Ciri khas akhlaq Rasulullah SAW itu tidak suka nyinyiri kekurangan orang. Justru yang beliau lakukan malah sebaliknya, amat toleran dengan semua keterbatasan dan perbedaan.
Contoh sederhana masalah lahjah tiap suku yang beda-beda itu. Alih-alih nyinyirin suku atau qabilah sebelah yang lahjahnya beda, justru Beliau SAW malah minta Jibril turunkan lagi dan lagi ayat yang sama, tapi dengan lahjah yang bisa sesuai dengan suku-suku yang ada,
Maksudnya agar semua suku yang beda lahjah itu semuanya bisa dapat 'pengakuan' dari langit juga.
Haji Ifrad, Qiran, Tamattu'
Contoh lain misalnya Rasulullah SAW mengakui tiga macam tata cara haji yang berbeda. Ada haji ifrad yang semata haji tanpa bercampur umrah. Ada haji qiran yang menggabungkan haji dan umrah dalam satu ibadah. Dan ada haji tamattu' yang mengerjakan umrah dulu baru haji.
Sekali lagi Nabi tidak menyinyiri yang hajinya beda dengan beliau. Umat juga tahu bahwa tidak ada yang lebih afdhal dari ketiganya itu, bahkan haji yang manakah yang Beliau kerjakan, semua shahabat saling beda pendapat.
Haji Itu Arafah
Bahkan banyak sekali para shahabat yang tidak bisa ikut langkah kaki Nabi SAW secara utuh dari A sampai Z pada saat haji. Nabi tidak lantas menyinyiri mereka macam kita-kita ini kalau lihat perbedaan.
Beliau sangat toleran dengan kondisi masing-masing jamaah. Maka silahkan saja kalau ada yang tidak bisa ini dan itu. Asalkan pas tanggal 9 Dzulhijjah semua kumpul di padang Arafah.
Nabi SAW adalah Nabi yang luas dadanya, sangat toleran jiwanya. Tidak suka menyinyiri hal yang beda. Kalau pun disediakan menu makan yang Beliau kurang selera, tidak pernah komplain, apalagi bikin status di medsos sambil menyinyiri si fulan dan si fulan.
Kaum pernyinyiran itu hatinya teramat sempit, sesempit liang lahat kuburan. Susah menerima perbedaan, meski cuma secuil. Dalam benaknya, kebenaran hanya satu, yaitu AKU. Orang lain? SEMUA SALAH dan WAJIB SELALU DINYINYIRI.
Sekali nyinyir tetap nyinyir. Hidup nyinyir.
Ahmad Sarwat, Lc.MA
Ahmad Sarwat
23 Mei pukul 09.48 ·
#Ahmad Sarwat