Semangat dan Harapan Itu Masih Ada

Semangat dan Harapan Itu Masih Ada - Kajian Medina
Semangat dan Harapan Itu Masih Ada
by. Ahmad Sarwat, Lc.,MA

Di Madinah masa kenabian, pekerjaan orang munafik itu memang menyebalkan sekali. Setiap hari hanya menebar rasa putus asa, keluhan, keresahan dan kesedihan, tapi tanpa solusi yang berarti. Seolah menyalahkan keadaan, menyalahkan nasib dan ujung-ujungnya menyalahkan pimpinan, yaitu Rasulullah SAW.

Padahal kondisi umat para shahabat saat itu memang sedang susah, mereka dirundung kesedihan, kecewa, dan pasrah tak berdaya. Tapi kelakukan kalangan muanfikin memang iblis sekali. Alih-alih memberi dorongan semangant berjuang, justru tiap hari mereka rajin tiap hari menebar propaganda yang intinya melemahkan daya juang.

Sejak 'kekalahan' dalam Perang Uhud ditahun ketiga hijriyah, kaum munafikin semakin gencar menjatuhkan mental para shahabat. Mereka ini secara casing sebenarnya termasuk muslim, bukan kafir. Tapi kelakuan mereka selau bikin masalah, salah satunya ya selalu menjatuhkan mental juang para shahabat.

Maka ketika terbetik kabar bahwa di tahun kelima Madinah dikepung 10 ribu pasukan gabungan, semakin rajin kaum munafikin menebar rasa putus asa di tengah kalangan shahabat. Apalagi secara ukuran rasio kekuatan, jumlah pasukan muslimin sangat tidak berimbang. Mereak hanya 3 ribuan orang, harus melawan 10 ribu pasukan.

Secara analisa logis, tidak mungkin melawan. Satu-satunya cara paling logis hanya menyerah tanpa syarat. Biarkan Madinah dikuasai pasukan gabungan, setidaknya kalau tidak mau mati mengenaskan.

Namun Salman Al-Farisi berhasil memberi harapan, di tengah galaunya Rasulullah SAW dan para shahabat saat itu. Idenya membangun benteng berupa parit itu sebuah penemuan yang unik, tidak pernah dikenal dalam seni perang bangsa Arab sebelumnya. Itu produk Perang impor dari Persia.

Dan Rasulullah SAW yang amat percaya akan pertolongan Allah, namun Beliau juga meyakini bahwa pertolongan itu tidak turun begitu saja tanpa ikhtiar dan usaha nyata. Maka Beliau SAW mengerahkan seluruh shahabat untuk turun menggali parit sepanjang 5 kilometer, sambil terus memompakan harapan dan semangat mereka yang sempat dikendorkan kaum munafikin.

Dalam salah satu hadits shahih dikisahkan bahwa ketika para shahabat menemukan batu besar dan keras yang tidak bisa dipecahkan, mereka mengadu kepada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW pun turun tangan mengayunkan kapaknya.

Rasulullah SAW mengayunkan kapaknya tiga kali. Pertama beliau ayunkan sambil menyebut Allahu Akbar Beliau bilang,"Aku diperlihatkan Allah istana merah negeri Syam".

Ini sebuah pertanda bahwa nanti umat Islam akan bisa menang dan menaklukkan kerajaan Romawi. Para shahabat butuh pompaan semangat seperti ini, meski secara logika nampaknya masih mustahil.

Ayunan kapak yang kedua, Nabi SAW melafadzkan Allahu akbar dan Beliau bilang,"Aku diperlihatkan istana putih negeri Madain di Persia".

Ini juga menabur harapan besar bahwa Islam nanti akan menang dan akan menaklukkan kerajaan Persia. Sebuah pompaan semangat lagi yang sangat dibutuhkan untuk mengembalikan mentalitas para shahabat yang mulai dikendorkan kalangan munafikin.

Ayunan kapak yang ketiga, Nabi SAW berkata,"Aku diperlihatkan pintu gerbang negeri Yaman dari sini". Ini juga harapan yang tertanam kuat di hati para shahabat bahwa meski perjuangan masih panjang, tetapi harapan-harapan itu masih ada.

Tidak perlu tiap hari bersedih, stress dan hanya marah-marah sendirian sambil mengutuki nasib. Bukan apa-apa, sebab di Madinah saat itu banyak kaum munafikin yang kerjanya tiap hari hanya menyebarkan apatisme dan keluh kesah yang mematikan semangat juang para shahabat. Tidak ada musuh yang lebih berbahaya dari kampanye menjatuhkan mental bangsa.

Mental-mental munafikin itu kini banyak kita lihat. Setiap saya menulis secercah harapan dan kebahagiaan, langsung komennya mengingkari. Entah setan munafikin mana yang telah merasukinya, nampaknya sangat tidak rela kalau kita ini masih punya harapan, meski hanya secuil.

Lebih berbahagia kalau kita putus asa, merutuki nasib, dan menunggu ajal sambil menyalahkan-nyalahkan semua orang, termasuk petugas dan pemerintah.

Saya jadi teringat bagaimana penduduk Wuhan ketika pertama kali jadi pusat Pendemi, penduduknya saling memberi semangat satu sama lain. Sekarang mereka nampak sudah mendekati pintu kemenangan. Meski masih ada saja pihak-pihak yang tidak ikhlas atas kemenangan itu. Itulah sisa-sisa mental-mental munafikin di era modern.

Semangat dan Harapan Itu Masih Ada - Kajian Medina
Ahmad Sarwat
24 Maret 2020 (8 jam ·)

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.