Materi Hasil Ngarang Sendiri

Materi Hasil Ngarang Sendiri - Kajian Medina
Materi Hasil Ngarang Sendiri

Dulu waktu belum kuliah syariah, saya sering ngarang-ngarang sendiri materi pengajian. Maklum, tidak bisa baca kitab, guru pun tidak punya. Kalau ceramah, 99% materi dibikin dari hasil comot sana comot sini. Tidak ada standar rujukan yang bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiyah.

Begitu masuk kuliah, saya tersedak-sedak tenggelam di lautan literatur kitab rujukan. Terlalu banyak rujukan, bisa semua mau dikutip, pasti penuh bahan materi kajian. Overload dan overwight.

Tentu sebelumnya harus melek bahasa Arab plus belajar tiap cababg ilmu lewat kuliah dan dosen yang pakar di bidangnya. Maka pintu untuk menuju ke dunia ilmu pengetahuan semakin terbuka lebar.

Bahan ceramah cukup banyak dan semua berdasarkan literatur, serta jelas disiplin ilmunya.

Kalau ceramah sudah tidak lagi asal njeplak, tidak ngomong sesukanya, bahannya bukan hasil searching google, juga bukan hasil nonton youtub, apalagi update status punya orang yang tidak jelas sanad dan asal-usulnya.

Setiap menyampaikan statemen, pasti ada rujukan kepada pakar ulama di bidangnya. Ada di kitab apa, jilid berapa dan halaman berapa.

Bicara pengertian suatu ayat Al-Quran, tidak sekedar merujuk ke terjemahan Quran yang kecil mungil amat terbatas isinya. Tapi merujuk kepada pandangan para mufassir dunia Islam, baik klasik atau modern. Adanya tentu di kitab-kitab tafsir berbahasa Arab.

Bicara hadits, bukan cuma menyebut sebuah hadits adanya di kitab apa, pojokan sebelah mana, lantas haditsnya ditafsiri sendiri seenak bero'-nya. Tidak begitu dan bukan itu.

Merujuknya kepada para pakar hadits klasik dan modern yang memang ahli di bidangnya. Kitabnya bukan sekedar Shahih Bukhari atau Shahih Muslim terjemahan.

Lagian pula, membahas masalah hukum tidak merujuk ke kitab tafsir atau hadits, tapi ke kitab fiqih standar para fuqaha empat mazhab, baik klasik atau modern.

Kemampuan merujuk dan punya literatur ini bisa jadi ukuran sejauh apa kemampuan ilmiyah seorang ustadz.

Ahmad Sarwat, Lc.MA

Ahmad Sarwat
13 Mei pukul 11.04 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.