Orang yang mentahdzir belum tentu benar dan orang yang ditahdzir belumlah tentu salah. Orang yang mentahdzir belum tentu mulia dihadapan Allāh dan orang yang ditahdzir belumlah tentu hina dihadapan Allāh.
Sekelas Al-Imām Al-Bukhāriy saja pernah ditahdzir bahkan dikucilkan hingga sepi majelisnya dan ditinggalkan manusia. Lalu apakah Al-Imām Al-Bukhāriy menjadi hina dihadapan Allāh? Lihat buktinya sampai detik ini, kitabnya menjadi kitab tershahih setelah Al-Qur'ān. Namanya tetap harum sampai detik ini melebihi harumnya nama orang yang mentahdzirnya.
Kuncinya, jika ikhlas menghadapi ujian dan yakin telah berada di atas jalan yang benar, maka tidak akan berpengaruh celaan manusia terhadap kemuliaan Anda di sisi Allāh. Itu soal waktu yang akan menjawab, apakah Anda memang orang yang layak dihinakan atau dimuliakan dikemudian hari.
Allāh Ta'ālā berfirman:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ.
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." [QS. Ali-'Imrān:139]
Semoga Allāh memaafkan kesalahan kita dan mengangkat kedudukan kita di sisi Allāh.
Robi Maulana Saifullah
1 jam ·
#Robi Maulana Saifullah