat:
اقرءوا القران كما علمتم
"Bacalah oleh kalian Alquran sebagaimana kalian telah diajarkan." (HR. Ahmad. Riwayat ini memiliki beberapa syawahid, di antaranya diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Al-Ajurriy, Al-Bazzar, dan Ath-Thabariy dengan beberapa variasi lafazh yang sedikit berbeda)

Wallaahu a'lam

Laili Al-Fadhli
Semoga Allaah memgampuninya dan juga keluarganya. Aamiin.

Laili Al-Fadhli
21 Agustus pukul 15.17 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.