Benarkah Corona Berakhir Bulan Mei?

Benarkah Corona Berakhir Bulan Mei? - Kajian Medina
"BENARKAH CORONA BERAKHIR BULAN MEI?"
Oleh : Abdul Wahid Al-Faizin

Akhir-akhir ini banyak sekali muncul ramalan-ramalan terkait berakhirnya virus CORONA mulai dalam bentuk video sampai postingan. Bahkan ada salah satu ramalan yang mendasarkan ramalannya pada hadits berikut

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عِسْلُ بْنُ سُفْيَانَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا طَلَعَ النَّجْمُ صَبَاحًا قَطُّ وَتَقُومُ عَاهَةٌ إِلَّا رُفِعَتْ عَنْهُمْ أَوْ خَفَّتْ

Telah menceritakan kepada kami ['Affan] telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] berkata; telah menceritakan kepada kami ['Isl bin Sufyan] dari ['Atho` bin Abi Rabbah] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah bintang muncul dipagi hari sedang penyakit (hama) bertebaran kecuali akan diangkat dari mereka atau disirnahkan." . (HR. Ahmad no. 8678)

Dalam Musnad Abu Hanifah ditegaskan bahwa maksud dari bintang tersebut adalah bintang Tsurayya

إِذَا طَلَعَتِ الثُّرَيَّا غُدْوَةً ارْتَفَعَتِ الْعَاهَةُ عَنْ كُلِّ بَلَدٍ
[أبو نعيم الأصبهاني، مسند أبي حنيفة رواية أبي نعيم، صفحة ١٣٧]

“Apabila terbit bintang Tsurayya, (pasti) terangkatlah penyakit dari setiap negeri.”

Berdasarkan kedua hadits tersebut ada salah seorang yang kemudian meramalkan bahwa virus CORONA akan hilang di bulan Mei. Karena kemunculan bintang Tsurayya tersebut adalah pada bulan Mei? Sekilas seakan-akan ramalan ini memiliki pijakannya secara ilmiah. Namun apakah benar demikian?

Kalau kita analisa kedua hadits tersebut di kitab-kitab hadits, maka kita akan menemukan bahwa ulama' hadits memasukkan hadits tersebut dan yang sama dengannya dalam kitab jual beli atau كتاب البيوع terutama dalam bab jual beli buah-buahan sebelum tampak bagus atau بيع الثمار قبل بدو صلاحها bukan dalam bab wabah Tha'un. Hal ini bisa kita lihat di antaranya

Imam Syafi'i dalam Musnadnya dalam كتاب البيوع dengan redaksi

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الثِّمَارِ حَتَّى تَذْهَبَ الْعَاهَةُ. قَالَ عُثْمَانُ: " فَقُلْتُ لِعَبْدِ اللَّهِ: مَتَى ذَاكَ؟ فَقَالَ: طُلُوعُ الثُّرَيَّا " [الشافعي، مسند الشافعي، صفحة ١٤٣]

Imam Malik dalam kitab Muwaththa'nya dalam باب النهي عن بيع الثمار حتى يبدو صلاحها dengan redaksi

لَا يَبِيعُ ثِمَارَهُ حَتَّى تَطْلُعَ الثُّرَيَّا» قَالَ مَالِكٌ: وَذَلِكَ أَنَّ وَقْتَهُ مَعْرُوفٌ عِنْدَ النَّاسِ، وَرُبَّمَا دَخَلَتْهُ الْعَاهَةُ، فَقَطَعَتْ ثَمَرَتَهُ، قَبْلَ أَنْ يَأْتِيَ ذَلِكَ الْوَقْتُ [مالك بن أنس، موطأ مالك ت عبد الباقي، ٦١٩/٢]

Imam Abu Hanifah dalam Musnadnya riwayat الحصفكي dalam كتاب البيوع dengan redaksi

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِذَا طَلَعَ النَّجْمُ رُفِعَتِ الْعَاهَاتُ» [أبو حنيفة النعمان، مسند أبي حنيفة رواية الحصكفي، _]

Imam al-Baghawi dalam Syarah al-Sunnah dalam باب النهي عن بيع الثمار حتى يبدو صلاحها dengan redaksi

مَا طَلَعَ النَّجْمُ قَطُّ وَفِي الأَرْضِ مِنَ الْعَاهَةِ شَيْءٌ إِلا رُفِعَ
[البغوي ، أبو محمد، شرح السنة للبغوي، ٩٨/٨]

Berdasarkan hal tersebut العاهة dalam hadits tersebut adalah wabah, penyakit, atau hama yang menyerang tumbuhan. Bukan wabah penyakit yang menyerang manusia . Hal ini juga ditegaskan oleh para pensyarah hadits diantaranya

Imam Nawawi dalam Syarah Muslim

الْعَاهَةَ) هِيَ الْآفَةُ تُصِيبُ الزَّرْعَ أَوِ الثَّمَرَ وَنَحْوَهُ فَتُفْسِدُهُ
[النووي، شرح النووي على مسلم، ١٧٩/١٠]

"Yang dimaksud الْعَاهَةَ adalah penyakit yang menimpa pertanian, buah-buahan dan sejenisnya sehingga bisa merusaknya"

Imam Al-Munawi ketika menjelaskan hadits yang diriwayatkan imam Ahmad yang dijadikan ramalan berakhirnya Corona menjelaskan

أراد بهذا الخبر أرض الحجاز لأن الحصاد يقع بها في أيار وتدرك الثمار وتأمن من العاهة فالمراد عاهة الثمار خاصة [المناوي، فيض القدير، ٤٥٤/٥]

"Yang dimaksud dengan hilangnya penyakit tersebut adalah di daerah Hijaz karena di sana musim panen adalah bulan Mei dan buah bisa didapatkan dan selamat dari penyakit (hama). Jadi yang dimaksud العاهة dalam hadits tersebut adalah penyakit yang khusus menimpa buah atau hama"

Selain Al-Munawi, Ibn Hajar juga menjelaskan hal yang sama beliau menyampaikan

والعاهة الْعَيْبُ وَالْآفَةُ وَالْمُرَادُ بِهَا هُنَا مَا يُصِيبُ الثَّمَرَ [ابن حجر العسقلاني، فتح الباري لابن حجر، ٣٩٥/٤]

"Yang dimaksud dari العاهة di sini adalah cacat dan penyakit yang menimpa tanaman"

Penafsiran العاهة dengan hama tanaman tersebut adalah penafsiran kebanyakan pensyarah hadits. Meski tidak dipungkiri ada pula ulama' yang mengartikannya secara umum baik wabah untuk manusia maupun tanaman. Namun Penggunaan hadits riwayat imam Ahmad untuk dijadikan ramalan berakhirnya virus CORONA menurut saya kurang tepat. Selain bertentangan dengan pendapat kebanyakan ulama', ramalan tersebut akan menjadikan wibawa hadits akan sangat turun kalau ternyata corona masih berlanjut sampai setelah Mei. Hal ini sebagaimana ulama' melarang tafsir ilmi terhadap Al-Qur'an dengan teori yang masih bersifat zhanni (dugaan) bukan qath'i (pasti) karena akan berpotensi menurunkan wibawa Al-Qur'an ketika teori tersebut runtuh. Meski kita juga tetap berharap semoga wabah ini segera berakhir secepat mungkin terlebih sebelum masuk bulan Ramadhan

Benarkah Corona Berakhir Bulan Mei? - Kajian Medina

Abdul Wahid Alfaizin bersama Nur Hasyim S Anam II dan 4 lainnya.
13 April pukul 14.35


Nah ini baru pas. Hadisnya bicara soal wabah tanaman, bukan wabah Corona atau pandemi. Kalau kita salah bawa-bawa nama Nabi, maka konsekuensinya nama Nabi yang akan jelek bila ternyata penafsiran kita tidak sesuai kenyataan.

Tapi bagaimana pun, semoga corona ini segera berakhir

Abdul Wahab Ahmad
15 April pukul 14.00 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.