Oleh : Abdullah Al Jirani
Sahwi artinya lupa atau lalai. Berarti sujud sahwi merupakan penyandaran suatu perbuatan kepada sebabnya. Sujud sahwi secara istilah : Sujud yang dilakukan untuk menutup kekurangan yang terjadi di dalam shalat karena meninggalkan perkara yang diperintahkan atau melakukan perkara yang dilarang tanpa ada unsur kesengajaan.
Sujud sahwi hukumnya sunnah menurut madzhab Syafi’iyyah. Imam Nawawi –rahimahullah- berkata :
المجموع شرح المهذب (4/ 152)
وَسُجُودُ السَّهْوِ سُنَّةٌ عِنْدَنَا لَيْسَ بِوَاجِبٍ... قَالَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ مَذْهَبُنَا أَنَّهُ سُنَّةٌ لَيْسَ بِوَاجِبٍ وَبِهِ قَالَ الْعُلَمَاءُ كَافَّةً
“Sujud sahwi hukumnya sunnah, tidak wajib menurut kami...Asy-Syaikh Abu Hamid berkata : sesungguhnya pendapat kami, sujud sahwi hukumnya sunnah, tidak wajib. Ini merupakan pendapat dari semua ulama.” [Al-Majmu’ : 4/152].
Telah terjadi silang pendapat di kalangan ulama’ tentang tempat sujud sahwi, apakah sebelum salam ataukah sesudah salam. Menurut imam Asy-Syafi’i –rahimahullah-, sujud sahwi letaknya sebelum salam secara mutlak, baik terjadi penambahan atau pengurangan.
Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah- berkata :
الأم للشافعي (1/ 154)
(قَالَ الشَّافِعِيُّ) : سُجُودُ السَّهْوِ كُلُّهُ عِنْدَنَا فِي الزِّيَادَةِ وَالنُّقْصَانِ قَبْلَ السَّلَامِ وَهُوَ النَّاسِخُ وَالْآخِرُ مِنْ الْأَمْرَيْنِ
“Menurut kami, sujud sahwi semuanya, (baik) dalam penambahan dan pengurangan terletak sebelum salam. Hal ini merupakan nasikh (penghapus) dan akhir dari dua perkara.” [Al-Umm : 1/154].
Menurut kami, pendapat ini merupakan pendapat yang paling baik. Karena jika kita teliti, dalil-dalil dalam masalah ini ada dua kelompok. Pertama bersifat mujmal (global) dan kedua bersifat mubayan (jelas). Dalam kondisi seperti ini, berlaku kaidah : (حمل المجمل على المبين)“Membawa dalil yang mujmal kepada dalil yang mubayyan.”
Imam An-Nawawi –rahimahullah- berkata :
المجموع شرح المهذب (4/ 110)
وَأَمَّا الشَّافِعِيُّ فَجَمَعَ بَيْنَ الْأَحَادِيثِ كُلِّهَا وَرَدَّ الْمُجْمَلَ إلَى المبين وقال البيان انما هو في حديث أَبِي سَعِيدٍ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَهُمَا مَسُوقَانِ لِبَيَانِ حُكْمِ السَّهْوِ... وَفِيهِمَا التَّصْرِيحُ بِأَنَّ سُجُودَ السَّهْوِ قَبْلَ السَّلَامِ
“Adapun imam Asy-Syafi’i, beliau mengumpulkan di antara hadits-hadits dalam masalah ini semuanya. Beliau mengembalikan hadits yang mujmal kepada yang mubayyan. Beliau berkata : hadits yang mubayyan terdapat pada hadits Abu Sa’id dan Abdurrahman bin Auf. Keduanya dibawakan untuk menjelaskan hukum lupa....dan di dalamnya secara jelas disebutkan sesungguhnya sujud sahwi terletak sebelum salam.”[Al-Majmu’ : 4/110].
Diantara hadits yang bersifat mubayyan (jelas) menunjukkan bahwa sujud sahwi terletak sebelum salam, adalah hadits Abu Sa’id Al-Khudri –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
صحيح مسلم (1/ 400)
88 - (571) وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ، فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ »
“Apabila salah seorang diantara kalian ragu di dalam shalatnya, tidak tahu berapa telah shalat, tiga atau empat (rekaat), hendaknya dia buang keraguannya dan dia bangun di atas apa yang dia yakini kemudian hendaknya dia sujud dua kali SEBELUM salam...”[HR. Muslim : 88].
Telah diriwayatkan pula dari Abdurrahman bin Auf –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
سنن الترمذي ت بشار (1/ 513)
398 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدِ ابْنُ عَثْمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ كُرَيْبٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِذَا سَهَا أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ وَاحِدَةً صَلَّى أَوْ ثِنْتَيْنِ فَلْيَبْنِ عَلَى وَاحِدَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَوْ ثَلاَثًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثِنْتَيْنِ، فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثَلاَثًا صَلَّى أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثَلاَثٍ، وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ.
“Apabila salah seorang di antara kalian lupa di dalam shalatnnya, tidak tahu telah shalat satu atau dua rekaat, maka hendaknya dia membangun (shalatnya) di atas satu rekaat. Jika tidak mengetahui telah shalat dua atau tiga rekaat, hendaknya dia membangun (shalatnya) di atas dua rekaat. Jika tidak mengetahui telah shalat tiga atau empat rekaat, hendaknya dia membangun (shalatnya) di atas tiga rekaat. Kemudian dia sujud dua kali SEBELUM salam.” [HR. At-Tirmidzi 398 dan beliau mengatakan : Ini hadits hasan shahih].
Dua hadits di atas secara jelas menyatakan bahwa sujud sahwi terletak sebelum salam secara mutlak, baik menambah atau mengurangi.
Adapun hadits-hadits yang mujmal, diantaranya apa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud –radhiallahu ‘anhu- beliau berkata :
صحيح مسلم (1/ 400)
89 - (572) وَحَدَّثَنَا عُثْمَانُ، وَأَبُو بَكْرٍ، ابْنَا أَبِي شَيْبَةَ، وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، جَمِيعًا عَنْ جَرِيرٍ - قَالَ عُثْمَانُ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللهِ: صَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ إِبْرَاهِيمُ: زَادَ أَوْ نَقَصَ - فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَحَدَثَ فِي الصَّلَاةِ شَيْءٌ؟ قَالَ: «وَمَا ذَاكَ؟» قَالُوا: صَلَّيْتَ كَذَا وَكَذَا، قَالَ: فَثَنَى رِجْلَيْهِ، وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ
“Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- shalat – Ibrahim berkata : menambah atau mengurangi rekaat – tatkala sudah salam, dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah ! sesuatu telah terjadi di dalam shalat ?” beliau menjawab : “Apa itu ?” mereka menjawab : “Anda shalat demikian dan demikian.” Lalu beliau melipat kakinya, menghadap kiblat, lalu sujud dua kali dan salam.”[HR. Muslim : 89].
Hadits di atas dan yang semaknya dengannya seperti hadits “Dzul yadain”, sekilas menunjukkan bahwa sujud sahwi terletak setelah salam. Akan tetapi, hadits ini tidak secara jelas menunjukkan kepada hal ini. Banyak kemungkinan kenapa itu terjadi. Bukan karena sujud sahwi terletak setelah salam, akan tetapi karena ada hal-hal khusus yang menyebabkan hal ini dilakukan.
Imam An-Nawawi –rahimahullah- menjelaskan, bahwa menurut imam Asy-Syafi’I, bahwa pengakhiran sujud sahwi setelah salam, terjadi karena lupa dan tidak dimaksudkan untuk itu. Beliau berkata :
المجموع شرح المهذب (4/ 111)
فَقَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ هُوَ مَحْمُولٌ عَلَى أَنَّ تَأْخِيرَهُ كَانَ سَهْوًا لَا مَقْصُودًا
“Asy-Syafi’i dan para fuqaha’ Syafi’iyyah berkata : Ia mengadung kemungkinan, sesungguhnya pengakhirannya (sujud sahwi setelah salam) karena lupa, dan bukan karena dimaksudkan secara sengaja.” [Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 4/111].
Contoh : Seorang yang shalat Dhuhur –misalnya- sebanyak lima rekaat karena lupa. Setelah salam, baru tahu karena diingatkan oleh jama’ah. Dalam kondisi ini, mau tidak mau dia akan sujud sahwi setelah salam. Bukan karena sujud sahwi letaknya setelah salam, akan tetapi karena ingat atau tahunya setelah salam. Namun jika dia sadar menambah satu rekaat sebelum salam, maka hendaknya dia sujud sahwi sebelum salam.
Dengan demikian, seluruh dalil-dalil dalam masalah ini bisa dikumpulkan dan diamalkan sesuai dengan maknanya tanpa harus ada yang dibuang. Dimana dalil yang mujmal dibawa kepada yang mubayyyan. Semoga bermanfaat. Wallahu Ta’ala a’lam bish shawab.
-----
Kosa kata :
*Mujmal artinya : Suatu dalil yang terhenti untuk memahami yang diinginkan darinya di atas dalil lain. Mungkin dalam penunjukkan secara spesifik, atau penjelasan sifatnya, atau kadarnya.
*Mubayyan : suatu dalil yang telah bisa dipahami secara asal, tanpa membutuhkan penjesalan dari dalil yang lainnya.
Abdullah Al Jirani
3 jam ·
Sumber : https://www.facebook.com/abdullah.aljirani.37/posts/315044205933552?__tn__=K-R
#Abdullah Al Jirani