“Tidak memilih petahana berarti bughat (pemberontak) dan merupakan bentuk penggulingan terhadap kekuasaan yang sah !” . Baca statement seperti ini, saya hanya bisa mengucapkan istirja’, Innalillahi wa inna ilaihi raji’un....(lihat gambar terlampir). Kok ya ada orang yang begitu berani melontarkan kalimat-kalimat seperti itu. Memangnya ada dalil yang sharih (jelas) dari Al-Qur’an dan hadits yang menunjukkannya ? Coba sampaikan kepada kita kalau memang ada. Jika tidak ada, berarti sekedar main logika dan ‘mengotak-atik’ berbagai konsekwensi dari sebuah perkara menurut versi diri sendiri. Cara berfikir seperti ini, disamping sangat berbahaya bagi orang yang mengucapkannya - karena telah berfatwa tanpa ilmu-, juga akan merusak tatanan kehidupan di sebuah negara yang menganut asas demokrasi.
Lha kalau memang memilih paslon selain petahana dianggap pemberontak, untuk apa pemerintah menyelenggarakan pemilu ? Karena asas pemilu bersifat LUBER, yaitu Langsung-Umum-Bebas-Rahasia. Yang namanya BEBAS, berarti warga negara Indonesia diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya. Dan ini dijamin oleh undang-undang yang disahkan dan diakui oleh pemerintah RI. Secara tidak langsung, berarti pemerintah membuka celah dan melegitimasi munculnya para pemberontak ? Apa ini bisa dibenarkan dengan akal sehat ?
Kalau memang yang tidak memilih petahana dihukumi sebagai pemberontak, tidak perlu ada pemilu. Tinggal lanjutkan saja terus masa jabatan petahana sampai mati. Karena kalau ada pemilu, artinya ada kemungkinan petahana tidak terpilih lagi. Padahal yang saya tahu, masa jabatan seorang presiden di negara kita ini hanya lima tahun. Itu artinya, jika sudah lima tahun otomatis sudah habis masa jabatannya alias sudah tidak jadi presiden. Terkecuali dia terpilih kembali untuk periode yang berikutnya. Yang menyelenggarakan pemilu, tentu pemerintah. Apa kemudian kita akan katakan pemerintah pemberontak ? Pemerintah sendiri tidak mengharuskan warganya untuk memilih petahana. Tapi kenapa anda mengharuskannya ? memangnya anda siapa ? Anda perlu tahu, kalau pemilu itu merupakan cara ‘mengganti’ penguasa lama dengan yang baru yang disahkan oleh pemerintah NKRI, bahkan dilindungi oleh undang-undang.
Kalau yang memilih selain petahana dikatakan pemberontak, lalu bagaimana jika petahana seorang yang kafir, buruk, dzalim, dan menentang Allah dan Rasul-Nya. Sementara calon lain seorang muslim yang ta’at dan baik. Apa kita tetap harus pilih petahana yang seperti ini ? Petahana yang sekarang, sangat mungkin dulu juga mengalahkan petahana sebelumnya. Berarti petahana sekarang seorang pemberontak ? jika presidennya seorang pemberontak, maka bagaimana anda semua diam (golput), bahkan anda menyatakan bahwa yang tidak pilih petahana dinyatakan pemberontak. Ini bagaimana ? tidak memilih pemberontak dihukumi sebagai pemberontak ?! haloooo....!
Ingat ! lazimul qaul laisa bil qaul, lazimul fi’li laisa bil fi’li. Konsekwensi logis sebuah pendapat atau perbuatan, bukanlah pendapat atau perbuatan. Artinya, orang memilih paslon yang bukan petahana, tidaklah berkonsekwensi dia jadi pemberontak. Karena ini konsekwensi yang cacat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, baik secara ilmiyyah ataupun dengan ‘akal sehat’. Jika anda masih bersikeras memakai ‘konsekwensi logis’ versi diri anda ini, anda sendiri adalah orang pertama yang layak tertuduh sebagai pemberontak. Bisa jadi karena anda golput. Jika golput, berarti juga tidak memilih petahana. Atau anda milih petahana, dimana petahana –dengan kaidah anda juga- seorang pemberontak. Karena beliau telah melegitimasi sebuah pemilu sebagai ajang lahirnya para pemberontak karena tidak memilih dirinya, atau beliau dulu juga mengalahkan penguasa sebelumnya.
Beda pilihan potilik itu biasa, yang penting tetap menjaga persatuan, persaudaraan, serta kedamaian di negeri yang kita cintai ini. Entah yang menang nomor dua atau yang kalah nomor satu, menurut kami tidak ada masalah. Mari saling menghormati dan menghargai untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Terima kasih. Wallahu yahdi ila aqwami ath-thariq (Abdullah Al-Jirani)
Abdullah Al Jirani
20 jam ·
#Abdullah Al Jirani