Kurma : Buah dan Karbohidrat

Kurma : Buah dan Karbohidrat - Kajian Medina
Kurma : Buah dan Karbohidrat

Ketika dipetik, kurma termasuk buah-buahan (fruits). Orang Arab menamakannya ruthab (رطب), sebagaimana disebutkan dalam surat Maryam :

وهزي إليك بجزع النخلة تسقط عليك رطبا جنيا

Guncang lah ke arahmu pangkal pohon kurma, maka ruthab akan berjatuhan padamu. (QS. Maryam :25)

Versi Terjemahan Depag, ditulis 'kurma masak'. Namun maksudnya buah kurma yang sudah matang di pohonnya dan siap dipanen.

Tapi jangan bayangkan bentuknya seperti kurma berbuka puasa yang sudah jadi manisan. Buah kurma yang jatuh dari pohon itu masih berstatus buah-buahan, masih banyak mengandung kadar air.

Jadi kayak kita makan buah pada umumnya seperti sawo, jambu atau anggur. Itu disebut RUTHAB.

Nabi SAW kalau berbuka, lebih mendahulukan ruthab ini. Baru kalau tidak ada, beliau langsung makan yang berkarbohidrat, yaitu kurma yang kita kenal. Orang Arab menyebutnya : tamr (تمر).

Tamr inilah yang selama ini kita makan dalam even berbuka puasa. Asalnya dari kurma yang sudah dikeringkan. Kayak pisang yang diproses penjadi sale. Sudah bukan buah-buahan lagi, tapi sudah menjadi korbohidrat.

Artinya sudah berubah fungsi menjadi makanan pokok. Buat sebagian kita, makan kurma dua tiga butir itu wajar. Tapi kalau kurma jadi makanan pokok, aneh bin ajaib.

Bayangkan, pagi sarapan sepiring kurma. Makan siang sepiring kurma. Makan malam pun sepiring kurma. Setiap hari, makan kurma.

Kalau kita nekat mencoba sarapan pagi sepiring kurma, bisa saja. Tapi kalau ditanya, sudah makan apa belum? Jawabnya belum.

Soalnya perut kita perut melayu. Makan kurma cuma buat keberkahan saja, gara-gara haditsnya menyebut Nabi berbuka dengan kurma. Buat sebagian kita, buka puasa dengan 3 butir kurma, cuma geli-geliin perut doang.

Ahmad Sarwat, Lc.MA

Ahmad Sarwat
28 April pukul 06.46 ·


Komentar : 

Hamzah Bpk E Azzam : jadi yg lebih afdhol, berbuka dengan buah buahan yg segar nggeh ustadz?

Ahmad Sarwat : Kalau memahami teks dan konteks, nampaknya begitu. Tapi yang paling baik adalah berbuka dengan ruthab, karena dapat logikanya, juga dapat keberkahannya sekaligus.
Secara logika, makan buah itu lebih ideal sebelum santap makan pokok. Isyaratnya dalam Al-Quran bahwa setiap berkisah makanan di surga, selalu diawali dengan buah-buahannya terlebih dahulu. Itu terpenuhi kalau berbuka pakai ruthab.
Secara keberkahan, karena begitu lah bunyi hadits Nabi SAW, beliau berbuka dengan ruthab, kalau tidak ada barulah pakai kurma.

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.