Taubat itu Harus Diumumkan atau Tidak?

Taubat itu Harus Diumumkan atau Tidak? - Kajian Medina
Taubat itu harus diumumkan atau tidak?

قال ابن قدامة: التوبة على ضربين باطنة وحكمية، فأما الباطنة: فهي ما بينه وبين ربه تعالى، فإن كانت المعصية لا توجب حقا عليه في الحكم كقبلة أجنبية أو الخلوة بها، وشرب مسكر، أو كذب، فالتوبة منه الندم والعزم على أن لا يعود وقد روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال:

الندم توبة 

Ibnu Qudamah mengatakan: Taubat itu ada 2 jenis: Taubat batin (Taubat mandiri) dan Taubat Hukmi (Taubat di depan aparat penegak hukum). 

Taubat batin adalah Taubat yang terkait antara  pelaku maksiat dan Tuhan.

Jika maksiat itu tidak mewajibkan suatu  kewajiban hukum seperti mencium ajnabi (non-mahram) atau berkhalwat dengannya, meminum minuman memabukkan, atau berbohong, maka cara bertaubat darinya adalah menyesal dan bertekad kuat untuk tidak mengulanginya kembali. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda: Menyesal itu adalah taubat. 

وقيل: التوبة النصوح تجمع أربعة أشياء، الندم بالقلب، والاستغفار باللسان، وإضمار أن لا يعود، ومجانبة خلطاء السوء

Dan dikatakan bahwa: Taubat Nashuha itu meliputi 4 perkara, yaitu: (1) Menyesal dalam hati; (2) Mengucapkan Istighfar; (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya; dan (4) menjauhi para pelaku keburukan.

وإن كانت توجب عليه حقا لله تعالى أو لآدمي كمنع الزكاة والغصب، فالتوبة منه بما ذكرنا، وترك المظلمة حسب إمكانه بأن يؤدي الزكاة ويرد المغصوب أو مثله إن كان مثليا، وإلا قيمته.

Namun jika maksiat itu mewajibkannya memenuhi hak Allah maupun hak Adami seperti mencegah membayar zakat dan ghosob, maka cara taubatnya adalah sama seperti yang telah kami sebutkan ditambah meninggalkan barang yang diambil sesuai kemampuannya dengan cara membayarkan zakat dan mengembalikan barang yang dighosob atau yang semisal jika barang itu semisal, namun jika tidak (bisa) semisal maka diganti sebesar nilainya.

وإن عجز عن ذلك نوى رده متى قدر عليه، فإن كان عليه فيها حق في البدن، فإن كان حقا لآدمي كالقصاص وحد القذف اشترط في التوبة التمكين من نفسه وبذلها للمستحق

Jika ia tidak mampu melakukan itu, maka ia  berniat untuk mengembalikannya di saat kapan pun ia mampu untuk mengembalikannya. 

Kemudian, jika ada kewajiban menyangkut badan, maka jika itu adalah hak Adami seperti qishash dan hukum hadd qadzaf, maka taubat itu disyaratkan ia mampu dan membayar kepada yang berhak. 

وإن كان حقا لله تعالى كحد الزنى، وشرب الخمر فتوبته أيضا بالندم، والعزم على ترك العود ولا يشترط الإقرار به، فإن كان ذلك لم يشتهر عنه فالأولى له ستر نفسه والتوبة فيما بينه وبين الله تعالى، 

Dan jika menyangkut Hak Allah seperti Hadd Zina, meminum khomr, maka cara taubatnya juga dengan menyesal, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya kembali, dan tidak disyaratkan iqrar (melapor/mengakui kesalahan di depan aparat hukum). Karenanya, jika hal demikian itu tidak populer darinya, maka yang lebih baik ia merahasiakan diri. Kemudian ia bertaubat (secara rahasia) dari kemaksiatan itu antara dia dan Allah. 

 لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من أصاب من هذه القاذورات فليستتر بستر الله تعالى، فإنه من يبد لنا صفحته نقم عليه كتاب الله

Hal ini karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Sesiapa yang melakukan perbuatan menjijikkan ini, hendaklah merahasiakan dengan tabir Allah Ta'ala. Karena sesiapa yang melaporkan perbuatannya pada kami, Kami pun akan menghukumnya sesuai Kitabullah.

Nur Hasim

16 November 2020 pada 15.57  · 

Related Posts

There is no other posts in this category.

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.