Salaf Bukan Dalil (Bag.1)

Salaf Bukan Dalil (Bag. 1) - Kajian Medina
SALAF BUKAN DALIL (bag. 1)

- Apa saja dalil itu?

+ Yang disepakati sebagai dalil adalah al-Qur’an, hadis, ijmak dan qiyas.

- Kalau perkataan salaf masuk mana kok gak ada?, apakah masuk dalam kategori dalil yang tak disepakati?

+ Nggak juga, memang perkataan salaf gak masuk kategori dalil manapun.

- Loh kok bisa gitu? Padahal saya selalu berusaha ikut salaf. 

+ Ya memang begitu, memang gak masuk dalil. Kalau kamu mau ikut siapa pun dan bertaklid pada seseorang silakan saja, tapi tetap ucapannya dan ucapanmu bukanlah dalil yang dengannya kamu bisa memvonis orang lain sesat atau masuk neraka.  

Tetap tenang bro, dunia memang pahit bagi yang kagetan. 

- OK, anggap memang bukan dalil, tapi dalam hal apa ucapan salaf bukan termasuk dalil, apakah dalam hal akidah, fikih atau akhlak?

+ Dalam semua hal itu bukan dalil.

- Loh kok gitu? Contohnya gimana?

+ Memang begitu aturan mainnya. Mau gimana lagi. Contohnya:

Dalam hal akidah ada sebagian salaf, yakni Imam Mujahid mengatakan bahwa kelak Nabi Muhammad akan didudukkan bersama Allah. Perkataannya itu dianggap dalil oleh beberapa ahli hadis ekstrem yang tak segan mengafirkan dan memvonis halal darahnya siapapun yang menolak perkataan Mujahid di atas. Tapi tetap saja secara ilmiah perkataan Imam Mujahid bukan dalil, termasuk perkataan para ahli hadis ekstremis itu juga bukan dalil. Ulama banyak yang menolak pernyataan itu sebab bukan hadis dan mereka takkan ditanya oleh malaikat, "Hey, kamu kenapa kok tidak beriman pada pernyataan Mujahid?" dan tidak juga akan dilempar ke neraka sebab tidak sepakat terhadap statemen Mujahid yang itu. Santai saja, karena ucapan Mujahid bukan dalil, maka ia bisa diselisihi dengan memakai dalil. 

Dalam hal fikih, seorang sahabat bernama Thariq al-Asyja'i berkata bahwa qunut subuh adalah muhdats alias bid'ah. Imam Syafi'i dan seluruh Syafi'iyah tidak sepakat dengan pernyataannya itu. Meski demikian tak ada ceritanya nanti akan ada malaikat yang menginterogasi "kenapa bisa kalian menyelisihi ucapan Thariq?". Biasa saja lah, namanya juga bukan dalil jadi bisa diselisihi asal dengan berdasar dalil. 

Dalam hal akhlak apalagi. Ini bidang yang sangat melibatkan subjektifitas dan budaya. Banyak sekali perbedaan pendapat soal akhlak. Sebagai contoh, Imam Ali Zainal Abidin, cicit Rasulullah tersebut enggan makan bersama ibunya demi menghormatinya karena takut tanpa sengaja mengambil menu yang akan diambil oleh Sang Ibu sehingga tergolong durhaka. Ini pendapat pribadi beliau, tapi apakah kita dilarang makan bersama ibu? Tidak juga.

- Jadi intinya bagaimana, apa dibuang saja perkataan salaf?

+ Jangan lebay bro, lebay berasal dari kagetan dan kagetan berasal dari ketidaktahuan.

Intinya, ucapan salaf tetap kita perhatikan sebagai rujukan dan pertimbangan, tetapi ia bukan dalil yang haram diselisihi ketika kita melihat ada dalil yang lebih kuat dari perkataan mereka. Dalil utama ya al-Qur’an dan hadis saja. Ditambah ijmak dan qiyas atas petunjuk Rasul. Adapun selain itu hanya pendapat biasa yang masih bisa salah.

Abdul Wahab Ahmad

16 Oktober 2020 pada 11.59  ·

baca juga Salaf Bukan Dalil (Bag.2)

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.