BOIKOT, APAAN SIH ?
Tercatat dalam masalah boikot, para ulama pernah berkali-kali menyerukan gerakan tinggalkan produk Yahudi. Hal ini sebagai bentuk wala wal bara, solidaritas kepada rakyat Palestina yang ditindas dan perlawanan yang mungkin dilakukan untuk menghadapi kecongkakan Zionis.
Namun, tak sedikit adanya sebagian pihak yang gagal paham merespon dengan berbagai nyinyiran. Misalnya :
"Kenapa mengharamkan yang dihalalkan oleh Allah ? Rasulullah saja bermuamalah dengan Yahudi !"
Atau,
"Kalau mau boikot jangan nanggung. Sekalian jangan pakai PC, jangan naik pesawat, jangan beli ini beli itu karena itu semua produk mereka !"
Atau,
"Itu tidak ada gunanya. Tidak akan mempengaruhi perusahaan multinasional."
Okelah. Mari kita jelaskan satu persatu.
Pertama, boikot itu bukanlah praktek mengharamkan yang dihalalkan oleh Allah. Ulama di Timur dan barat telah sepakat tentang bolehnya bermuamalah dengan orang kafir.
Ketika sebuah barang diboikot, bukan berarti hukumnya mutlak tidak boleh dikonsumsi dan dibeli, atau berubah dari halal menjadi haram, tidak.
Intinya sederhana, jangan sampai yang memboikot justru yang tertekan. Di mana-mana, yang memboikot itu adanya di atas angin, sedangkan pihak yang diboikot adalah pihak yang ditekan.
Contoh sederhananya: Dalam peperangan, selalu ada pasukan logistik yang mendukung agar pasukan yang berada di garis depan bisa terus bertempur. Logistik itu bisa berupa suplai makanan minuman, gizi, peralatan tempur, dan sebagainya. Nah, gerakan boikot adalah gerakan memutus garis suplai musuh ini, minimal agar mereka melemah.
Kedua, memboikot mutlak harus bersih dari menggunakan produk mereka ?
Yang berfikir dan nyinyir seperti ini benar-benar orang yang harus lebih banyak mendengar dari pada sering berkomentar. Ngawur.
Boikot itu bukanlah gerakan tidak mengambil manfaat dari produk pihak yang di boikot, namun hakikat boikot itu adalah tidak mengalirkan keuntungan kita ke kantong mereka.
Jadi, selama manfaat barang milik mereka lebih besar dari mudharatnya, sedangkan kita masih dalam kondisi belum memiliki barang pengganti yang memadai, mau bagaimana lagi ? Tapi masak iya minuman ringan, alat pembersih, dan barang remeh temeh lainnya kita juga nggak bisa buat sendiri ?
Memboikot itu bahkan bisa jadi dengan memiliki persenjataan canggih milik mereka, lalu arahkan larasnya ke arah mereka sendiri, sehingga kita buat mereka menjadi tuan yang dimakan senjata sendiri.
Ketiga benarkah boikot terhadap perusahan besar multinasional tidak hasilnya ? Fakta menunjukkan hal sebaliknya, dengan adanya boikot oleh umat islam, Zionis sempat kolaps, lalu seperti biasa menjerit meraung-raung minta donasi sekutunya.
Begitu juga tercatat perusahan yang melecehkan syariat, dibuat kolaps oleh aksi boikot umat Islam yang marah.
Dan terakhir. sekalipun pihak yang mendukung kemunkaran yang kita boikot itu tak terpengaruh, bukan berarti kita diam saja atas kemunkaran yang mereka lakukan.
Minimal aksi boikot yang dilakukan adalah sebagai bentuk ketidaksetujuan kita terhadap kemunkaran dan adanya kemaksiatan, yakni dengan tidak mengalirkan dana untuk mereka.
Semoga bermanfaat.
Ahmad Syahrin Thoriq
27 Juni 2020 pada 15.18 · Dibagikan kepada Publik
#Ahmad Syahrin Thoriq