Salaf Bukan Dalil (Bag.2)

Salaf Bukan Dalil (Bag. 2) - Kajian Medina
SALAF BUKAN DALIL (bag. 2)

- Saya tetap sulit menerima keteranganmu bahwa salaf bukan dalil. Sejak dulu banyak ulama yang mengajarkan agar mengikuti salaf. Siapa kamu kok beraninya berkata bahwa salaf bukan dalil?

+ Santai bro, sudah saya bilang jangan kagetan sebab itu tanda tidak tahu. Pernyataan yang mengatakan agar khalaf mengikuti salaf itu sama seperti pernyataan agar murid ikut gurunya atau agar anak patuh pada kedua orang tuanya. Pernyataan itu benar, tetapi  sebagai kebenaran secara umum. Namun demikian, tetaplah ucapan orang tua atau pun guru bukanlah dalil, demikian juga ucapan salaf. 

Soal siapa saya? saya orang khalaf yang mengikuti salaf yang pernyataannya saya anggap lebih tepat berdasarkan dalil.

- Kalau kamu mengklaim juga mengikuti salaf, coba sebutkan siapa salaf yang berkata seperti ucapanmu bahwa salaf sendiri bukan dalil? Kalau cuma ngarang bebas bisa semua.

+ Banyak bro, justru perkataan saya ini masyhur di kalangan salaf. Kamu saja yang kagetan. 

Imam Malik di depan pusara Rasulullah pernah berkata: "Semua perkataan dapat diambil atau pun ditolak, kecuali perkataan pemilik Kubur ini". 

Imam Syafi'i pernah berkata: "Bila hadisnya telah sahih, maka lemparkan pendapatku ke dinding".

Ucapan yang senada dengan itu banyak sekali dinyatakan para ulama salaf yang bergelar mujtahid. Semua mengaku bahwa dalil adalah al-Qur'an hadis, ijmak dan qiyas. Adapun perkataan mereka sendiri yang meskipun dari generasi salaf masih bisa salah. Karena itulah kita bisa tetap santai mengikuti salaf yang A dan menyelisihi salaf yang B, atau mengikuti salaf yang C yang pendapatnya ditentang oleh salaf yang D. Tak ada dosa menyelisihi sebagian salaf dalam sebagian perkara sebab memang ucapan mereka bukan dalil. Yang bermasalah adalah apabila kita menyelisihi ijmak, sebab ijmak adalah dalil.

- Lalu bagaimana dengan kitab-kitab klasik yang menjelaskan pentingnya mengikuti salaf, seperti misalnya Bayan Fadli Ilmis Salaf 'ala Ilmil Khalaf karya Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dan yang semacam itu, bukankah di dalamnya banyak argumen yang mendorong kita agar mengikuti salaf? 

+ Sama seperti sebelumnya, itu anjuran yang kebenarannya hanya di level umum saja. Kitab itu sendiri adalah kitab khalaf, yang mengarang adalah kalangan khalaf yang tentu saja pendapatnya bukan dalil. Apalagi Syaikh Ibnu Rajab sendiri sebenarnya juga banyak menyelisihi pendapat salaf. Buktinya dengan mengikuti Salaf ala Imam Ahmad bin Hanbal, ia telah menyelisihi Salaf ala tiga imam yang lain. Ini artinya buku-buku semacam itu tidaklah mematahkan sedikitpun kesimpulan bahwa salaf bukan dalil, justru menguatkannya.

- Tapi saya tetap mengaku mengikuti salaf dan teguh di atas manhaj salaf dan menganggapnya sebagai dalil dan hujjah. Tidak ada ulama kami seperti Syaikh Bin Baz dan lain-lain yang menyelisihi salaf.

+ Ah, itu kan karena kamu kagetan saja. Kenyataannya, semua kelompok islam di dunia ini, apa pun namanya, seindah apa pun pengakuan dan klaim-klaimnya, pasti dia menyelisihi sebagian salaf yang tidak sependapat dengannya, termasuk Bin Baz yang anda kagumi itu.

- Ah saya tak percaya, buktikan kalau pernah beliau menyelisihi salaf!

+ Bukti secara umum adalah pandangannya dan orang-orang sepertinya yang secara vulgar menolak intisab pada salah satu mazhab tetapi lebih enjoy mengaku memakai manhaj sehingga tokohnya yang didukung bisa bebas yang mana pun.  Padahal semua mazhab mempunyai akar salaf yang jelas dan teruji. Itu adalah bukti bahwa ia menganggap bahwa salaf bukan dalil sehingga ia merasa bebas menyelisihi siapa pun yang ia rasa tidak sesuai dengan dalil. 

Bukti secara spesifik contohnya bisa dilihat dari komentarnya pada seorang sahabat bernama Bilal bin Haris yang dilaporkan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani pernah mendatangi kubur Rasulullah dan berdoa meminta hujan pada Rasulullah yang saat itu telah wafat. Dengan entengnya Bin Baz bilang bahwa tindakan tersebut salah, bahkan dengan kata-kata kasar sebagai kemungkaran yang  bisa menjadi perantara kesyirikan. Dia meragukan bahwa pelaku itu adalah Bilal bin Haris, tetapi anggap saja itu sahabat lain atau sebagian Shalihin dari kalangan Tabi'in, tetap saja dia termasuk salaf dan perlu dicatat bahwa tak ada salaf lain yang semasa denganya memperotes tindakannya tersebut. Tetapi Bin Baz malah memprotesnya dengan keras meski tahu dia dari generasi salaf sedangkan dirinya sendiri adalah khalaf yang lahir di abad ini. Kalau saja tindakan salaf adalah dalil, maka artinya Bin Baz sudah sengaja menyelisihi dalil. 

- OK, anggaplah salaf bukan dalil, lalu apakah artinya semua orang bisa saja merujuk pada dalil al-Qur’an dan hadis tanpa menghiraukan pendapat salaf? 

+ Nah, kesimpulan lebay seperti itu anda munculkan lagi sebab terlalu kagetan. Santailah sedikit menerima kenyataan ini. Urusan salaf bukan dalil adalah satu hal, dan urusan istidlal (mengambil dalil) dari al-Qur’an dan hadis adalah hal lain yang berbeda. 

Tentang istidlal, maka itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang mempunyai kompetensi. Orang awam yang tak memenuhi syarat dilarang melakukan istidlal sebab akan sampai pada kesimpulan yang salah. Dalam istidlal ini tentu saja semua pendapat para ahli diperhatikan dan dirujuk, baik para ahli dari kalangan salaf atau pun khalaf. Namun demikian, pendapat salaf ataupun khalaf tetaplah bukan dalil, hanya sebagai pendapat di antara belantara pendapat yang ada. Tugas peneliti yang kompeten adalah memilih pendapat yang paling sesuai dengan dalil, tapi tentu saja ini tak mudah dan tak bisa dilakukan semua orang.

 Abdul Wahab Ahmad

17 Oktober 2020 pada 20.24  · 

baca juga Salaf Bukan Dalil (Bag.1)

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.