Oleh : Abdullah Al-Jirani
Keberadaan Allah bersifat azali, artinya ada tanpa permulaan. Adapun makhluk, maka keberadaannya bada’i, artinya mengalami permulaan. Dulu, tidak sesuatupun kecuali Allah. Lalu setelah itu Allah menciptakan air, lalu Arsy (singgasana)-Nya, lalu Al-Qalam (pena catatan taqdir), lalu langit dan bumi dan segala isinya termasuk kita. Maka air, merupakan makhluk pertama yang Allah ciptakan. Hal ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Imran bin Hushain – radhiallahu ‘anhu – beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda :
كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ، وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ، وَخَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ
“Allah dahulu, tidak ada sesuatupun selain-Nya. Arsy-Nya di atas air. Lalu Allah menulis (taqdir) segala sesuatu di Adz-Dzikr (lembaran catatan taqdir), kemudian Allah menciptakan langit dan bumi.” [HR. Al-Bukhari : 3191].
Hadis ini menunjukkan, bahwa air merupakan makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah. Karena saat itu “tidak ada sesuatupun selain-Nya”. Setelah menciptakan air, baru Allah menciptakan Arsy (singgasana)-Nya yang diletakkan di atas air. Setelah itu, baru Allah menciptakan Al-Qalam (pena taqdir) untuk menulis taqdir segala sesuatu. Setelah itu Allah menciptakan langit dan bumi. Hadis ini juga menunjukkan, bahwa “pena taqdir” bukan makhluk pertama yang Allah ciptakan. Adapun hadis yang berbunyi :
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ
“Sesungguhnya pertama kali yang Allah ciptakan adalah Al-Qalam (pena catatan taqdir).” [HR. Abu Dawud dan selainnya]
Maksud hadis ini ada dua kemungkinan. Pertama, bahwa “pertama kali” di sini, maksudnya pertama kali diciptakan setelah air dan Arsy. Atau yang kedua, bahwa pertama kali di sini maksudnya dilihat dari sisi apa yang akan ditulis oleh pena taqdir tentang makhluk pertama yang akan Allah ciptakan. Dengan demikian, terjadilah kompromi antara hadis ini dengan hadis sebelumnya. Hal ini dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah-(w. 852 H), di mana beliau berkata :
مَعْنَاهُ أَنَّهُ خَلَقَ الْمَاء سَابِقًا , ثُمَّ خَلَقَ الْعَرْش عَلَى الْمَاء، وَقَدْ وَقَعَ فِي قِصَّة نَافِع بْن زَيْد الْحِمْيَرِيّ بِلَفْظِ: " كَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ خَلَقَ الْقَلَمَ فَقَالَ: اُكْتُبْ مَا هُوَ كَائِن، ثُمَّ خَلَقَ السَّمَوَات وَالْأَرْض وَمَا فِيهِنَّ " , فَصَرَّحَ بِتَرْتِيبِ الْمَخْلُوقَات بَعْد الْمَاء وَالْعَرْش , وَأَمَّا مَا رَوَاهُ أَحْمَد وَالتِّرْمِذِيّ مِنْ حَدِيث عُبَادَةَ بْن الصَّامِت مَرْفُوعًا " أَوَّل مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَم، ثُمَّ قَالَ اُكْتُبْ، فَجَرَى بِمَا هُوَ كَائِن إِلَى يَوْم الْقِيَامَة " فَيُجْمَع بَيْنه وَبَيْن مَا قَبْله بِأَنَّ أَوَّلِيَّة الْقَلَم بِالنِّسْبَةِ إِلَى مَا عَدَا الْمَاء وَالْعَرْش , أَوْ بِالنِّسْبَةِ إِلَى مَا مِنْهُ صَدَرَ مِنْ الْكِتَابَة، أَيْ أَنَّهُ قِيلَ لَهُ اُكْتُبْ أَوَّل مَا خُلِقَ
“Maknanya, Allah menciptakan air terlebih dahulu, lalu menciptakan Arsy di atas air. Dalam kisah Nafi’ bin Zaid Al-Himyari dengan lafadz “Singgasana-Nya terletak di atas Air, baru kemudian Dia menciptakan Al-Qalam (pena taqdir). Lalu Allah berkata : “Tulislah segala yang akan terjadi !”. Lalu Allah menciptakan Langit dan Bumi beserta segala isinya. Di sini disebutkan secara gamblang urutan penciptaan para makhluk setelah air dan Arsy. Adapun apa yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan selain keduanya dari hadis yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Ash-Shamit secara marfu’ : “Pertama kali Allah menciptakan pena taqdir. Kemudian Allah berkata : “Tulislah segala yang akan terjadi sampai hari kiamat !”. Maka hadis ini harus dikompromikan dengan hadis sebelumnya, bahwa yang dimaksud “Pena merupakan makhluk pertama kali” di sini, disandarkan kepada selain air dan Arsy. Atau, disandarkan kepada penulisan yang akan muncul darinya. Artinya, sesungguhnya dikatakan kepadanya (Al-Qalam) : “Tulislah (makhluk) apa yang akan diciptakan pertama kali”. [Fathul Bari : 9/473].
Wallahu a’lam bish shawab
Karanganyar, 12/09/2019
Abdullah Al Jirani memperbarui statusnya.
12 September pukul 06.49 ·
#Abdullah Al Jirani