- Semua sifat Allah itu secara hakikat (denotatif), bukan majas (konotatif). Siapa yang menganggap ayat atau hadis yang membahas sifat Allah adalah ungkapan majas, maka dia adalah mu'atthil alias orang sesat yang menyelewengkan sifat Allah dan mengingkarinya.
+ Keras amat sih lo pada muslim lain. Di dalam bahasa kan memang ada pembagian antara ungkapan hakikat dan majas toh? Jadi wajar kalau ungkapan tentang sifat Allah juga ada yang dipahami sebagai majas.
- Oh tidak, pembagian hakikat dan majas adalah istilah bid'ah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah sebab itu tidak dikenal di era salaf. Yang mula-mula memakai istilah majas adalah Abu Ubaidah bin al-Mutsanna yang wafat 209 H. Sebelum itu, tak ada majas-majasan, semuanya hanya makna hakikat.
+ Lo yakin sebelum itu tak ada penggunaan majas?
- Yakin sekali, Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah yang mengatakan itu, maka pasti benar.
+ Kalau begitu, maka ketika Nabi Muhammad bersabda bahwa Allah ada di depan orang shalat dan bukannya di atasnya, sampingnya atau belakangnya, artinya Allah secara hakikat berada di depan orang shalat dong dan tak boleh diartikan lain sebagaimana majas?
- Aduh.... gue lupa gak bawa masker. Musim corona ini bahaya kalau tak jaga kesehatan. gue pulang dulu ...
Abdul Wahab Ahmad
10 April pukul 19.05 ·
#Abdul Wahab Ahmad