Cara Mujassimah Memaknai Allah Memiliki Yad
Cara mereka memaknai Allah memiliki yad secara hakekat [tangan secara hakiki] adalah dengan menggabungkan sifat-sifat Allah yang lain, seperti bahwa Allah memiliki kaff [telapak tangan], memiliki ashabi' [jari-jari tangan], memiliki yamin [tangan kanan], memiliki syimal [tangan kiri], meng-qabdh [menggenggam tangan], mem-basth [membuka genggaman tangan] dan lain-lain. Dan Allah memberi rizki dan lain-lain dalam pandangan mereka adalah dengan media [alat] yang bernama tangan. Dan itu tangan hakiki. [Ini semua tercatat dalam kitab-kitab mereka]
Penafsiran yang aneh di atas tidak akan pernah dijumpai dalam perkataan salaf atau khalaf pengikut jalan salaf. Ulama' Ahlussunnah wal Jama'ah semisal al-Mufassir al-Qurthubi, Hujjatul Islam al-Ghozali dan lain-lain sangat melarang menghimpun sifat-sifat Allah seperti di atas. Bahkan, al-Qurthubi dengan tegas menyatakan bahwa yang demikian hanya dilakukan oleh kaum mujassimah yaitu kaum yang meyakini Allah memiliki fisik [lihat 2 screenshot dibawah]
Efek buruknya, orang yang mendengar pasti akan membayangkan Allah memiliki fisik tertentu atau rangkaian organ fisik tertentu. Kaidah qath'i bahwa "Allah berbeda dengan makhluk" tidak akan menghalangi kaum awam membayangkan atau mengimajinasikan fisik dan bentuk tertentu bagi Allah. Terbukti dalam kitab fatwa akidah mereka, pernah ditanyakan: "Apakah jari-jari tangan Allah ada lima?". Pertanyaan ini lahir dari pemahaman mereka yang meyakini Allah memiliki yad secara hakiki, jari secara hakiki dan seterusnya.
Oleh karena itu, kembali ke jalan ulama' yang lurus adalah jalan satu-satunya. Dan misalkan ada ulama' yang menyebut: "Yad Allah adalah hakekat", maka kita maknai dengan tidak ditafsiri yang macam-macam, jangan dinihilkan dari Allah [ta'thil] dan jangan pula dita'wil dengan menganggapnya sebagai majaz [khusus masalah ini ulama' masih berdebat] sebagaimana ucapan Imam al-Dzahabi.
Hidayat Nur
24 Junni 2020· Dibagikan kepada Publik
#Hidayat Nur