Apakah Niat Puasa Harus Ada Setiap Hari, Ataukah Cukup Sekali Saja di Hari Pertama Ramadan?

Apakah Niat Puasa Harus Ada Setiap Hari, Ataukah Cukup Sekali Saja di Hari Pertama Ramadan? - Kajian Medina
APAKAH NIAT PUASA HARUS ADA SETIAP HARI, ATAUKAH CUKUP SEKALI SAJA DI HARI PERTAMA RAMADAN ?

Oleh : Abdullah Al Jirani

Masih begitu lekat diingatan bagaimana masa kecil dulu, setiap selesai shalat Terawih, imam di kampung saya senantiasa mengajak makmum untuk berniat puasa secara bersama-sama. Karena diulang-ulang terus tiap malam, sampai akhirnya saya hafal betul lafadznya tanpa harus menghafal . Bunyinya : ( نَوَيتُ صَوْمَ غَدٍ عَن أدَاء فَرْضِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنةِ لِلّهِ تعال ) ( “Nawaitush shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadana hadzis sanah lillahi ta’ala” ). Artinya dalam bahasa Jawa : ( “Niat ingsun poso ing dino sesok saking kang nekani fardhune wulan Ramadan ing tahun iki kerono Allah” ). Niat ini tercantum di beberapa sumber primer madzhab Syafi’i, diantaranya kitab “Fathul Qarib” hlm. (137) karya imam Muhammad bin Qasim Al-Ghazzi Asy-Syafi’i –rahimahullah- (wafat : 918 H) yang merupakan syarah (penjelasan) Matan Abu Syuja’ atau Al-Ghayah wa At-Taqrib.

Waktu itu saya sempat berfikir kenapa niat harus di ulang-ulang tiap malam ? Kenapa tidak cukup sekali saja di awal Ramadan ? Sampai akhirnya Allah memberi kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu dari para ulama’ dan masyaikh serta dimudahkan untuk bisa mengambil faidah dari kitab-kitab turats (warisan) mereka.

Pembaca yang budiman,...Niat puasa Ramadan harus ada atau diperbaharui setiap hari sebelum terbitnya fajar shadiq, tidak cukup niat puasa di hari pertama saja untuk satu bulan. Ini merupakan madzhab dari Jumhur ulama’ (mayoritas ulama’), diantara mereka adalah Abu Hanifah, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hambal dalam salah satu riwayat yang shahih dari beliau. Imam An-Nawawi –rahimahullah- (wafat : 676 H) berkata :

مَذْهَبُنَا أَنَّ كُلَّ يَوْمٍ يَفْتَقِرُ إلَى نِيَّةٍ سَوَاءٌ نِيَّةُ صَوْمِ رَمَضَانَ وَالْقَضَاءِ وَالْكَفَّارَةِ وَالنَّذْرِ وَالتَّطَوُّعِ وَبِهِ قَالَ أَبُو حنيفة واسحق بن راهوايه وَدَاوُد وَابْنُ الْمُنْذِرِ وَالْجُمْهُورُ وَقَالَ ...وعن احمد واسحق رِوَايَتَانِ (أَصَحُّهُمَا) كَمَذْهَبِنَا

“Madzhab kami (Syafi’iyyah), sesungguhnya setiap hari membutuhkan niat, baik niat untuk puasa Ramadan, qadha’, kaffarat (tebusan), nadzar, dan tathawu’. Ini merupakan pendapat Abu Hanifah, Ishaq bin Rahawaih, Dawud, Ibnul Mundzir dan Jumhur ulama’....dari Imam Ahmad dan Ishaq ada dua riwayat, namun yang paling shahih seperti (pendapat) madzhab kami.” [ Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 6/302 ].

Jumhur menyatakan, bawha puasa Ramadan merupakan jenis ibadah tersendiri di tiap harinya. Tidak saling berkaitan antara sebagian dengan sebagian yang lain. Sebagian puasa tidak akan rusak dengan sebagian yang lain. Adapun imam Malik, menyelisihi pendapat jumhur, dimana beliau memandang cukup untuk niat diwujudkan di hari pertama saja. Saya pribadi ikut pendapat jumhur ulama’, terkhusus Imam Asy-Syafi’i. Karena secara umum, pendapat jumhur lebih dekat kepada kebenaran serta lebih selamat. Bahkan hampir-hampir tidak didapatkan satupun pendapat jumhur yang lemah.

Dengan demikian, teka-teki saya waktu kecil telah terjawab. Disamping itu, ada hikmah besar yang dapat kita petik dalam “mentabyit niat” (mewujudkan niat di malam hari), agar jika seandainya seorang bangun kesiangan sampai masuk waktu subuh, maka puasanya tetap sah -walaupun tanpa makan sahur- karena dia telah memiliki niat di malam harinya. Lain hal nya seorang yang belum mewujudkannya di malam hari, maka puasanya tidak sah. Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ

“Barang siapa yang belum mewujudkan niat puasa di malam hari sebelum fajar shadiq muncul, maka tidak ada puasa baginya.” [ HR. Ad-Daruquthni : 2/172, dan beliau berkata : para rawinya orang-orang kepercayaan ].

Demikian penjelasan masalah ini. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Wallahu a’lam bi ash-shawab. Alhamdulillah Rabbil ‘alamin.

Abdullah Al Jirani
3 Mei (4 jam yang lalu 8:26)·

baca juga Melafadzkan Niat Puasa Menurut Jumhur Ulama

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.