Mengangkat Tangan Bersama Takbir Zawaaid (Tambahan) Pada Shalat Hari Raya dan Shalat Jenazah

Mengangkat Tangan Bersama Takbir Zawaaid (Tambahan) Pada Shalat Hari Raya dan Shalat Jenazah - Kajian Medina
Hampir setiap selesai salat fardhu, di masjid Nabawi dan masjid Haram ada salat jenazah. Ini merupakan fadhilah yang sangat besar. Belum tentu di lain tempat kita bisa mendapatkan keutamaan ini. Satu kali menyalatkan janazah saja, pahalanya semisal satu qirath, yaitu semisal gunung Uhud. Lalu bagaimana jika sampai lima kali dalam sehari ? Tentu sangat besar sekali.

Tapi, dalam hal ini ada suatu masalah fiqh yang menjadi tanda tanya di benak kami. Sejauh yang kami amati, mayoritas jama'ah tidak mengangkat tangan ketika masuk takbir zawaid (tambahan). Mereka hanya mengangkat tangan saat takbir Ihram (pembukaan) saja. Padahal, anjuran mengangakat tangan dalam takbir zawaid, merupakan madzhab Jumhur ulama, diantara mereka Hanafiyyab, Syafi'iyyah dan Hanabilah. Mufti kibar Haramain, yaitu syaikh Bin Baz dan Syaikh Ibnu Utsaimin juga menyunahkannya.

Kami pribadi lebih memilih ikut pendapat Jumhur, terkhusus madzhab Syafi'iyyah. Disamping lebih ilmiyyah, lebih tenang dan menentramkan hati. Al-hamdulillah Rabbil alamin.
----------
Tulisan tahun lalu. Semoga bermanfaat.

Abdullah Al Jirani
23 Mei pukul 18.32 ·

MENGANGKAT TANGAN BERSAMA TAKBIR ZAWAAID ( TAMBAHAN ) PADA SHALAT HARI RAYA DAN SHALAT JENAZAH
Oleh : Abdullah Al Jirani
Para ulama’ telah berijma’ ( bersepakat ), sesungguhnya disyari’atkan untuk mengangkat tangan saat takbir pertama ( takbiratul Ihram ). Maksudnya disyari’atkan, adalah disunnahkan. Karena yang termasuk rukun itu takbiratul ihram-nya ( takbir pembukaan ). Adapun menggangkat tangannya, hukumnya sunnah. Karena tidak ada dalil yang menunjukkan kepada wajib.
Al-Imam Ibnul Mundzir –rohimahullah- berkata :
أجمعوا على أنه يرفع في أول تكبيرة , واختلفوا في سائرها
“Para ulama’ bersepakat sesungguhnya tangan diangkat di awal tabir ( takbiratul ihram ) dan mereka berselisih pada selainnya.” [ lewat kitab “Syarhul Muhadzdzab” : 5/190 ].
Adapun takbir zawaid ( takbir tambahan ) setelah takbiratul ihram, ada silang pendapat di kalangan para ulama’. Yang rajih ( kuat ) dalam masalah ini, disyari’atkan untuk menggangkat tangan dalam takbir tambahan. Dan ini merupakan pendapat jumhur ulama’ ( mayoritas ulama’ ), diantara mereka : Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan hanabilah.
Telah diriwayatkan dari Umar bin Al-Khathab –rodhiallohu ‘anhu- :
كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ كُلِّ تَكْبِيرَةِ فِي الْجِنَازَةِ وَالْعِيدَيْنِ
“Sesungguhnya beliau ( Umar bin Al-Khathab ) menggangkat kedua tangan beliau mengiringi setiap takbir dalam ( sholat ) jenazah dan ( sholat ) dua hari raya.” [ HR. Al-Baihaqi dalam “Sunan Al-Kubra” : 6189 ].
Riwayat di atas dhoif ( lemah ), karena terdapat rowi bernama Ibnu Lahi’ah, dia seorang mudallis dan meriwayatkan dari Bakr bin Sawaadah dengan lafadz ‘an’anah ( dari ). Akan tetapi tunggu dulu. Tidak setiap hadits yang lemah secara sanad, maka matannya ( isinya ) harus dibuang. Karena mungkin saja ada qorinah ( indikasi ) lain yang menguatkan maknanya sehingga bisa diamalkan.
Makna hadits di atas, dikuatkan oleh riwayat dari Abdullah bin Umar –rodhiallohu ‘anhu- :
أَنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ عَلَى كُلِّ تَكْبِيرَةٍ مِنْ تَكْبِيرِ الْجِنَازَةِ
“Sesungguhnya dia ( Ibnu Umar ) menggangkat kedua tangannya setiap takbir dari takbir sholat janazah”. [ HR. Al-Baihaqi dalam “Al-Kubra” : 6993 ].
Atsar Ibnu Umar di atas sanadnya shohih. Telah dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dimana beliau berkata :
روى البيهقي (4/ 44) بسند صحيح عن ابن عمر أنه كان يرفع يديه على كل تكبيرة من تكبيرات الجنازة
“Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi ( 4/44 ) dengan sanad yang shohih dari Ibnu Umar sesungguhna beliau mengangkat kedua tangannya setiap takbir dari takbir-takbir jenazah.” [ Ahkamul Janaiz : 117 ].
Ibnu Umar –rodhiallohu ‘anhu- dikenal sebagai seorang sahabat yang sangat semangat untuk ittiba’ ( mengikuti ) Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Dalam hal ini, beliau mengangkat kedua tangannya pada seluruh takbir dalam sholat jenazah. Maka sangat tidak mungkin hal ini tidak memiliki sandaran dari Rosulullah-shollallahu ‘alahi wa sallam-.
Kenapa ? karena mengangkat tangan di dalam sholat, termasuk masalah ibadah. Yang sangat tidak mungkin sahabat berani untuk mengadakan suatu tata cara ibadah yang tidak diajarkan oleh Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Oleh karena itu, di dalam ilmu mushtholah hadits telah dibahas, bahwa jika seorang sahabat mengucapkan suatu ucapan atau melakukan suatu amalan dalam perkara yang tidak ada celah bagi akal untuk ikut masuk di dalamnya, salah satunya dalam masalah ibadah, maka hal itu dihukumi marfu’ ( dari ucapan atau perbuatan nabi ).Dengan istilah lain, mauquf secara sanad namun marfu’ dari sisi makna.
Sehingga amaliah Ibnu Umar di atas walaupun sifatnya mauquf, namun ia memiliki hukum marfu’ dari perbuatan nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Walaupun atsar Ibnu Umar dalam shalat jenazah, akan tetapi para ulama mengqiyaskan shalat hari raya kepadanya.
Al-Imam An-Nawawi –rohimahullah- berkata :
والسنة أن يرفع يديه مع كل تكبيرة
“Dan sunnah hukumnya untuk mengangkat kedua tangan bersama setiap takbir.” [ Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 5/15 ].
Beliau –rohimahullah- juga berkata :
السُّنَّةُ أَنْ يَرْفَعَ يَدَيْهِ فِي كُلِّ تَكْبِيرَةٍ مِنْ هَذِهِ الْأَرْبَعِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
“Disunnahka untuk mengangkat kedua tangan dalam setiap takbir dari empat takbir tersebut sejajar dengan dua pundaknya.” [ Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 5/231 ].
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz –rohimahullah- berkata :
السنة رفع اليدين مع التكبيرات الأربع كلها ; لما ثبت عن ابن عمر وابن عباس أنهما كانا يرفعان مع التكبيرات كلها , ورواه الدار قطني مرفوعا من حديث ابن عمر بسند جيد
“Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan bersama empat takbir tersebut seluruhnya berdasarkan apa yang telah tsabit ( shohih ) dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, sesungguhnya keduanya mengangkat tangan bersama takbir-takbir seluruhnya. Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni secara marfu’ dari hadits Ibnu Umar dengan sanad yang jayyid ( baik ).” [ Majmu’ Fatawa : 13/148 ].
Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin –rohimahullah- berkata :
الصواب أن رفع اليدين في تكبيرة الجنازة سنة في كل التكبيرات، كما جاء ذلك صريحاً عن ابن عمر ، ومثل هذا من الأمور التوقيفية التي لا تكون إلا عن نص
“Yang benar, sesungguhnya mengangkat kedua tangan pada seluruh takbir dalam sholat jenazah adalah sunnah. Sebagaimana hal ini telah jelas darang dari Ibnu Umar. Masalah seperti ini termasuk perkara tauqifiyyah ( berhenti pada dalil ) yang tidak bisa terwujud kecuali dengan dalil.” [ Durus Wa Fatawa Al-Haram Al-Madani : 1/ ]
Beliau juga berkata :
القول الصحيح أنه يرفع يديه في كل تكبيرة
“Pendapat yang benar, sesungguhnya diangkat kedua tangan pada setiap takbir…”[ Majmu’ Fatawa : 1/ ].
Kesimpulan :
1).Dianjurkan untuk mengangkat tangan dalam takbir zawaid ( takbir tambahan setelah takbir ihram ) pada sholat jenazah dan sholat hari raya. Ini merupakan pendapat jumhur ulama’ ( mayoritas ulama’ ). Walaupun atsar Ibnu Umar dalam sholat jenazah, akan tetapi sholat hari raya diqiyaskan kepadanya karena memiliki illat yang sama.
2). Tidak setiap hadits yang dhoif ( lemah ) sanadnya, musti dibuang kandungan maknanya atau tidak boleh diamalkan. Karena mungkin saja ada qoroin ( berbagai indikasi dalil ) yang menguatkannya.
Semoga bermanfaat.
22 Ramadhan 1439 H
Abdullah Al Jirani7 Juni 2018

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.