Merasa benar itu memang naluri manusia. Tetapi merasa setiap perkataan dan tindakannya selalu benar tanpa mau introspeksi ketika dikritik orang lain, maka kita khawatir terjatuh pada sikap yang tidak baik. Merasa paling baik itu tidak baik meski engkau tidak pernah menyebut dirimu paling baik. Tapi indikasi hal itu bisa diketahui banyak orang lewat ucapan dan perbuatanmu. Semoga Allāh menjaga kita dari sikap-sikap seperti itu. Karena kita khawatir tergolong dan hadits di bawah ini.
Ketika kita menganggap dan memandang semua orang buruk dengan perasaan ujub atau sombong, hati-hati kita khawatir barangkali kita adalah yang paling buruk di antara mereka.
Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ: هَلَكَ النَّاسُ، فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ.
"Apabila seseorang berkata, 'celakalah manusia', maka dia adalah orang yang paling celaka." [HR. Muslim]
وقال الخطابي معناه لا يزال الرجل يعيب الناس ويذكر مساويهم ويقول فسد الناس وهلكوا ونحو ذلك فإذا فعل ذلك فهو اهلكهم اي أسوأ حالا منهم بما يلحقه من الاثم في عيبهم والوقيعة فيهم وربما أداه ذلك الى العجب بنفسه و رؤيته أنه خير منهم والله اعلم.
Al-Khaththābīy berkata, "Maknanya, seseorang senantiasa mencela manusia dan menyebutkan kejelekan mereka, dan dia berkata, 'Manusia telah rusak dan celaka...' dan semisalnya. Apabila dia melakukan hal tersebut, maka dia adalah orang yang paling celaka diantara mereka, maksudnya orang yang kondisinya paling jelek dalam hal dosa yang mengenainya disebabkan celaannya terhadap manusia lain. Boleh jadi hal tersebut meng-akibatkannya ujub dan riya' terhadap dirinya sendiri, bahwa dia merasa lebih baik daripada mereka. Allāhu a'lam." [Syarah Shahīh Muslim]
Robi Maulana Saifullah membagikan kiriman.
10 September pukul 11.17 ·
#Robi Maulana Saifullah