by. Ahmad Sarwat, Lc.MA
Kita yang lagi pada wuquf di Arafah tanggal 9 Dzulhijjah malah tidak disunnahkan berpuasa.
Di masa kenabian, orang Arab jahiliyah punya kebiasaan memindahkan ritual haji tahunan seenaknya.
Kadang di bulan Dzulqa'dah, seperti yang terjadi pada tahun ke-9, ketika Abu Bakar ikut haji.
Pernah juga hajinya di bulan Muharram, atau di bulan Rajab. Pokoknya seenak udelnya para pimpinan Mekkah di masa itu.
Untuk pertama kalinya haji dilaksanakan di bulan Dzulhijjah, tepatnya wuquf di Arafah pada tanggal 9, hanya ketika Nabi SAW berhaji Islam di tahun ke-10 kenabian.
Artinya, di tahun-tahun sebelumnya, haji dan wuquf di Arafah justru tidak pernah terlaksana pada 9 Dzulhijjah. Kalau pun kita cek saat itu ke Arafah Mina, isinya pasti kosong tidak ada orang sama sekali.
Sementara itu, sejak tahun ke-2 hingga tahun ke-9 hijriyah, Nabi SAW tidak pernah meninggalkan puasa 9 Dzulhijjah. Padahal di Arafah tidak ada orang wuquf. Jadi puasanya memang tidak ada kaitannya dengan wuquf.
Dan sampai hari ini, ketika wuquf sudah ditetapkan hanya tanggal 9 Dzulhijjah, justru kita yang lagi wuquf malah tidak disunnahkan berpuasa.
Jadi puasa lah 9 Dzulhijjah, sebagai puasa yang disunnah Nabi SAW sejak tahun ke-2 hijriyah. Dan bukan puasa karena ada orang lagi pada wuquf di Arafah.
Mina, 9 Dzulhijjah 1440 H
Note :
Seandainya ada perbedaan penetapan 9 Dzulhijjah antara Saudi dengan suatu negeri Islam tertentu, maka yang dijadikan patokan bukan wuquf, tapi tanggal 9 Dzulhijjahnya seauai dgn negeri masing-masing.
Ahmad Sarwat
10 Agustus pukul 00.15 ·
#Ahmad Sarwat