Aceh Sebagai Kota Serambi Mekkah

Aceh Sebagai Kota Serambi Mekkah - Kajian Medina
ACEH

Aceh dikenal sejak dulu sebagai serambi Mekkah. Bahkan konon Islam datang dimulai salah satunya di Aceh dengan nama Samudera Pasai. Islam datang ke sana lewat jalur perdagangan dan Islam datang ke sana dengan wajah yang ramah. Jadi, Aceh sudah kental dengan Islam sejak dulu sebelum pulau Jawa atau lainnya. Maka, tak elok bila ada yang menyamakan Aceh sebagai kota Thaif yang dahulu ketika didatangi Nabi kota tersebut mayoritas berpenduduk kaum musyrikin.

Aceh pun dikenal mazhab akidahnya mayoritas adalah Asy'ariah dan juga bertashawwuf. Maka tak heran bila mereka menolak paham mazhab akidah lainnya apalagi yang menyesatkannya. Memang dalam dunia Islam, perdebatan antara mazhab akidah itu sudah ada sejak lama, tetapi tak setiap orang siap menerima tuduhan masing-masing. Asy'ariah tentu tak ingin dikatakan sesat di mana mereka berkeyakinan bahwa mazhab ini menjadi mazhab akidah terbesar sepanjang sejarah Islam. Demikian pula Salafi/Wahabi pun berkeyakinan bahwa mazhab merekalah yang merepresentasikan mazhab akidah yang benar.

Oleh sebab itu, sejak dulu saya selalu berpikir bahwa dakwah itu harus berusaha menyatukan. Mencari titik temu bukan hanya titik perbedaan saja. Tidak memperbesar titik perbedaan. Karena persamaan antara Asy'ariah dan Salafi/Wahabi itu lebih banyak daripada perbedaannya. Jangan memperuncing perbedaannya. Apalagi membawa teks-teks pertikaian para ulama sejak dulu untuk menghantam lawan. Tidak setiap otak itu siap menerima hal itu.

Soal penolakan, setiap masjid memang berhak menolak dan menerima sesuai keinginan masyarakat setempat. Masjid yang sudah dikuasai Aswaja, mungkin tak ingin dimasukin Salafi/Wahabi. Demikian pula masjid yang sudah dikuasai Wahabi/Salafi pun pasti tak ingin ada kelompok lain yang masuk ke situ. Tetapi memang sulit menjadikan masjid itu berwarna-warni meskipun ada yang bisa demikian dan bisa bertoleransi.

Walhasil, saya meyakini bukan berarti masyarakat Aceh itu anti Islam apalagi anti pengajian. Setiap kita bertanggung jawab untuk berusaha menjaga khilafiyah yang sudah terjadi sejak dulu kala supaya tidak menimbulkan hal-hal yang kontraproduktif dan supaya tidak kian meruncing dan menjadi malapetaka antar umat atas nama Islam. Dibutuhkan kedewasaan sikap dari berbagai pihak untuk membuka jalan dialog yang baik dan dalam naungan persaudaraan sesama Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Agar konflik yang terjadi tidak terus berkepanjangan. Sebisa mungkin hindari juga diksi atau gelar-gelar yang malah memperuncing permusuhan. Walhasil, semoga semua pihak bisa saling introspeksi. Semoga Allāh berikan kebaikan bagi kaum muslimin semuanya. Aamiin...

Nb: Saya termasuk di antara penikmat kajian Ustadz Firanda. Menurut saya dalam hal Fiqh atau muamalah beliau termasuk cukup moderat dibandingkan dai lainnya yang se-aliran. Meskipun dalam hal akidah beliau 'agak' keras. Allāhu a'lam.

Robi Maulana Saifullah
14 Juni pukul 06.15 ·

Aceh Sebagai Kota Serambi Mekkah - Kajian Medina

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.